1.
Definisi
Nilai Keislaman
Kata nilai dalam kamus besar
Bahasa Indonesia berarti harga. Nilai memiliki makna yang berbeda bila berada
pada konteks yang berbeda pula. Dalam konteks
akademik nilai bisa berarti angka kepandaian, ”rata – rata nilai mata
pelajaran matematika”. Dalam konteks yang lain nilai berarti kadar, ”nilai gizi
berbagai jeruk hampir sama.”[1]
Mulyana mendefinisikan ”nilai
adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.”[2]
Pengertian ini tidak secara eksplisit
menyebutkan ciri – ciri spesifik seperti
norma, keyakinan, cara, sifat dan ciri – ciri yang lain. Namun definisi
tersebut menawarkan pertimbangan nilai bagi yang akan menganutnya. Seseorang
dapat memilih suatu nilai sebagai dasar untuk berprilaku berdasarkan keyakinan
yang ia miliki.
Guna memperoleh pengertian
mengenai nilai keislaman, selanjutnya penulis
akan mendefinisikan tentang agama, karena Islam merupakan salah satu
agama. Dalam bahasa latin agama diucapkan
dengan kata Religios, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan kata
Religie. Kata ini berasal dari ”re” dan ”eligare”, yang berarti memilih
kembali.[3] Yakni memilih kembali ke
jalan Tuhan setelah sebelumnya berada pada jalan yang sesat.
Dalam bahasa Arab kata dien
digunakan untuk menyebutkan ”agama”. Dien mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.[4] Hal ini memang sejalan
dengan apa yang terkandung dalam agama
mengenai syariat yang harus dipatuhi, keharusan tunduk terhadap Tuhan, dan juga
adanya pahala, siksa, surga, dan neraka sebagai balasan.
Islam sebagai agama adalah
risalah yang disampaikan oleh Allah kepada Rasul-Nya (Muhammad Saw.) sebagai
petunjuk bagi manusia dan hukum – hukum sempurna untuk dipergunakan manusia
dalam menyelenggarakan tata cara hidup serta mengatur hubungan dengan Tuhan (hablu
minallah), sesama manusia (hablu minannas), dan alam sekitar.[5]
Dengan demikian nilai
ke-Islaman dapat didefinisikan sebagai konsep dan keyakinan yang dijunjung
tinggi oleh manusia mengenai beberapa masalah pokok yang berhubungan dengan
Islam untuk dijadikan pedoman dalam bertingkah laku, baik nilai bersumber dari
Allah maupun hasil interaksi
manusia tanpa bertentangan dengan
syariat.
2.
Macam-Macam Nilai Keislaman
Secara hakiki nilai agama merupakan nilai yang
memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai
lainnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datang dari Tuhan.
Struktur mental manusia dan kebenaran mistik-transendental merupakan dua sisi
unggul yang dimiliki oleh nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang harus
dicapai adalah adanya keselarasan semua unsur kehidupan. Antara kehendak
manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan, atau antara 'itiqad
dan perbuatan.[6]
Agama Islam sebagai agama Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad saw. memiliki kebenaran yang hakiki. Nilai-nilai dalam
agama merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan
berbagai masalah hidup seperti ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku
manusia yang menuju kepada keridhaan Allah.
Dalam agama Islam terdapat beberapa pokok ajaran yang
dapat menjamin bagi terwujudnya kehidupan manusia lahir batin, dunia akhirat.
Oleh karena itu nilai-nilai keagamaan dalam Islam didasarkan pada pokok-pokok
ajaran tersebut, yakni akidah, syariah dan akhlaq. Selanjutnya penulis akan
menguraikan pokok-pokok ajaran Islam tersebut sekaligus sebagai nilai tertinggi
dalam agama Islam.
a.
Nilai akidah
Akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenarannya
oleh hati, menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan
keraguan. Karakteristik akidah Islam bersifat murni, baik dalam isi maupun
prosesnya, dimana hanyalah Allah yang wajib diyakini, diakui dan disembah.
Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh dialihkan kepada yang lain, karena
akan berakibat penyekutuan yang berdampak pada motivasi ibadah yang tidak
sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah swt,. Akidah ini termanifestasi dalam
kalimat thoyyibah (laa Ilaaha illallah). Dalam prosesnya, keyakinan
tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara. Akidah demikian yang
akan melahirkan bentuk pengabdian hanya kepada Allah, berjiwa bebas, merdeka
dan tidak tunduk pada manusia dan makhluk Tuhan lainnya.[7]
b.
Nilai syariah
Secara redaksional pengertian syariah adalah "the
part of the water place" yang berarti tempat jalannya air, atau secara
maknawi adalah sebuah jalan hidup yang telah ditentukan Allah swt., sebagai
panduan dalam menjalan kehidupan di dunia untuk menuju kehidupan akhirat. Kata
syariah menurut pengertian hukum Islam berarti hukum-hukum dan tata aturan yang
disampaikan Allah swt., agar ditaati hamba-hamba-Nya. Syariah juga diartikan
sebagai satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam lainnya.[8]
c.
Nilai akhlaq
Menurut pendekatan etimologi, akhlaq berasal dari
bahasa arab khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
khalqun yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang
berarti Pencipta dan makhluk yang berarti yang diciptakan. Pola bentuk
definisi akhlaq tersebut muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi
antara Khaliq dengan makhluk secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai
hablum minallah. Dari produk hablum minallah yang verbal,
biasanya lahirlah pola hubungan antarsesama manusia yang disebut dengan hablum
minannas.[9]
Jadi akhlaq dalam Islam mencakup pola hubungan antara manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia, dan ditambah lagi hubungan manusia dengan lingkungan
sekitarnya.
3.
Penanaman Nilai Keagamaan
pada Siswa
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menginternalisasikan
nilai-nilai keagamaan kepada siswa. Penanaman nilai tidak melulu melalui proses
pengajaran saja, karena pengajaran hanyalah sebagian dari pendidikan.
Pengajaran sebatas penambahan pengetahuan (kognitif) dan pembinaan
keterampilan. Jadi pengajaran belum mencapai aspek sikap dan kepribadian siswa
dimana nilai itu akan menyatu.
Beberapa usaha untuk menanamkan nilai keagamaan
diantaranya: Pemberian keteladanan, Pembiasaan, Penciptaan suasana lingkungan
yang religius, Pemberian motivasi. Menurut hemat penulis cara-cara di atas
nampaknya cukup efektif guna menanamkan nilai-nilai keagamaan pada siswa.
Dengan alasan keempat cara tersebut lebih menyentuh aspek-aspek sikap dan
kepribadian siswa.
Perlu diperhatikan bahwa upaya menemukan teknik-teknik
penanaman nilai keagamaan itu harus ada pada guru, spesifikasi sekolah dan
tempat pendidikan yang masing-masing berbeda. Teknik-teknik tertentu sangat
sesuai diterapkan pada suatu kondisi, namun belum tentu cocok pada kondisi
lain. Sebagaimana teknik pembelajaran juga harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Memasukkan konsep ke dalam susunan berbentuk
karangan indah, nyanyian kemungkinan efektif diterapkan pada murid-murid
tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar sembilan tahun. Sedangkan tingkat
yang lebih tinggi menggunakan model perenungan yang mendalam karena mereka
telah mampu berpikir secara abstrak.[10]
Pelaksanaan pendidikan agama sangat kompleks,
menyangkut berbagai aspek, karena itu keberhasilannya pun terkait pula dengan
berbagai aspek tersebut, antara lain peserta didik, pendidik, kurikulum,
manajemen, metode, evaluasi, dan lain sebagainya. Untuk mengefektifkan
pelaksanaannya perlu diadakan evaluasi terhadap berbagai hal tersebut.
[1] Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h. 783.
[2] Rohmat Mulyana, op. cit.,
h. 11
[3] Abu Ahmadi dan Noor Salim, Dasar-Dasar
Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 13.
[4] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 28.
[5] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya, (Jilid I; Jakarta: UI Press,
1979), h. 9.
[9] Zahruddin Hasanuddin Sinaga, Pengantar
Studi Akhlak (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 2.
info ini sangat membantu sekali kak makasih yah
BalasHapuscara regis kartu axis