- Pengertian media
Kata media
berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfia berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar. Dalam bahasa
Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.[1]
Association for education and
Communication Technology (AECT)
mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
penyaluran informasi. Sedangkan Education
Association (NEA) mendefinisikan
sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan
belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruktional.[2]
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat
yang digunakan untuk menyampaikan atau pengantar pesan-pesan pengajaran atau
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan,
dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar. Jadi media
pendidikan agama adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan pendidikan agama dari guru kepada siswa sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sehingga terjadi
proses belajar mengajar.
- Kriteria Pemilihan Media Pendidikan Agama
Media merupakan salah satu
sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka
ragamannya media tersebut, maka masing masing media mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media
antara lain, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi
siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, mutu teknis dan biaya.
Mata pelajaran pendidikan
agama merupakan salah satu jenis mata pelajaran yang mempunyai pokok bahasan
dan sub pokok bahasan, oleh sebab itu mata pelajaran ini juga memiliki beberapa
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Disamping itu, mata pelajaran
pendidikan agama juga disampaikan pada semua lembaga pendidikan yang ada di
Indonesia. Dengan demikian siswa yang akan mempelajari mata pelajaran ini juga
beraneka ragam karakteristiknya, demikian pula dengan lingkungan, kondisi dan
budaya setempat, norma-norma, biaya dan lain-lain. Mengingat permasalahan
tersebut maka jenis media yang akan digunakan dalam pendidikan agama pun harus
dipilih dan disesuaikan dengan latar belakang perbedaan tersebut.
Dick dan Carey menyebutkan
empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media untuk suatu
pembelajaran, di samping kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan media.
Keempat factor tersebut adalah, 1) Ketersediaan sumber dan tempat, 2) Tenaga
dan fasilitas, 3) Kepraktisan dan ketahanan media yang akan digunakan, dan 4)
Efektifitas biayanya dalam waktu yang panjang.[3]
- Klasifikasi media Pendidikan agama
Rudi Bretz mengklasifikasikan
ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk
visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis
dan simbol. Di samping itu dia juga membedakan media siar dan media rekam,
sehingga tedapat 8 klasifikasi media, yaitu: 1) Media audio visual gerak, 2)
Media audio visual diam, 3) Media audio seni gerak, 4) Media visual gerak, 5)
Media visual gerak, 6) Media visual semi gerak, 7) Media audio, dan 8) Media
cetak.
Menurut Oemar Hamalik ada
empat klasifikasi media pengajaran, yaitu 1) Alat-alat visual yang dapat
dilihat, misalnya filmstrip, transparasi, micro projection, papan tulis,
bulletin board, gambar-gambar, ilustrasi, grafik poster, dll, 2) Alat-alat yang
bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya, phonograph record, radio,
rekaman pada tipe recorder, dll, 3) Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar,
misalnya film dan televisi, dan 4) Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama,
sandiwara boneka, dan sebagainya.[4]
Ada beberapa jenis media yang
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar pendidikan agama. Jenis media
tersebut antara lain :
a. Media grafis
Media grafis termasuk media
visual yang berfungsi untuk menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk
lambang atau simbol-simbol kamunikasi. Menurut Arief S. Sadirman simbol-simbol
tersebut harus dipahami benar, artinya agar proses penyampaian pesan dapat
berhasil dan efesien.[5]
Selain itu media grafis juga
berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan
atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan bila tidak digrafiskan. Yang termasuk dalam
media grafis adalah gambar, foto,
sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta, globe, papan
bulletin, dan lain-lain.
b. Media audio
Media audio adalah media yang
berkaitan dengan indra pendengaran. Di mana pesan yang disampaikna dituangkan
dalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Ada beberapa
jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio, di antaranya radio,
alat perekam atau tape recorder, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
c. Media proyeksi diam
Media proyeksi diam adalah
media visual yang hampir sama dengan media grafis dalam segi penyajian
rangsangan visual. Perbedannya terletak pada pola interaksinya. Dalam media
grafis pola interaksi yang ada dapat berjalan langsung dengan media yang
bersangkutan. Sedangkan dalam media proyeksi diam, pola interaksi harus
diproyeksikan dengan proyektor terlebih dahulu agar pesannya dapat dilihat oleh
siswa. Yang termasuk dalam media ini adalah film bingkai, OHP, dan lain-lain.
d. Media pendidikan agama
Penggunaan media yang paling
baik dan tepat dalam pendidikan agama adalah dengan media perbuatan atau
pemberian contoh yang bersifat uswatun
hasanah seperti halnya yang pernah
dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam usaha menanamkan aqidah yang dibawanya
sehingga dapat mudah diterima oleh umatnya. Dalam QS. al-Ahzab (33): 21:
Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagi kamu (yaitu) orang yang mrngharapkan (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia bnayak mengingat allah”.[6]
Nabi selalu memberikan contoh
tauladan atau menciptakan dirinya sebagai model dalam mendakwakan seruan Allah.
Sebagai contoh disaat Nabi mendirikan masjid Quba’ di luar makkah, Nabi
memimpin langsung dan ikut serta bekerja dengan para sahabat. Contoh teladan tersebut
sangat besar pengaruhnya dalam misi pendidikan Islam dan dapat dijadikan faktor
yang menentukan terhadap keberhasilan dan perkembangan tujuan pendidikan secara
luas.
Melalui suri tauladan atau
model perbuatan dan tindakan yang baik
oleh guru, maka guru agama akan dapat menumbuh kembangkan sifat dan sikap yang
baik pula terhadap siswa. Begitu juga sebaliknya, apa yang dilihat dan didengar
oleh siswa bertolak belakang dengan kenyataan maka hasil pendidikan tidak akan
tercapai dengan baik dan dapat melumpuhkan daya didik seorang guru.
Istilah uswatun hasanah dalam perkembangan saat ini bisa disebut dengan istilah demonstrasi
yaitu memberikan contoh dan menunjukkan tentang tata cara berbuat atau
melakukan sesuatu. Media uswatun hasanah ini selalu digunakan oleh Nabi dalam
mengajarkan ajaran-ajaran agama kepada umatnya, misalnya dalam mempraktekkan
sholat.
Dalam hal ini beliau
memperlihatkan bagaimana cara berdiri, ruku’, I’tidal, sujud dan seterusnya. Media
pendidikan agama adalah semua aktifitas yang ada hubungannya dengan materi
pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat diperagakan maupun teknik
atau metode yang secara efektif dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka
mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Dari penjelasan di atas
hendaknya dalam pemilihan media pengajaran selalu diperhatikan hal-hal yang
tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama atau sesuatu tindakan atau
perbuatan yang dicontohkan oleh Nabi sendiri. Pemilihan media pengajaran agama
tersebut disesuaikan dengan tujuan pengajaran agama itu sendiri, bahan/materi
yang akan disampaikan, ketersediaan alat, pribadi guru, minat dan kemampuan
siswa, dan situasi pengajaran yang akan berlangsung.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media bukan sekedar upaya untuk membantu guru
dalam mengajar, tetapi lebih daripada itu sebagai usaha yang ditujukan untuk
memudahkan siswa dalam mempelajari pendidikan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar