Selasa, 06 November 2012

Keterampilan Variasi Mengajar



  1. Pengertian Ketrampilan Variasi Mengajar
Agar kita bisa lebih memahami pengertian ketrampilan variasi mengajar berikut akan kita jelaskan pengertian dari tiap kata. Kata terampil dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti cekatan, cakap mengerjakan sesuatu, sedangkan ketrampilan bermakna kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat (dengan keahlian).[1] Dan kata variasi menurut Wojowasito berarti selingan atau selang-seling.[2] Kridalaksana juga mengungkapkan hal yang sama bahwa variasi ialah selingan, selang-seling atau ragam corak.[3]
Menurut Chaplin variasi berarti perubahan dalam kondisi dan satu perbedaan.[4] Mengajar adalah usaha guru membimbing, mengarahkan atau mengorganisasi belajar. Mengajar  adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar ia dapat menerima, memahami, menanggapi, menghayati, memiliki, menguasai dan mengembangkannya.[5]
Menurut Usman mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang manimbulkan terjadinya proses belajar mengajar.[6]
Berdasarkan pengertian di atas, maka ketrampilan variasi mengajar adalah perubahan tingkah laku yang merupakan bentuk kegiatan mengajar siswa dengan tujuan menarik perhatian siswa agar lebih giat berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Ketrampilan variasi mengajar juga berarti upaya guru agar pembelajaran tidak membosankan, menjenuhkan dan melelahkan. Siswa mempunyai antusias atau perhatian dan partisipasi terhadap jalannya proses pembelajaran. [7]
Menurut Usman variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.[8]
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa ketrampilan variasi mengajar adalah suatu proses perubahan pengajaran dalam proses belajar mengajar untuk mencegah munculnya rasa bosan atau kejenuhan siswa dalam pembelajaran yang disampaikan guru di kelas, sehingga siswa dapat bersemangat kembali serta dapat berpartisipasi aktif dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru.
  1. Tujuan ketrampilan variasi mengajar
Penggunaan variasi dalam mengajar yang dilakukan guru bertujuan untuk 1) Menarik perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang tengah dibicarakan, 2) Menjaga kestabilan proses pembelajaran baik secara fisik maupun mental, 3) Membangkitkan motivasi  belajar selama proses pembelajar, 4) Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran dan 5) Memberikan  kemungkinan layanan pembelajaran individual.[9]
Menurut Soetomo pemberian variasi yang tepat dalam proses belajar mengajar akan dapat memberi manfaat bagi siswa, yaitu 1) Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diberikan padanya, 2) Dapat memberi kesempatan berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki dari siswa tentang hal baru, 3) Dapat memberi motivasi kepada siswa untuk memusatkan perhatiannya pada proses belajar mengajar, 4) Dapat menghindari kebosanan siswa dalam belajar, 5) Dapat mendorong anak untuk mengadakan diskusi dengan temannya  dan 6) Dapat meningkatkan kadar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).[10]
Penggunaan ketrampilan variasi mengajar yang efektif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di dalam belajar dan merupakan sarana bagi siswa untuk menyeleksi pelajaran apa saja yang ia senangi dan siswa tidak akan merasa bosan atau jenuh terhadap pelajaran tersebut. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar akan lebih variatif dan tidak monoton serta dapat mengembangkan kreatifitas seorang guru dalam mengajar.
Berdasarkan penjelasan di atas tujuan pengadaan ketrampilan variasi mengajar lebih ditekankan pada tujuan memelihara interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, dengan ketrampilan variasi mengajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
  1. Prinsip-prinsip penggunaan ketrampilan variasi mengajar
Untuk dapat melaksanakan ketrampilan variasi mengajar dengan baik guru tidak cukup hanya memahaminya saja tetapi guru harus menerapkannya secara langsung dalam kelas. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan bagi guru dalam menggunakan ketrampilan variasi mengajar, yaitu Ketrampilan variasi mengajar berhubungan erat dengan ketrampilan dasar lainnya, sekaligus sebagai ketrampilan profesional guru. Pemberian variasi harus didukung oleh ketrampilan penggunaan metode pembelajaran dan ketrampilan mengajukan pertanyaan tetapi tidak menutup kemungkinan harus didukung oleh kemampuan dasar lainnya. Ketrampilan variasi mengajar perlu dirancang sedemikian rupa bahkan dimungkinkan untuk dimasukkan dalam persiapan mengajar. Penggunaan ketrampilan variasi mengajar harus dilakukan secara proposional artinya tidak dilakukan secara berlebihan karena dapat mempengaruhi jalannya pembelajaran.[11]

Penggunaan ketrampilan variasi mengajar juga harus memenuhi prinsi-prinsip, antara lain 1) Relevan dengan tujuan pembelajaran bahwa variasi mengajar digunakan untuk menunjang tercapainya kompetensi dasar, 2)Kontinyu dan fleksibel artinya variasi digunakan secara terus menerus selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan fleksibel sesuai kondisi, 3) Antusiasme dan hangat yang ditujukan oleh guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan, 4) Relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik.[12]
  1. Komponen ketrampilan variasi mengajar
T. Gilarso, dkk mengolongkan komponen ketrampilan variasi mengajar menjadi tiga komponen besar, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam pola interaksi guru dan murid, serta variasi dalam media pembelajaran.[13]
a.       Variasidalam gaya mengajar guru (Teacher levelnees)
Penguasaan materi pembelajaran tanpa diimbangi dengan cara penyampaian didukung oleh gaya mengajar guru, maka usaha guru akan sia-sia. Ketiga hal di atas penting dan harus dilakukan guru saat melakukan pembelajaran.
Agar tidak terjadi kebosanan anak dalam belajar, maka guru dapat melakukan variasi dalam gaya mengajarnya, yang mana dalam memberi variasi gaya mengajar ini guru dapat melakukan melalui beberapa usaha, antara lain :
1)      Variasi dalam suara (voice variation)
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
Untuk mengikat perhatian anak dan menjaga anak dari kebosanan, suara guru dalam mengajar hendaknya tidak selalu sama dari awal hingga akhir, tetapi sebaiknya diberi variasi. Guru dapat mempola tinggi rendah tekanan-tekanan tertentu untuk maksud-maksud tertentu. Penggunaan variasi suara secara tepat, di samping menghilangkan kesan monoton juga untuk menimbulkan kesan khusus saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2)      Pemusatan Perhatian
Kemudahan belajar anak dipengaruhi pula oleh kadar perhatian yang dipusatkan anak terhadap penjelasan guru. Karena itu, merupakan tugas guru untuk merangsang munculnya perhatian anak. Untuk membangkitkan perhatian anak, guru dapat melakukan teknik “pemusatan perhatian”. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan guru untuk memusatkan perhatian anak. Teknik tersebut adalah sebagai berikut :
a)      Meminta anak untuk memperhatikan. “Coba perhatikan …”
b)      Mengatur tekanan suara, yang bermakna perlu mendapat perhatian.
c)      Dengan menunjukkan pengetahuan atau konsep yang penting.
d)      Dengan menggaris bawahi konsep penting.
e)      Dengan pengulangan pengungkapan.[14]
3)      Kesenyapan (Pausing/silence)
Ketika guru sedang menjelaskan dapat saja perhatian siswa memudar. Apabila gejala tersebut ditemukan tugas guru adalah membangkitkan kembali perhatian anak. Untuk itu, guru menggunakan teknik “diam sejenak atau kesenyapan”.
Adanya kesenyapan atau diam sejenak yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adanya suara kepada keadaan tenang akan dapat membangkitkan perhatian siswa karena siswa ingin tahu.
4)      Kontak pandang (eye contact)
Kontak pandang yang diberikan guru secara menyeluruh dapat menimbulkan perasaan anak bahwa dirinya diperhatikan. Dengan demikian akan mengurangi peluang anak untuk menghindari belajar. Kontak pandang dapat dimaknakan anak sebagai sikap antusiasme guru dalam mengajar. Jika demikian perasaan anak, maka anak akan tergugah motivasi belajarnya. Kontak pandang dapat dilakukan dengan bervariasi. Guru dapat melakukan pandangan keseluruh kelas dan secara bervariasi ditujukan kepada kelompok siswa atau siswa tertentu. Penggunaan variasi tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan saat-saat yang tepat. Kondisi sesaat yang terjadi di kelas dapat mendorong perlunya penggunaan variasi pandangan guru.
5)      Ekspresi roman atau mimic (facial espression)
Ekspresi roman muka dapat dipakai sebagai sarana komunikasi antara guru dan siswa. Kesan antusiasme guru juga dapat dimunculkan dengan membuat variasi mimic. Perubahan-perubahan mimic dapat membantu siswa untuk menangkap makna yang disampaikan guru.
6)      Gerakan anggota badan (gesturing)
Variasi dalam gerakan badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong menyampaikan arti pembicaraan.
7)      Variasi dalam posisi guru di kelas (movement)
Pergantian posisi guru di waktu mengajar juga sangat perlu diadakan variasi. Kalau guru dalam mengajar dari awal hingga akhir selalu duduk di kursi akan mengakibatkan minat anak untuk menerima materi dari guru semakin menurun, begitu juga sebaliknya. Untuk itulah posisi guru selama mengajar hendaknya selalu diadakan variasi. Variasi dalam posisi dapat dilakukan dengan cara ke belakang, ke kiri, ke kanan, berdiri, duduk, mendekati murid, dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan dengan maksud-maksud tetentu yang disesuaikan dengan situasi pada waktu itu, dan hendaknya variasi ini dilakukan secara wajar tidak berlebihan.
8)      Variasi dalam pola interaksi guru dan murid 
Pola interaksi guru dengan murid dalam proses belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh anak. Hal ini bergantung pada ketrampilan guru dalam mengola proses belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan agar  tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan. 

