Rabu, 31 Oktober 2012

Alergi Pada Anak


BAB I
PENDAHULUAN

Alergi dan Penyebabnya Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dll. Zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet. Menentukan penyebab alergi dapat dilakukan dengan cara berikut :
1.      Menghindari zat yang dicurigai sebagai allergen, kemudian setelah gejala hilang mencoba kembali zat tersebut. Misalnya saja, bila yang dicurigai sebagai allergen adalah makanan, maka sebaiknya berhenti memakan makanan tersebut. Setelah gejalanya hilang, coba kembali memakannya dan melihat apakah terjadi reaksi yang sama.
2.      Melakukan tes alergi dan melihat riwayat keluarga serta riwayat frekuensi serangan terjadi. Bila salah satu dari orang tua menderita alergi, maka kemungkinan risiko penyakit tersebut diturunkan pada anak sekitar 25%­-30%. Sementara itu, bila kedua orang tua adalah penderita, maka risiko meningkat menjadi 60%­-70%. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang antara lain tes alergi pada kulit, foto rontgen, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan lebih lanjut bila dibutuhkan. Tes pada kulit merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana untuk mendiagnosa alergi. Dengan memberikan zat-zat tertentu pada kulit seseorang, dapat diketahui zat yang merupakan allergen pada orang tersebut. Zat dalam jumlah kecil disuntikkan. Bila terjadi pembengkakan pada bagian yang diberi suntikan, maka zat tersebut adalah merupakan allergen. Mengatasi Alergi Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi.
3.      Menjaga kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan udara.
4.      Menjaga kebersihan pakaian dan mengganti sprei sedikitnya seminggu sekali.
5.      Konsultasi dengan dokter dan melakukan tes alergi untuk mengetahui allergen-allergen yang harus dihindari. Gejala yang mungkin terjadi akibat alergi adalah: rasa gatal pada tenggorokan; gatal pada mulut; gatal pada mata; gatal pada kulit atau bagian tubuh lainnya; sakit kepala; hidung tersumbat atau hidung meler; sesak napas; bengek; kesulitan menelan; mendadak pilek dan bersin-bersin, dll. Pengobatan alergi tergantung pada jenis dan berat gejalanya. Tujuan pengobatannya bukanlah menyembuhkan melainkan mengurangi gejala dan menghindari serangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Gejala yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian. Pemberian Antihistamin dapat membantu meringankan berbagai gejala. High-Desert Aller Bee-Gone Penanganan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-obatan melainkan dengan cara menghindari allergen. Secara teoritis, alergi memang tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi frekuensi dan berat serangannya. Namun sering sekali dalam keseharian, allergen sulit dihindari. Untuk itu, diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah alergi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Defenisi
Secara umum alergi adalah suatu reaksi kekebalan yang menyimpang/ berubah dan normal yang dapat menimbulkan gejala yang merugikan tubuh. Penyakit alergi ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan. Angka kejadian alergi pada anak di Indonesia belum banyak diteliti. Dalam tubuh kita dikenal 5 Jenis antibodi atau imunoglobulin yaitu imunoglobulin G,A,M,E dan D. Imunoglobulin E adalah antibodi yang banyak. berperan pada reaksi alergi. Dalam tubuh penderita alergi, imunoglobulin E terdapat dalam kadar yang tinggi terutama imunoglobalin E yang spesifik terhadap zat-zat tertentu yang menimbulkan reaksi alergi (zat alergen). Misalnya debu rumah nite ( tungau debu rumah ), bulu binatang, serbuk bunga atau makanan tertentu seperti telur, susu, ikan laut dan lain-lain. Gejala alergi ini dapat mengenai sistim saluran napas ( asma, rinitis ), saluran cerna ( diare, muntah ), kulit ( biduran, eksim ), mata ( konjungtivitas alergika ) serta susunan saraf (sakit kapala dll.).
B.     Beberapa jenis penyakit alergi pada anak
1.      Asma bronkial
Asma bronkial atau disebut juga bengek adalah suatu penyakit kronis yang ditandai adanya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsang dari luar (debu, serbuk bunga udara dingin, makanan dll.) yang menyebabkan penyempitan saluran napas yang meluas dan dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan. keadaan ini dapat menyebabkan gejala sesak napas, napas berbunyi dan batuk yang sering disertai lendir. Keadaan yang berat dapat menimbulkan kegagalan pernapasan sampai kematian. Sebagian besar asma pada anak adalah karena alergi.
Penyakit asma pada anak mempunyai dampak yang luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan oksigen yang menahun pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan badan maupun intelektualnya. Penyakit asma ini merupakan salah satu penyebab seringnya anak tidak masuk sekolah. Selain dampak terhadap ekonomi akibat besarnya biaya pengobatan, asma pada anak juga dapat mengganggu irama kehidupan keluarga akibat seringnya anak mendapat serangan asma.
Gejala klinis asma bervariasi dari yang ringan sampai berat. Gejala khas asma adalah adanya sesak napas yang berulang disertai napas berbunyi. Batuk kering merupakan gejala awal yang biasanya terjadi pada malam dan menjelang pagi hari Selanjutnya batuk disertai dahak yang kental. Gejala ini sering disertai pilek-pilek (rinitis alergika). Gejala ini biasanya terjadi setelah 4 – 8 jam kontak dengan bahan alergen seperti debu rumah dan tungaunya (mite), serbuk bunga, bulu binatang dll. Gejala asma juga dapat dicetuskan oleh latihan fisik (“excercise induced asthma”) dan bila banyak tertawa.
Penanganan asma yang terpenting adalah pencegahan terjadinya serangan asma.
2.      Rinitis alergika
Rinitis alergika adalah suatu gejala alergi yang terjadi pada hidung. Angka ini bergantung kepada iklim dan letak geografis masing-masing negara. Kejadian rinitis alergi pada anak usia yang sangat muda rendah akan tetapi secara progresif meningkat pada anak usia yang Iebih tua. Sekitar 57% penderita rinitis alergika mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya. Rinitis alergika yang timbul pada masa anak biasanya menetap sampai usia dewasa dan akan berkurang pada usia lanjut. Sekitar 15 – 25 % penderita akan sembuh spontan setelah S – 7 tahun.
Gejala rinitis alergika berupa bersin-bersin disertai gatal-gatal pada hidung dengan ingus yang encer sebanyak kurang lebih 20 ml setiap jam. Gejala ini sering disertai gejala hidung tersumbat yang menyebabkan anak rewel dan sulit tidur. Rasa gatal kadang-kadang terasa pada langit-langit dan telinga. Gejala-gejala gatal, merah dan berair pada mata sering menyertai gejala rinitis alergika. Kadang-kadang gejala rinitis alergika ini disertai gejala sinusitis yaitu peradangan sinus (rongga udara) di sekitar hidung.
Prinsip pengobatan rinitas alergika juga sama dengan prinsip pengobatan penyakit alergi pada umumnya yaitu menghindari faktor penyebab (debu rumah, serbuk bunga, makanan tertentu dll.).
3.      Urtikaria
Urtikaria (bidur, kaligata) merupakan suatu kelainan alergi pada kulit yang berbentuk bentol berwarna merah disertai rasa gatal dengan ukuran diameter yang bervariasi dan 2 milimeter sampai beberapa sentimeter. Urtikaria ini dapat tersebar pada berbagai tempat di kulit. Urtikaria akut ini juga dapat terjadi pada orang sehat akibat infeksi virus parasit atau tanpa sebab yang jelas.
Pada penderita alergi, urtikaria akut dapat terjadi akibat reaksi alergi terhadap obat-obat tertentu, bahan-bahan alergen seperti makanan, debu, tungau debu rumah, atau gigitan serangga. Selain oleh karena alergi, urtikaria juga dapat disebabkan oleh suhu yang dingin, panas, tekanan, goresan dan lain-lain.
Gejala urtikaria ini dapat terjadi segera atau beberapa hari setelah kontak dengan bahan penyebab. Sebagian besar yaitu sekitar 75% urtikaria yang kronik sulit diketahui sebabnya. Kadang-kadang gejala urtikaria dapat menjadi berat dengan gejala penyerta yaitu syok anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.
Pengobatan pada urtikaria umumnya sama dengan penyakit alergi lainnya yaitu menghindari faktor penyebab.
4.      Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah suatu gejala eksim terutama timbul pada masa kanak-kanak. Gejala ini biasanya timbul pada usia sekitar 2 bulan sampai 1 tahun den sekitar 85% pada usia kurang dari 5 tahun. Pada keadaan akut, gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi cairan, basah dan sangat gatal. Kadang-kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan nanah.
Gejala dermatitis atopik pada bayi berupa kemerahan pada kulit bentol-bentol kemerahan, berisi cairan, keropeng disertai kulit pecah-pecah atau lecet. Gejala ini sering mengenai pipi, siku dan tepi pinggir kulit anggota gerak bawah dan selanjutnya dapat menyebar ke daerah selangkangan. Pada usia selanjutnya , kelainan ini terdapat pada lipat siku, lipat lutut, tengkuk dan pergelangan tangan. Kulit menjadi lebih kering dan tebal, mengelupas dan pada penyembuhan meninggalkan warna yang lebih pucat atau kehitaman. Pada anak yang lebih tua , kelainan ini dapat mengenai kulit kelopak mata, telapak tangan dan kaki. Kadang-kadang dapat disertai katarak (kekeruhan lensa mata) serta radang mata. Infeksi sekunder dapat terjadi oleh kuman yang menimbulkan nanah.
Untuk mengobati penyakit ini yang paling penting adalah mengatasi rasa gatal dengan pemberian obat golongan antihistamin, menghindari udara yang terlalu panas dan kering serta mengurangi pengeluaran keringat. Garukan sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan kelainan yang lebih hebat dan infeksi sekunder. Untuk mencegah kekeringan dapat diberikan lanolin. Pada kelainan yang hebat dapat digunakan kasa steril untuk menutup kulit yang terkena. Antibiotika diberikan bila terjadi infeksi sekunder.


5.      Konjungtivitas alergika
Konjungtivitas alergika adalah suatu bentuk kelainan alergi pada mata yang mengenai kedua mata dan terjadi berulang. Gejala penyakit ini berupa gatal kemerahan , banyak keluar air mata dan penglihatan silau. Kadang-kadang penderita merasa ada sesuatu yang mengganjal pada mata. Kelainan ini sering mengenai anak usia 5 sampai 10 tahun, terutama pada anak laki-laki.
Mengenai pengobatan alergi pada mata, untuk menghilangkan gejala biasanya diberikan obat tetes mata golongan steroid dosis rendah
6.      Alergi makanan
Alergi makanan merupakan salah satu masalah alergi yang penting pada anak. Sekitar 20% anak usia 1 tahun pertama pernah mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan termasuk yang disebabkan reaksi alergi. Sebetulnya semua makanan dapat menimbulkan alergi, akan tetapi antara satu makanan dengan makanan yang lain mempunyai derajat alergenitas berbeda. Yang satu mungkin lebih menimbulkan alergi dibandingkan dengan yang lainnya. Susu sapi yang merupakan protein asing utama bagi bayi pada bulan-bulan awal kehidupan, dapat menimbulkan reaksi alergi yang pertama dengan gejala-gejala pada saluran cerna, seperti diare dan muntah. Protein susu sapi dapat menimbulkan alergi yang menetap sampai akhir masa kanak-kanak baik dalam bentuk susu murni atau bentuk lain seperti es krim, keju, kue-kue dan lain-lain. Anak yang mempunyai alergi terhadap susu sapi tidak selalu alergi terhadap daging sapi maupun bulu sapi.
Telur ayam juga sering merupakan alergen yang penting pada anak terutama anak yang menderita dermatitis atopik. Anak yang mempunyai alergi terhadap telur ini juga belum tentu mempunyai alergi terhadap daging ayam maupun bulu ayam, akan tetapi dapat timbul reaksi alergi bila diberikan vaksin yang ditanam pada kuning telur seperti vaksin campak.
Ikan merupakan alergen yang kuat terutama ikan laut. Bentuk reaksi alergi yang sering ialah berupa urtikaria atau asma. Pada anak yang sangat sensitif dengan hanya mencium bau ikan yang sedang dimasak dapat juga menimbulkan sesak napas atau bersin-bersin. Jenis makanan laut yang lain (“seafood”) yang sering menimbulkan alergi adalah udang kecil, udang besar (lobster) dan kepiting. Gejala yang sering timbul malah urtikaria. Alergi terhadap makanan ini tidak selalu berarti alergi terhadap ikan laut.
Kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang mede dan sejenisnya dapat menyebabkan reaksi akan tetapi biasanya bersifat ringan. Gejalanya biasanya berupa gatal-gatal di tenggorokan.
Sayur dan buah-buahan Juga dapat menimbulkan reaksi alergi yang berupa gatal-gatal pada mulut. sifat alerginya bisanya hilang bila dimasak selama 2 menit atau diletakkan dalam “freezer” selama 2 minggu. Alergen terhadap sayur dan buah-buahan ini sering terdapat pada penderita rinitis alergika yang mempunyai alergi terhadap serbuk bunga tanaman. Anak yang mempunyai alergi terhadap sayur dan buah-buahan biasanya juga alergi terhadap kacang-kacangan, apel, peach, cherry, pear dan wortet. Jeruk sering Juga menyebabkan kemerahan pada kulit bayi dan anak.
Kacang kedelai dan sejenisnya mempunyai sifat alergen yang rendah. Kacang kedelai sering digunakan sebagai pengganti susu sapi pada anak yang mempunyai alergi terhadap susu sapi. Sifat alergenitasnya akan berkurang dengan pemanasan.
Gandum biasanya dapat menimbulkan reaksi alergi dalam bentuk tepung bila dihirup. Bila dimakan tidak selalu menimbulkan reaksi alergi karena gandum akan dicernakan oleh enzim pencernaan di lambung.
C.     Tindakan pencegahan terjadinya alergi
Ada 3 hal utama dalam tindakan pencegahan terjadinya alergi yaitu
1.      Penghindaran
Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab/ pencetus terjadinya alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit ( test alergi ) disamping hasil pengamatan yang cermat sehari-hari oleh orang tua penderita. Dari hasil pemeriksaan test alergi dapat diketahui zat-zat yang menimbulkan alergi . Beberapa zat terutama makanan kadang-kadang tidak ada hubungan yang jelas antara hasil test dengan gejala alergi. Hal ini disebabkan anak yang mempunyai alergi terhadap makanan belum tentu karena alergi terhadap makanan itu sendiri, akan tetapi alergi terhadap zat-zat hasil pemecahan/ metabolisme makanan dalam tubuh. Selain test alergi pada kulit, Juga dapat dilakukan pemeriksaan kadar imunoglobulirn E yang spesifik dalam darah terhadap zat-zat tertentu yang dicurigai menimbulkan alergi.
2.      Cara hidup yang baik
Cara hidup yang baik perlu diperhatikan pada pendenita alergi yaitu cukup istirahat, olahraga teratur, disiplin dalam diet yang ditetapkan serta hidup dalam lingkungan dengan zat alergen yang minimal.
3.      Pemakaian obat-obatan.
Obat-obatan pencegahan dibetikan pada penderita alergi yang kronis/berat atau yang sering kambuh. Pemberian imunoterapi/ desensitisasi ( pengebalan terhadap alergen ) hanya berhasil bila penderita hanya mempunyai alergi terhadap satu zat saja.
Ibu hamil yang mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya sebaiknya melakukan diet pencegahan terhadap makanan yang sering erjadinya alergi untuk mencegah erjadinya reaksi alergi pada bayi yang dilahirkan. Diet ini dilakukan pada akhir tniwulan kehamilan. Sumber IDAI.or.id


BAB III
PENUTUP

Dari uraian dalam makalah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kasus alergi dapatmenyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita. Patofisiologi penyakit alergi melibatkan pengerahan berbagai sel efektor dari sirkulasi, rangsangan sumsum tulang/sistemik. Reaksi alergi yang sistemik menunjukkan respons di berbagai organ seperti saluran napas atas dan bawah, kulit dan saluran cerna. Oleh karena itu terapi harus diarahkan terhadap manifestasi lokal dan sistemik. Sehingga, perawat harus mengetahui dan paham mengenai bagaimana mekanisme dan jenis penyakit alergi yang muncul pada anak sebagai acuan saat melakukan tindakan. Penentuan diagnosa keperawatan yang akurat akan mempercepat proses keperawatan. Sehingga akan mempercepat proses penyembuhan atau meninimalkan komplikasi lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonimus. 2007.Alergi Dan Penyebabnya .www.balita anda.indoglobal. com / pdf . php ?id=376.
2.      Judarwanto, Widodo. 2009. Pemeriksaan alergi-allergy test. http://www. childrenallergyclinic. wordpress.com
3.      Judarwanto, Widodo.Alergi Makanan pada Anak Mengganggu Semua OrganTubuh Anak .http://www.puterakembara.com.



Makalah Tetanus



BAB I
LATAR BELAKANG
A.     Latar Belakang
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Bagaimana gejala dan apa penyebabnya? Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut.
Apa yang menyebabkan infeksi tetanus? Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Entah karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus.
Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya. 
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa defenisi Tetanus, dan manifestasi Kliniknya.
2.      Bagaimana cara diagnosa dan penatalaksanaan atau pengobatan Tetanus dan bagaimana pencegahannya

BAB II

PEMBAHASAN
A.     Definisi
Tetanus (lockjaw) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani.  Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang.  Tetanus banyak ditemukan di negara-negara berkembang.
Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris.
Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian dari penyakit tetanus masih cukup tinggi. Oleh karena itu tetanus masih merupakan masalah kesehatan. Akhir–akhir ini dengan adanya penyebarluasan program imunisasi di seluruh dunia, maka angka kesakitan dan angka kematian telah menurun secara drastis.
B.     Manifestasi Klinik
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat singkat hanya 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin panjang.
Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus cephalic.
Tetanus umum:
Bentuk ini merupakan gambaran tetanus yang paling sering dijumpai. Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis.Biasanya tetanus timbul secara mendadak berupa kekakuan otot baik bersifat menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot. Kekakuan otot terutama pada rahang (trismus) dan leher (kuduk kaku). Lima puluh persen penderita tetanus umum akan menuunjukkan trismus. Dalam 24–48 jam dari kekakuan otot menjadi menyeluruh sampai ke ekstremitas. Kekakuan otot rahang terutama masseter menyebabkan mulut sukar dibuka, sehingga penyakit ini juga disebut 'Lock Jaw'. Selain kekakuan otot masseter, pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi), akibat kekakuan otot–otot leher bagian belakang menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga memberikan gejala kuduk kaku sampai opisthotonus.
Selain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang umum tonik baik secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal (rabaan, sinar dan bunyi). Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki dalam posisi ekstensi. Kesadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta ketakutan yang menonjol sehingga penderita nampak gelisah dan mudah terangsang. Spasme otot–otot laring dan otot pernapasan dapat menyebabkan gangguan menelan, asfiksia dan sianosis. Retensi urine sering terjadi karena spasme sphincter kandung kemih.
Kenaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi tetapi dapat disertai panas yang tinggi sehingga harus hati–hati terhadap komplikasi atau toksin menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu. Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan ariunia jantung.
Menurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas:
1) Tetanus ringan: trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang.
2) Tetanus sedang: trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang.
3) Tetanus berat: trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.
Tetanus lokal
Bentuk ini sebenarnya banyak akan tetapi kurang dipertimbangkan karena gambaran klinis tidak khas. Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot–otot pada bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka kematian 1%, kadang–kadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus umum.
Bentuk cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendiri–sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan–bulan. Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek.
C.     DIAGNOSIS
Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan :
- Riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi
- Gejala klinis; dan
- Penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi.
Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnosis. Pada pemeriksaan darah rutin tidak ditemukan nilai–nilai yang spesifik; lekosit dapat normal atau dapat meningkat. Pemeriksaan mikrobiologi, bahan diambil dari luka berupa pus atau jaringan nekrotis kemudian dibiakkan pada kultur agar darah atau kaldu daging.
Tetapi pemeriksaan mikrobiologi hanya pada 30% kasus ditemukan Clostridium Tetani. Pemeriksaan cairan serebrospinalis dalam batas normal, walaupun kadang–kadang didapatkan tekanan meningkat akibat kontraksi otot.
Pemeriksaan elektroensefalogram adalah normal dan pada pemeriksaan elektromiografi hasilnya tidak spesifik.
D.    Pengobatan / Penatalaksanaan
1)      Pengobatan Umum:
·        Isolasi penderita untuk menghindari rangsangan. Ruangan perawatan harus tenang.
·        Perawatan luka dengan Rivanol, Betadin, H202.
·        Bila perlu diberikan oksigen dan kadang–kadang diperlukan tindakan trakeostomi untuk menghindari obstruksi jalan napas.
·        Jika banyak sekresi pada mulut akibat kejang atau penumpukan saliva maka dibersihkan dengan pengisap lendir.
·        Makanan dan minuman melalui sonde lambung. Bahan makanan yang mudah dicerna dan cukup mengandung protein dan kalori.
2)      Pengobatan Khusus:
a)      Anti Tetanus toksin
Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 2 bentuk:
·        Toksin bebas dalam darah;
·        Toksin yang bergabung dengan jaringan saraf.
Yang dapat dinetralisir oleh antitoksin adalah toksin yang bebas dalam darah. Sedangkan yang telah bergabung dengan jaringan saraf tidak dapat dinetralisir oleh antitoksin. Sebelum pemberian antitoksin harus dilakukan:
·        Anamnesa apakah ada riwayat alergi;
·        Tes kulit dan mata; dan
·        Harus selalu sedia Adrenalin 1:1.000.
Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda, yang bersifat heterolog sehingga mungkin terjadi syok anafilaksis.
Tes mata
Pada konjungtiva bagian bawah diteteskan 1 tetes larutan antitoksin tetanus 1:10 dalam larutan garam faali, sedang pada mata yang lain hanya ditetesi garam faali. Positif bila dalam 20 menit, tampak kemerahan dan bengkak pada konjungtiva.
Tes kulit
Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin tetanus dalam larutan faali secara intrakutan. Reaksi positif bila dalam 20 menit pada tempat suntikan terjadi kemerahan dan indurasi lebih dari 10 mm. Bila tes mata dan kulit keduanya positif, maka antitoksin diberikan secara bertahap (Besredka).
Dosis
Dosis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat. Behrman (1987) dan Grossman (1987) menganjurkan dosis 50.000–100.000 u yang diberikan setengah lewat intravena dan setengahnya intramuskuler. Pemberian lewat intravena diberikan dengan cara melarutkannya dalam 100–200 cc glukosa 5% dan diberikan selama 1–2 jam. Di FKUI, ATS diberikan dengan dosis 20.000 u selama 2 hari. Di Manado, ATS diberikan dengan dosis 10.000 i.m, sekali pemberian.
b)      Antikonvulsan dan sedatif
Obat–obat ini digunakan untuk merelaksasi otot dan mengurangi kepekaan jaringan saraf terhadap rangsangan. Obat yang ideal dalam penanganan tetanus ialah obat yang dapat mengontrol kejang dan menurunkan spastisitas tanpa mengganggu pernapasan, gerakan–gerakan volunter atau kesadaran.
Obat–obat yang lazim digunakan ialah:
§         Diazepam
Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali i.v. perlahan–lahan dengan dosis optimum 10 mg/kali diulangi setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian diazepam peroral–(sonde lambung) dengan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali sehari diberikan 6 kali.
§         Fenobarbital
Dosis awal: 1 tahun 50 mg intramuskuler; 1 tahun 75 mg intramuskuler. Dilanjutkan dengan dosis oral 5–9 mg/kg.bb/hari dibagi dalam 3 dosis.
§         Largactil
Dosis yang dianjurkan 4 mg/kg.bb/hari dibagi dalam 6 dosis.
c)      Antibiotik.
·        Penisilin Prokain
Digunakan untuk membasmi bentuk vegetatif Clostridium Tetani. Dosis: 50.000 u/kg.bb/hari i.m selama 10 hari atau 3 hari setelah panas turun. Dosis optimal 600.000 u/hari.
·        Tetrasiklin dan Eritromisin
Diberikan terutama bila penderita alergi terhadap penisilin. Tetrasiklin : 30–50 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis.            Eritromisin : 50 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.
d)      Oksigen: Bila terjadi asfiksia dan sianosis.
e)      Trakeostomi
Dilakukan pada penderita tetanus jika terjadi:
- Spasme berkepanjangan dari otot respirasi
- Tidak ada kesanggupan batuk atau menelan
- Obstruksi larings; dan
- Koma.
f)        Hiperbarik
Diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atmosfer.
E.     Pencegahan
1)      Perawatan luka
Terutama pada luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan spora etanus.
2)      hnunisasi pasif
Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada 2 bentuk, yaitu:
·        ATS dari serum kuda;
·        Tetanus Immunoglobulin Human (TIGH).
Dosis yang dianjurkan belum ada keseragaman pendapat
·        1500–3000 u i.m
·        3000–5000 u i.m.
Pemberian ini sebaiknya didahului dengan tes kulit dan mata. Dosis TIHG: 250–500 u i.m Kapan kita memberikan ATS/TIGH atau Toksoid Tetanus maupun antibiotik ? Hal ini tergantung dari kekebalan seseorang apakah orang tersebut sudah pernah mendapat imunisasi dasar dan boosternya, berapa lama antara pemberian toksoid dengan terjadinya luka.
3)      Imunisasi aktif
Di Indonesia dengan adanya program Pengembangan Imunisasi (PPI) selain menurunkan angka kesakitan juga mengurangi angka kematian tetanus. Imunisasi tetanus biasanya dapat diberikan dalam bentuk DPT; DT dan TT.
§         DPT : diberikan untuk imunisasi dasar
§         DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahun; diberikan pada anak dengan riwayat demam dan kejang
§         TT: diberikan pada: – ibu hamil
§         anak usia 13 tahun keatas.
Sesuai dengan Program Pengembangan Imunisasi, imunisasi dilakukan pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Sedangkan booster dilakukan pada usia 1,5–2 tahun dan usia 5 tahun. Dosis yang diberikan adalah 0,5 cc tiap kali pemberian secara intramuskuler.
 

BAB III

P E N U T U P
A.     Kesimpulan
·        Tetanus (lockjaw) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani.  Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang.  Tetanus banyak ditemukan di negara-negara berkembang.
·        Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat singkat hanya 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin panjang.
·        Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus cephalic.
·        Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan :
- Riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi
- Gejala klinis; dan
- Penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi.
·        Pengobatan / Penatalaksanaan
Pengobatan Umum, Isolasi penderita untuk menghindari rangsangan. Ruangan perawatan harus tenang. Dan Pengobatan Khusus: Anti Tetanus toksin dan Antikonvulsan dan sedatif
·        Pencegahan dengan Perawatan luka, hnunisasi pasif,  Imunisasi aktif


B.     Saran
Saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan dari semua pihak khususnya rekan-rekan mahasiswa dan dosen mata kuliah ini. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan masukan untuk penulisan makalah-makalah berikutnya.

ELEKTROGASTROGRAM (Gerakan Peristaltik)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Pengertian
Gerakan peristaltik merupakan gerakan yang terjadi pada otot – otot pada saluran pencernaan yang menimbulkan gerakan semacam glombang sehingga menimbulkan efek menyedot / menelan makanan yang masuk kedalam saluran pencernaan.
Hal ini menjelaskan mengapa air yang kita minum tidak tumpah keluar kembali walaupun kita minum sambil menjungkir balikkan tubuh sekalipun.
Jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang kuat pula. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang kuat pula. Bukan hanya sekedar dalam arti fisik, melainkan kekuatan pribadinya dalam menghadapi gelombang kehidupan.
Dalam kadar tertentu, otak memancarkan gelombang dengan frekuensi yang bisa ditangkap dengan menggunakan alat – alat perekam elektromagnetik tertentu. Seperti electrik encephalograph atau magneto encephalograph. Namun, yang terhitung hanyalah amplitudo dan frekuensinya saja. Atau mungkin ditambah dengan pola gelombangnya. Sama sekali tidak bisa diukur berapa besar energi makna yang tersimpan didalamnya.
Energi makna itu baru bisa diketahui ketika dipersepsi lewat sebuah interaksi dengan orang lain. Artinya, sampai sejauh ini alat ukur yang digunakan haruslah makhluk hidup yang memiliki hati dan jiwa sederajat dengan sumber informasi.
1.2.  Ruang Lingkup
Gerakan peristaltik itu sangat penting bagi tubuh dan organ – organ tubuh manusia karena dengan peristaltik manusia dapat melakukan aktivitas sehari – hari mereka tanpa ada rasa ragu dan takut.
Secara umum kita dapat mengetahui jiwa seseorang lewat jenis gelombang atau gerakan peristaltik yang dialami.
Jenis gelombang otak dan frekuensi yang dipancarkan oleh jiwa seseorang dapat diketahui. Misalnya, jika otak seseorang memancarkan gelombang dengan frekuensi 13 Hortz atau lebih, dia sedang dalam keadaan sadar penuh alias terjaga.
Secara umum kita melihat bahwa aktivitas otak sering dengan aktivitas jiwa. Aktivitas jiwa bakal memancarkan energi makna. Energi makna itu lantas memicu munculnya energi elektromgnetik tersebut memunculkan jenis – jenis neutron mister dan hormon tertentu yang terkait dengan kualitas aktivitas jiwa itu.
1.3.  Tujuan
·        Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan gerakan peristaltik
·        Untuk mengetahui  bagian – bagian gerakan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Peristaltik Pada Pancaran Gelombang Otak
Mempelajari aktivitas otak, berarti juga mempelajari aktivitas jiwa. Seperti kita ketahui bahwa jiwa merupakan program – program istimewa yang dimasukkan kedalam sel – sel otak oleh Allah SWT. Dan program – program itu lantas berkolaborasi membentuk suatu system didalam organ otak. Karena itu, setiap apa yang dihasilkan otak adalah pencarian dari aktivitas jiwa kita.
Kombinasi antara panca indera dan hati akan menyebabkan kita bisa melakukan pemahaman. Akan tetapi semua sinyalnya tetap dikirim ke otak sebagai pusat pemahaman atas informasi panca indera dan hati tersebut. Pada saat itu jiwa bekerja sebagai mekanisme kompleks dari seluruh rangkaian software yang ada di sel – sel otak.
Meskipun tidak bisa di ukur secara langsung sebagaimana mengukur kuantitas ruang, waktu, energi dan materi, informasi dan makna dapat bermanifestasi ke dalam ruang, waktu, materi dan energi. Informasi dan makna menjelajah keseluruh dimensi tersebut.
Manusia telah berhasil membuktikan bahwa otak memancarkan sinyal – sinyal listrik yang memiliki makna sesuai dengan apa yang sedang dipikirkan, karena itu bisa diukur. Didalamnya tersimpan energi tidak terbatas yang tergantung kepada bisa tidaknya kita menerjemahkan sinyal pikiran itu lewat peralatan – peralatan imutakhir.
Seperti yang kita ketahui bahwa kelakuan dan sifat – sifat dari manusia yang dapat menimbulkan pertanyaan. Seperti, pada perut manusia yang terkadang mengeluarkan bunyi tertentu tanpa disadari. Hal ini membuktikan bahwa gerakan peristaltik pada manusia bekerja tanpa disengaja.
2.2.      Proses – Proses yang Terjadi Pada Peristaltik
Perut manusia terkadang suka mengeluarkan bunyi tertentu. Tentu saja hal seperti itu si empunya perut malu jika sedang berada di ruangan yang sepi. Perut yang berbunyi bisa menjadi pengingat, tapi suara perut yang kadang keras atau pelan bisa juga tanpa alasan sama sekali.
Suara gerakan tersebut berasal dari perut dan usus kecil serta berhubungan dengan fungsi dari pencernaan. Pada dasarnya system pencernaan adalah suatu tabung panjang yang dimulai dari mulut dan berakhir pada anus. Tabung ini menghubungkan berbagai macam oragan dan bagian – bagian lain yang beruhubungan system pencernaan.
Cara mendorong makanan dalam system pencernaan manusia adalah dengan gelombang kontraksi otot yang bergerak terus menerus untuk mendorong isinya ke bawah yang disebut dengan gerakan peristaltik. Selain mendorong makanan, kontraksi ini juga membantu mengaduk makanan dan cairan pencernaan yang berbeda sehingga menjadi campuran lengket yang disebut dengan Chyme.
Seperti yang ditutupi dari Horwstuff works, perut yang berbunyi merupakan hasil dari proses mendorong makanan ini yaitu pergerakan antara benda padat, cairan Chyme serta adanya gas dan udara. Perut yang berbunyi ini bisa terjadi sewaktu – waktu  tidak hanya sebatas saat seseorang merasa lapar saja. Tapi jika ada makanan didalam perut atau usus kecil maka bunyi yang dihasilkan akan sedikit lebih tenang dan pelan.
Mengapa kontraksi otot sudah terjadi meskipun perut masih kososng ? Alasannya berkaitan dengan rasa kelaparan dan juga nafsu makan. Setelah dua jam perut kosong, maka perut mulai memproduksi lagi hormon yang dapat menstimulasi saraf lokal untuk mengirim pesan ke otak. Selanjutnya otak akan membalas dengan memberi sinyal pada otot pencernaan untuk memulai kembali gerakan peristaltik.
Gerakan peristaltik ini yang pertama untuk membersihkan sisa – sisa makanan yang tidak ikut tercerna, selanjutnya gerakan ini akan membuat seseorang merasa lapar kembali. Kontraksi otot ini akan terjadi setiap jam dan berlangsung 10 – 20 menit hingga perut terisi oleh makanan. Tapi jika bunyi yang dihasilkan oleh perut terlalu berlebihan, bisa jadi itu merupakan salah satu tanda ada yang tidak beres di perut seperti sindrom iritasi usus besar. Pada kasus ini biasanya diikuti dengan keluhan lain pada daerah gastrointestinalnya.
Jadi cara untuk mengontrol perut yang berbunyi adalah dengan mengonsumsi makan – makanan kecil dan jangan langsung makan yang berat serta kurangi makanan yang mengandung gas agar bunyinya tidak bertambah besar.

2.3.      Peristaltik Pada Sistem Pencernaan Manusia
System pencernaan makanan terbagi atas rongga mulut, tekuk, kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar. Makanan yang kita makan pertama masuk ke mulut yang kemudian menjadi halus karena telah dikunyah dengan gigi kita dengan dibantu oleh kelenjar ludah. Setelah halus barulah dapat kita telan dengan cepat melalui bagian bawah tekanan dan kerongkongan, pangkal dari kerongkongan adalah leher, di belakang tenggorok, kemudian didaerah dada di belakang jantung, menembus sekat rongga badan di depan tulang belakang dan bermuara dalam lambung.
Lambung merupakan saluran pencernaan makanan yang melebar seperti kantong, terletak dibagian atas rongga perut sebelah kiri, dan bagian lainnya tertutup oleh hati, usus besar dan limpa.
Makanan yang ditelan terkumpul dalam lambung dan bercampur dengan getah lambung, sehingga makanan menjadi encer seperti bubur. Jalan keluar lambung tertutup karena tebalnya lapisan otot lingkar yang sewaktu – waktu terbuka untuk melewatkan bubur makanan sedikit demi sedikit kedalam usus  halus.
Bagian pertama dari usus halus adalah usus dua belas jari, yang melengkung seperti ladam. Di usus halus ini bermuara pipa – pipa penyalur dari hati dan dari kelenjar ludah perut. Dan pada daerah dalam lambung pula makanan dicerna secara kimiawi. Dinding lambung tersusun dari tiga lapisan otot yakni otot melingkar, memanjang dan menyerong. Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak gelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk – aduk.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar – kelenjar yang menghasilkan getah lambung, aroma, bentuk, warna, selera terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung mengandung  asam lambung (HCl), pepsin, musin dan rennin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut Chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya otot pilorus yang mengarah kelambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuh kim yang bersifat asam. Sebaiknya otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentuh kim. Jadi, misalnya kim bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup.
Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan yang bersifat basa dibelakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Setelah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.
2.4.      Bagian – Bagian Sistem Pencernaan



 
Proses pencernaan makanan dalam tubuh ada dua macam, yaitu :
1.      Pencernaan Mekanis
Merupakan pemecahan atau penghancuran makanan secara fisik atau proses pencampuran makanan dengan getah (enzim) pencernaan.
2.      Pencernaan Kimiawi
Merupakan proses pemecahan makanan dari molekul kompleks menjadi molekul – molekul yang sederhana dengan bantuan getah pencernaan (enzim) yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan terdiri dari alat – alat pencernaan yang berhubungan langsung dengan proses pencernaan mekanis dan kimiawi,
1)      Mulut
Mulut manusia berupa rongga yang dilapisi oleh jaringan epitel pipih berlapis banyak. Dalam rongga tersebut terdapat alat pencernaan seperti gigi, lidah, dan kelenjar ludah (kelenjar saliva) yang membantu proses pencernaan mekanis dan kimiawi.
a.       Gigi
Struktur gigi pada manusia dapat dibedakan atas gigi sulung (gigi susu) dan gigi tetap. Gigi yang pertama kali tumbuh sejak anak berusia enam bulan disebut gigi susu. Gigi susu berangsur – angsur akan berubah menjadi gigi sulung.
Berdasarkan strukturnya, jenis gigi pada manusia dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
·        Gigi seri (incisor)
·        Gigi taring (canius)
·        Gerahan depan (premolar)
·        Gerahan belakang (molar)
b.     L idah
















 





Selain gigi, dalam rongga mulut manusia juga terdapat lidah, selain sebagai alat pengecap.
Lidah dalam pencernaan makanan berfungsi untuk :
·        Mencampurkan makanan
·        Mendorong makanan dalam proses menelan, dan
·        Membersihkan mulut dari sisa makanan
Lidah membentuk lantai pada rongga mulut. Dibagian belakang, otot – otot lidah melekat pada tulang hyoid (tulang pangkal lidah yang berbentuk seperti huruf V). permukaan lidah penuh dengan tonjolan (papilla) yang mengandung putting – putting pengecap, sehingga lidah dapat merasakan makanan seperti asam, manis, pahit dan asin.
c.       Kelenjar ludah




Pada rongga mulut terdapat tiga macam kelenjar ludah (saliva) yang menghasilkan cairan ludah.
·        Kelenjar parotis, yang terletak didekat telinga,
·        Kelenjar submaksilaris yang terletak di bawah rahang atas,
·        Kelenjar submandibularis yang terletak di bawah lidah
Cairan ludah berfungsi untuk :
·        Memudahkan dalam menelan makanan karena makanan tercampur dengan lender dan air.
·        Melindungi rongga mulut dari kekeringan,panas, asam dan basa.
·        Membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan enzim ptyalin (amylase) yang berperan dalam pencernaan amilun menjadi maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada PH netral (pH7).
d.      Proses menelan makanan
Agar makanan masuk ke dalam saluran pencernaan di dalam rongga perut untuk diproses lebih lanjut, makanan harus ditelan.
Proses menelan terbagi atas :
1.      Gerakan sadar, yaitu gerakan lidah yang menekan makanan ke atas dan mendorong makanan ke belakang kemudian masuk ke dalam kerongkongan.
2.      Gerakan tidak sadar, yaitu gerakan di daerah faring, berupa reflex yang menggerakkan laring ke atas sehingga epiglottis menutup glottis.
2)      Kerongkongan (esophagus)
Kerongkongan merupakan saluran pencernaan yang membentuk seperti selang air, sebagai penghubung antara rongga mulut dan lambung yang terletak di belakang trakea (tenggorokan). Panjang kerongkongan pada manusia lebih kurang 25 cm yang berakhir pada bagian kardiak lambung. Kerongkongan tersusun oleh dua pertiga otot polos dan sepertiga otot lurik. Pada kerongkongan dihasilkan lender yang membantu gerak peristaltik, sehingga makanan terdorong kearah lambung. Akan tetapi, kerongkongan ini tidak menghasilkan enzim pencernaan dan tidak melakukan absorbsi sari makanan.
3)      Lambung (ventrikulus)











Lambung pada manusia terletak pada bagian kiri atas rongga perut di bawah diagfragma. Dinding lambung terdiri atas lapisan otot yang tersusun memanjang, melingkar, dan menyerong. Dengan adanya kontraksi otot – otot lambung tesebut, makanan akan teraduk dengan baik menjadi bubur (chyme / kim). Lambung terdiri atas tiga bagian, yaitu kardiak (bagian yang merupakan tempat masuknya kerongkongan), fundus (bagian tengah lambung), dan pilorus (bagian yang berbatasan dengan usus dua belas jari). Lambung juga berperan sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon.
Lambung menghasilkan getah lambung yang terdiri atas :
a.       Air dan lender
b.      Ion – ion organik
c.       Asam lambung (HCl)
d.      Enzim – enzim pencernaan (pepsin, rennin dan lipase)
Disamping itu juga lambung menghasilkan asam lambung (HCl), adapun fungsi HCl yang disekresikan oleh lambung, adalah :
a.       Asam klorida (HCl)
b.      Mengaktifkan kerja enzim
c.       Merangsang membuka dan menutupnya katup pada bagian pilorus
d.      Merangsang pengeluaran getah usus
4)      Hati dan Kandung empedu





Hati terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri. Struktur mikroskopik organ ini terdiri atas lobulus – lobulus berbentuk segi enam yang terdiri atas sel – sel, antara lain :
a.       Menghasilkan protein plasma seperti heparin, fibrinogen dan protrombin,
b.      Pusat metabolisme protein, lemak dan karbohidrat,
c.       Menetraisir racun yang masuk ke dalam tubuh (defoksifikasi),
d.      Tempat menyimpan cadangan makanan seperti glikogen, dan
e.       Menghasilkan cairan empedu
Setelah diserap oleh usus, sari – sari makanan dibawa oleh darah menuju ke hati dan seluruh tubuh. Pada hati bermuara dua pembuluh darah, yaitu : vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus yang mengandung darah miskin oksigen, tetapi kaya nutrisi (sari makanan) dan arteri hepatica yang merupakan cabang arteri coeliaca (arteri yang mengalirkan darah ke saluran cerna) yang kaya oksigen.
5)      Pankreas








Pankreas juga merupakan organ tambahan pada system pencernaan. Pankreas memiliki panjang kurang dari 12 cm dan tebal 2,5 cm. pankreas terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian kepala yang melekat pada duodenum, bagian badan yang merupakan bagian tengah pankreas, dan bagian ekor yang merupakan bagian yang memanjang kearah ujung kiri atas.
Pankreas terletak di bawah lambung dan mempunyai dua saluran yaitu : saluran (ductus) wirsungi dan saluran (ductus) sastroni yang berfungsi mengalirkan getah yang disekresikan pankreas ke duodenum. Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Di dalam getah pankreas terdapat enzim – enzim pencernaan, yaitu :
a.       Tripsinogen berupa proenzim
b.      Kimotripsinogen
c.       Lipase Pankreas (steapsin)
d.      Amilopepsin (amylase pankreas)
e.       Ribonuklease  dan deoksiribonuklease
Pankreas menghasilkan beberapa jenis hormon, yaitu :
a.       Sekretin
b.      Koleisistokinin
c.       Insulin


6)      Usus halus (Intenstinum Tenue)











Usus halus merupakan saluran pencernaan terpanjang yang panjangnya lebih kurang 7 meter dengan diameter 2,5 cm. fungsi usus halus adalah mencerna makanan dan mengabsorpsi sari makanan.
Penyerapan sari – sari makanan kedalam dinding usus melalui berbagai cara, yaitu secara : difusi, usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu :
a.       Duodenum (usus dua belas jari), panjangnya 25 cm
b.      Jejunum (usus kosong) panjangnya 2,5 m,
c.       Ileum (usus penyerapan) panjangnya 4 m.
Getah usus mengandung :
a.       Peptidase, merupakan kelompok enzim yang memecah polipeptida menjadi asam amino.
b.      Maltase, lactase, dan sukrase merupakan enzim yang memecah disakarida (maltosa, laktosa dan sukrosa) menjadi monosakarida enzim – enzim tersebut disebut juga disakase.
c.       Lipase usus, merupakan enzim yang memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
d.      Erepsinogen, merupakan proenzim yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi erepsin yang mengubah peptone menjadi asam amino
e.       Eneterokinase, merupakan enzim yang mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi erepsin.
7)      Usus besar (Kolon) dan anus
Usus besar kolon terletak diantara ileum dan anus. Kolon dihubungkan dengan dinding perut belakang oleh mesokolon. Secara anatomi, usus besar terbagi atas sekum kolon asenden (naik), kolon transversal (mendatar), kolon desenden (turun), rectum, dan anus.



 









Proses pencernaan kolon manusia juga dibantu oleh bakteri usus Escherichia coli yang merombak sisa – sisa makanan sehingga membentuk feses. Apabila jumlah bakteri tersebut melebihi kondisi normal, maka akan dapat menimbulkan penyakit pada usus, seperti diare. Dengan adanya perombakan sisa makanan oleh bakteri ini, maka dapat dihasilkan beberapa vitamin seperti vitamin K, yang diperlukan dalam proses pembekuan darah.


 







Anus merupakan lubang akhir dari saluran pencernaan tempat keluarnya kotoran (feses). Dinding anus terdiri atas dua lapisan yaitu otot lurik pada bagian luar dan otot polos di bagian dalam.
2.5.      Manfaat Gerakan Peristaltik Pada Sistem Pencernaan
Gerakan peristaltik sangat bermanfaat bagi system pencernaan karena dengan adanya gerakan peristaltik, dapat mengakibatkan makanan yang dimakan oleh manusia dapat dicerna dengan baik.
Selain dari itu dengan adanya gerakan peristaltik pada system pencernaan terutama pada lambung karena pada lambung jika tidak ada gerakan peristaltik makanan yang kita makan tidak dapat dicerna dengan sempurna, akan tetapi karena dengan adanya gerakan peristaltik pada pencernaan makanan bisa dihancurkan oleh lambung dengan gerakan – gerakan otot – otot pada lambung. Sehingga makanan yang pada awalnya keras jika melewati lambung akan hancur seperti bubur yang akan mudah diserap oleh usus halus dan usus besr yang pada akhir akan dikeluarkan melalui anus.
Dengan adanya gerakan peristaltik yang terjadi pada lambung makanan yang dimakan oleh manusia dapat dicerna seara kimiawi. Karena dengan adanya gerakan otot – otot yang terjadi sehingga makanan yang dimakan diaduk – aduk dalam lambung.




BAB III
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari paparan makalah kami, kami dapat menyimpulkan bahwa :
Gerakan peristaltik merupakan gerakan yang terjadi pada otot – otot pada saluran pencernaan yang menimbulkan gerakan semacam otot – otot pada saluran pencernaan yang menimbulkan gerakan semacam gelombang sehingga menimbulkan efek menyedot / menelan makanan yang masuk kedalam saluran pencernaan.
Gerakan peristaltik sangat penting bagi system pencernaan manusia, karena dengan adanya peristaltik proses pencernaan yang dimulai dari mulut sampai ke anus yang dialami manusia pada system pencernaannya dapat terjadi dengan baik.
Dengan adanya bantuan dari gerakan peristaltik dalam proses pencernaan manusia dapat terjadi secara kimiawi dalam tubuh manusia.
3.2.      Saran
·        Dalam menyusun / membuat makalah kita harus mempersiapkan bahan – bahan yang diperlukan misalnya : buku dan lain – lain.
·        Jika membuat makalah usahakan pembaca dapat memahaminya dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA