Selasa, 06 November 2012

Media pembelajaran Pendidikan Agama



  1. Pengertian media
Kata  media  berasal dari bahasa latin  medius yang secara harfia berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[1] Association for education and Communication Technology  (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association  (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruktional.[2]
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan atau pengantar pesan-pesan pengajaran atau sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya  proses belajar mengajar. Jadi media pendidikan agama adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pendidikan agama dari guru kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar.         
  1. Kriteria Pemilihan Media Pendidikan Agama
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamannya media tersebut, maka masing masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media antara lain, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, mutu teknis dan biaya.
Mata pelajaran pendidikan agama merupakan salah satu jenis mata pelajaran yang mempunyai pokok bahasan dan sub pokok bahasan, oleh sebab itu mata pelajaran ini juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Disamping itu, mata pelajaran pendidikan agama juga disampaikan pada semua lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Dengan demikian siswa yang akan mempelajari mata pelajaran ini juga beraneka ragam karakteristiknya, demikian pula dengan lingkungan, kondisi dan budaya setempat, norma-norma, biaya dan lain-lain. Mengingat permasalahan tersebut maka jenis media yang akan digunakan dalam pendidikan agama pun harus dipilih dan disesuaikan dengan latar belakang perbedaan tersebut.
Dick dan Carey menyebutkan empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media untuk suatu pembelajaran, di samping kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan media. Keempat factor tersebut adalah, 1) Ketersediaan sumber dan tempat, 2) Tenaga dan fasilitas, 3) Kepraktisan dan ketahanan media yang akan digunakan, dan 4) Efektifitas biayanya dalam waktu yang panjang.[3]
  1. Klasifikasi media Pendidikan agama
Rudi Bretz mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis dan simbol. Di samping itu dia juga membedakan media siar dan media rekam, sehingga tedapat 8 klasifikasi media, yaitu: 1) Media audio visual gerak, 2) Media audio visual diam, 3) Media audio seni gerak, 4) Media visual gerak, 5) Media visual gerak, 6) Media visual semi gerak, 7) Media audio, dan 8) Media cetak.
Menurut Oemar Hamalik ada empat klasifikasi media pengajaran, yaitu 1) Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparasi, micro projection, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, ilustrasi, grafik poster, dll, 2) Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya, phonograph record, radio, rekaman pada tipe recorder, dll, 3) Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi, dan 4) Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya.[4]
Ada beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar pendidikan agama. Jenis media tersebut antara lain :
a.       Media grafis
Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk lambang atau simbol-simbol kamunikasi. Menurut Arief S. Sadirman simbol-simbol tersebut harus dipahami benar, artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efesien.[5]
Selain itu media grafis juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan  bila tidak digrafiskan. Yang termasuk dalam media grafis adalah gambar, foto,  sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta, globe, papan bulletin, dan lain-lain.
b.      Media audio
Media audio adalah media yang berkaitan dengan indra pendengaran. Di mana pesan yang disampaikna dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio, di antaranya radio, alat perekam atau tape recorder, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
c.       Media proyeksi diam
Media proyeksi diam adalah media visual yang hampir sama dengan media grafis dalam segi penyajian rangsangan visual. Perbedannya terletak pada pola interaksinya. Dalam media grafis pola interaksi yang ada dapat berjalan langsung dengan media yang bersangkutan. Sedangkan dalam media proyeksi diam, pola interaksi harus diproyeksikan dengan proyektor terlebih dahulu agar pesannya dapat dilihat oleh siswa. Yang termasuk dalam media ini adalah film bingkai, OHP, dan lain-lain.
d.      Media pendidikan agama
Penggunaan media yang paling baik dan tepat dalam pendidikan agama adalah dengan media perbuatan atau pemberian contoh yang bersifat  uswatun hasanah  seperti halnya yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam usaha menanamkan aqidah yang dibawanya sehingga dapat mudah diterima oleh umatnya. Dalam QS. al-Ahzab (33): 21:

Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu (yaitu) orang yang mrngharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia bnayak mengingat allah”.[6]

Nabi selalu memberikan contoh tauladan atau menciptakan dirinya sebagai model dalam mendakwakan seruan Allah. Sebagai contoh disaat Nabi mendirikan masjid Quba’ di luar makkah, Nabi memimpin langsung dan ikut serta bekerja dengan para sahabat. Contoh teladan tersebut sangat besar pengaruhnya dalam misi pendidikan Islam dan dapat dijadikan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan dan perkembangan tujuan pendidikan secara luas.
Melalui suri tauladan atau model perbuatan dan  tindakan yang baik oleh guru, maka guru agama akan dapat menumbuh kembangkan sifat dan sikap yang baik pula terhadap siswa. Begitu juga sebaliknya, apa yang dilihat dan didengar oleh siswa bertolak belakang dengan kenyataan maka hasil pendidikan tidak akan tercapai dengan baik dan dapat melumpuhkan daya didik seorang guru.
Istilah uswatun hasanah dalam perkembangan saat ini bisa disebut  dengan istilah  demonstrasi  yaitu memberikan contoh dan menunjukkan tentang tata cara berbuat atau melakukan sesuatu. Media uswatun hasanah ini selalu digunakan oleh Nabi dalam mengajarkan ajaran-ajaran agama kepada umatnya, misalnya dalam mempraktekkan sholat.
Dalam hal ini beliau memperlihatkan bagaimana cara berdiri, ruku’, I’tidal, sujud dan seterusnya. Media pendidikan agama adalah semua aktifitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat diperagakan maupun teknik atau metode yang secara efektif dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Dari penjelasan di atas hendaknya dalam pemilihan media pengajaran selalu diperhatikan hal-hal yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama atau sesuatu tindakan atau perbuatan yang dicontohkan oleh Nabi sendiri. Pemilihan media pengajaran agama tersebut disesuaikan dengan tujuan pengajaran agama itu sendiri, bahan/materi yang akan disampaikan, ketersediaan alat, pribadi guru, minat dan kemampuan siswa, dan situasi pengajaran yang akan berlangsung.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media bukan sekedar upaya untuk membantu guru dalam mengajar, tetapi lebih daripada itu sebagai usaha yang ditujukan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari pendidikan agama.


[1] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003. h. 3
[2] M. Basyiruddin Usman dan Asnawir,  Media Pembelajaran,  Jakarta : Ciputat Pers, 2002. hal. 11.
[3] Muhaimin. Op.Cit. hal. 97.
[4] M. Basyiruddin Usman, Op.Cit. hal. 27-28.
[5] Ibid. hal. 33.
[6]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar