1. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan proses belajar mengajar. Lebih lanjut para ahli memberi titik tekan
yang sama dalam mendefinisikannya yaitu: Menurut Arif S. Sadiman sebagaimana
dikutip A. Rohani berpendapat bahwa segala macam yang ada di luar diri
seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan /memudahkan terjadinya proses
belajar disebut sebagai sumber belajar. Dengan peranan sumber belajar-sumber
belajar (seperti guru, buku, film, majalah, laboratorium, peristiwa dan sebagainya)
memungkinkan individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti
menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dan menjadikan
individudapat membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana terpuji dan tidak
terpuji dan seterusnya.[1]
Sedangkan Iskandar mengartikan sumber belajar adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu. Sumber belajar dapat berupa buku-buku rujukan, referensi
atau literatur, baik untuk menyusun silabus maupun dalam proses kegiatan
belajar mengajar.[2]
Menurut Edgar Dale sebagaimana dikutip Sudjana dan Rivai menjelaskan
pengertian yang lebih luas dari sumber belajar yang menyatakan bahwa pengalaman
itu adalah sumber belajar. Sumber belajar dalam pengertian tersebut menjadi
sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala sesuatu yang
dialami dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman
yang menyebabkan belajar. Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelumnya.[3]
Sedangkan menurut Nasution sebagaimana dikutip Pupuh dan Sobry, menjelaskan
bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat dimana bahan pengajaran bisa didapatkan. Sumber belajar dapat dari
masyarakat dan kebudayaannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebutuhan anak didik. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat
dimanapun seperti di sekolah, pusat kota, pedesaan, benda mati, lingkungan,
toko dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung
pada kreatifitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.[4]
Dengan demikian bila diperhatikan secara cermat, dari batasanbatasan yang
telah diberikan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar itu
pada prinsipnya adalah segala sesuatu yang dapat membantu, memperlancar proses
belajar mengajar dan mempermudah tercapainya keberhasilan belajar. Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa dalam sumber belajar mengandung beberapa aspek
yaitu sumber belajar terdiri dari segala sesuatu, maka dari itu batasannya
luas. Segala sesuatu itu berfungsi mempermudah, dan memperlancar proses belajar
mengajar.
2. Klasifikasi Sumber Belajar
Membuat klasifikasi sumber belajar tidaklah mudah. Hal itu disebabkan oleh
sulitnya membuat batas yang tegas dan pasti tentang perbedaan atau ciri-ciri
yang terdapat pada sumber-sumber belajar. Misalnya kegiatan diskusi dapat
diklasifikasikan ke dalam klasifikasi sumber belajar yang dirancang, namun
dapat juga dimasukkan ke dalam klasifikasi sumber belajar yang dimanfaatkan,
sebab kegiatan diskusi yang spontan dalam kegiatan pengajaran bisa terjadi
tanpa dirancangkan sebelumnya.[5]
Peran utama sumber belajar adalah membawa atau menyalurkan stimulasi dan
informsi kepada siswa. Dengan demikian maka untuk mempermudahkan klasifikasi
sumber belajar itu dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan seperti “apa”, “siapa”,
“di mana” dan "bagaimana" pertanyaan-pertanyaan itu bisa dikembangkan
lebih jauh, misalnya.
a.
Apa jenis informasi
yang akan disajikan itu ?
b.
Siapa yang melaksanakan
penyajian informasi itu ?
c.
Bagaimana cara
menyajikannya ?
d.
Di mana informasi
disajikan ?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kemudian dapat disusun
klasifikasi sumber belajar sebagai berikut:
a.
Pesan, berita,
informasi
b.
Manusia, materi pelajaran
c.
Alat
d.
Teknik, metode,
prosedur di tempat yang diatur.[6]
AECT (Association of Education
Communication Technology) melalui karyanya “The Definition of
Educational Technology”, sebagaimana dikutip Ahmad Rohani
mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6 macam:
a.
Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti, dan data. Termasuk dalam
kelompok pesan adalah semua bidang studi/bahan pengajaran/mata kuliah
yang diajarkan kepada peserta didik dan sebagainya.
b.
People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai
penyimpan, pengolah dan penyaji dan penyaji pesan. Termasuk kelompok
ini, misalnya, guru/dosen, tutor, peserta didik dan sebagainya.
c.
Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan
untuk disajikan melalui penggunaan alat/perangkat ataupun oleh dirinya
sendiri. Berbagai program media termasuk kategori materials, seperti
transportasi, slide, film, audio, video, model, majalah, buku dan sebagainya.
d. Device (alat), yaitu sesuatu
(perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan
dalam bahan. Misalnya overhead proyektor, slide, Video
tape/recorder, pesawat radio/TV dan sebagainya.
e. Technique (Teknik),
yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan,
orang lengkungan yang menyampaikan pesan, misalnya pengajaran terprogram/modul,
simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA dan sebagainya.
f.
Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar
dimana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik, ruang kelas, gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan dan sebagainya.
Juga lingkungan non fisik, misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang,
ramai, lelah dan sebagainya.[7]
Sekalipun telah dipisahkan ke dalam 6 golongan
tersebut, dalam kenyataan sumber-sumber belajar tersebut satu sama lain
saling berhubungan sehingga kadang-kadang sulit memisahkannya. Paling
tidak ada empat jenis sumber yang berperan di situ: guru, alat yang diperagakan,
topik yang dijelaskan yaitu cara penggunaan peralatan tersebut dan
teknik penyajian yaitu dengan peragaan. Pembagian lain terhadap sumber
belajar adalah sebagai berikut:
a. Sumber belajar cetak; buku, majalah, ensiklopedi,
brosur, koran, poster, denah dan lain-lain.
b. Sumber
belajar non cetak; film, slide, video, model, boneka, audio, kaset, dan lain-lain.
c. Sumber-belajar yang berupa fasilitas: auditorium,
perpustakaan, ruang belajar, meja belajar individual (carrel), studio,
lapangan oleh raga dan lain-lain.
d. Sumber belajar yang berupa kegiatan, wawancara, kerja kelompok,
observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.
e. Sumber belajar yang berupa lingkungan dari masyarakat,
taman, terminal dan lain-lain.[8]
Dilihat dari tipe atau asal usulnya sumber belajar dapat dibedakan menjadi
dua kategori
a. Sumber belajar yang dirancang (learning resouces by
design), yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan
instruksional. Oleh karena itu dasar rancangannya adalah isi, tujuan kurikulum
dan ciri-ciri siswa tertentu. Sumber belajar jenis ini sering disebut sebagai bahan
instruksional. Contoh: bahan pengajaran terprogram, modul, transparansi untuk
sajian tertentu, slide untuk sajian tertentu, guru bidang studi, film topik
ajaran tertentu, video topik khusus, komputer instruksional dan sebagainya.
b. Sumber belajar yang mudah tersedia, sehingga tinggal
memanfaatkan (learning resources by utilization) yaitu sumber belajar
yang telah ada untuk maksud non-instruksional, tetapi dapat dimanfaatkan
sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan sumber belajar jenis by
design. Contoh: safari garden, kebun raya, taman nasional, musium bahari,
musium wayang, musium satria mandala, kebun binatang, buku biografi dan lain
sebagainya.[9]
Kedua macam sumber belajar itu sama-sama dapat digunakan dalam kegiatan
instruksional karena keduannya memberikan kemudahan belajar kepada siswa.
3. Fungsi – Fungsi Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki fungsi:[10]
1.
Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:
(a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara
lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga
dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan
cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
3.
Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a)
meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara
lebih kongkrit.
4.
Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a)
mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak
dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang
sifatnya langsung.
5. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi – fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti
penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil
pembelajaran siswa.
[2] Iskandar, Psikologi Pendididikan Sebuah
Orientasi Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 196.
[3] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi
Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001), h. 76-77.
[4] Pupuh Fathurohman dan Sobry Sutikno, Strategi
Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 16.
[6] Ibid, h. 78
[10]http://akhmadsudrajat.wordpress.com/sumber-belajar-untuk-mengefektifkanpembelajaran-
siswa. (diakses, Desember 2013)
refrensinya lengkap sekali kak makasih
BalasHapusbagaimana cara cek kuota axis