a)      Variasi dalam media pembelajaran.
Tiap anak didik memiliki kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan bicara. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap anak didik dapat dikurangi. Media belajardilihat dari indra yang digunakan dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
(1)   Media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai pengguaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film TV, radio, recorder, gambar, grafik, model dan lain-lain.
(2)   Media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan kombinasi dengan media pandang dan media taktil. Sejumlah media dengar dapat dipakai antara lain pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, dan lain-lain.
(3)   Media taktil
Media taktil adalah media yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajar. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan dan dilakukan secara individu atau kelompok kecil, misalnya dalam pelajaran ekonomi dapat mengumpulkan jenis mata uang, dan lain-lain.[1]
Karena banyaknya mata pelajaran maka tujuan untuk setiap mata pelajaranpun berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan seorang guru untuk memilih metode untuk mencapai tujuan tersebut. Pemilihan metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan. Untuk itu berikut ini akan dijelaskan beberapa metode yang mingkin dapat dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan agama. Metode-metode tersebut antara lain :
a.       Metode mengingat
Metode mengingat adalah metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa adanya. Metode ini banyak digunakan untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadits. Ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan metode ini yaitu :
1)      Merefleksi, yaitu memperhatikan bahan yang sedang dipelajari baik dari segi tulisan dan tanda bacanya maupun syakalnya.
2)      Mengulang yakni membaca dan atau mengikuti berulang-ulang apa yang diucapkan oleh guru.
3)      Meresitasi yaitu mengulang secara individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah dipelajari.
4)      Retensi yaitu ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari bersifat permanen.[2]
b.      Metode ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan secara lisan. Metode ini merupakan kombinasi dari metode hafalan, diskusi, dan Tanya jawab. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :
1)      Tahap persiapan, yaitu tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar dimulai.
2)      Tahap penyajian, yaitu guru menyampaikan bahan ceramah
3)      Tahap asosiasi, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya. Pada tahap ini siswa diajak Tanya jawab atau diskusi.
4)      Tahap generalisasi atau kesimpulan, yaitu tahap menyimpulkan hasil ceramah.
5)      Tahap aplikasi/evaluasi, yaitu tahap penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan.[3]
c.       Metode diskusi
Diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas  dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk menyelesaikan keputusan bersama. Ada tiga langkah utama dalam metode diskusi, yaitu :
1)      Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan pemecahan dari siswa
2)      Bimbingan, yaitu pengarahan yang terus menerus dan bertujuan yang diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.
3)      pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi
d.      Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu  cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh siswa. Penggunaan metode ini bermaksud memotivasi siswa untuk bertanya selama proses belajar mengajar, atau guru yang bertanya dan siswa menjawabnya. Isi pertanyaan tidak harus mengenai pelajaran yang sedang diajarkan, tetapi bisa juga mengenai pertanyaan yang lebih luas yang berkaitan dengan pelajaran.
e.       Metode demonstrasi.
Demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu atau cara kerja sesuatu yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Dengan demonstrasi penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam. Metode ini hampir sama dengan metode eksperimen.
f.        Metode pemecahan masalah
Metode problem solving atau pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi merupakan suatu metode berpikir, karena metode ini memberikan latihan kepada murid dalam berpikir. Metode pemecahan masalah dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1) Pengenalan kesulitan, 2) Pendefisian masalah, 3) Saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pemecahan, 4) Pengujian hipotesis, 5) Memverifikasi kesimpulan.
g.       Metode karya wisata
Metode karyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran oleh siswa dengan jalan membawa mereka langsung ke objek yang terdapat di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata, agar mereka dapat mengamati atau mengalami secara langsung.
h.       Metode studi kasus
Metode studi kasus pertama-tama digunakan dalam bidang hukum yang kemudian berkembang pada bidang pendidikan. Metode studi kasus bukan saja memberikan pengalaman dalam mengambil keputusan, akan tetapi juga merangsang konseptualisasi yang didasarkan pada kasus individu. Metode ini juga dapat merangsang diskusi dan interaksi dalam kelomok. Metode studi kasus dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikt, 1) Pamilihan kasus, 2) Membaca, 3) Analisis, dan 4) Diskusi.



[1] Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hal. 128-129.
[2] Muhaimin. Op.Cit. hal. 82-83.
[3] Nana Sudjana, Op.Cit. hal. 77-78.
 




[1]W.J. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976. hal. 1088  
[2] Wojowasisto, Kamus Bahasa Indonesia, Bandung : Shinta Dharma, 1976. hal. 330.
[3] Harimurti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, Flores : Nusa Indah, 1985. hal. 206.
[4] C.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : Rajawali Pers, 1989, hal. 528.
[5] Muhaimin, Abd. Ghofir dan Nur Ali, Op.Cit. hal. 55.
[6] Muh. Uzer Usman, Op.Cit. hal. 3
[7] Siti Fatimah Sunaryo, Op.Cit. hal. 54.
[8] Muh. Uzer Usman., Op.Cit. hal. 76.
[9] Siti Kusrini, Opcit. hal. 107-108
[10] Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, hlm. 101
[11] Siti Fatimah Sunaryo, Opcit. hlm. 54-55
[12] Siti kusrini, Opcit. hlm. 108.
[13] Siti Fatimah Sunaryo, Opcit. hlm. 55-56.
[14] Siti Kusrini, Opcit, hlm. 110-111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar