Kamis, 18 September 2014

Manajemen Humas Sekolah



1.      Manajemen Humas
Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan  agere  yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja  to manage, dengan kata benda managemen dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, managemen diterjemahkan ke dalam bahasa  Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.[1]
Namun untuk menjelaskan arti manajemen, tidak dapat terlepas dari pengertian ilmu administrasi pendidikan, yaitu penggunaan atau aplikasi ilmu administrasi ke dalam pendidikan. Oleh karena itu ada baiknya terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan “administrasi”.
Menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi mendifinsikan administrasi yaitu merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.[2] Sedangkan administrasi dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.[3]
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arifin Abdurrahman dalam Ngalim Purwanto bahwa manajemen merupakan salah satu aspek dari administrasi. Namun ia juga menjelaskan bahwa di dalam kegiatan administrasi pada umumnya kegiatan manajemen menentukan. Sehingga, dikatakan juga bahwa manajemen adalah inti dari administrasi. Ini berarti bahwa setiap kegiatan manajemen adalah kegiatan administrasi meskipun tidak semua kegiatan administrasi adalah manajemen.[4]
Dalam pandangan agama Islam mengutarakan bahwa, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik, sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama pada ajaran Islam yang sesuai dengan unsur-unsur manajemen.
Berikut ini dapat dilihat mengenai manajemen dan kewajiban untuk bertanggung jawab. Firman Allah Swt dalam QS. al-Mudatsir/74: 38 yang berbunyi:
@ä. ¤§øÿtR $yJÎ/ ôMt6|¡x. îpoYÏdu ÇÌÑÈ
Terjemahnya:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah diperbuatnya.[5]
Sedangkan Rosulullah memberikan arahan terhadap suatu kegiatan yang memiliki bagian unsur manajemen adalah menempatkan orang pada posisinya yang tepat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw., yang berbunyi:


Artinya:
“Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Apabila suatu urusan diserahkan pada seseorang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran.” (H.R. Bukhori).[7]

Hal ini misalnya dapat dilihat bagaimana Abu Hurairah ditempatkan oleh Rasulullah saw sebagai penulis hadits atau dapat dilihat bagaimana Rasulullah menempatkan orang-orang yang kuat setiap pekerjaan dan tugas sehingga posisinya benar-benar sesuai dengan keahliannya.
Sedangkan definisi humas (hubungan masyarakat) adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksi setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan publik.[8]
Menurut Hadari Nawawi, mengartikan humas sebagai rangkaian kegiatan organisasi/instansi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak tertentu di luar organisasi tersebut, agar mendapatkan dukungan terhadap efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kerja secara sadar dan sukarela. Hubungan yang harmonis sebagai hasil kerja humas tampak sebagai berikut:
a.       Adanya saling pengertian antara  organisasi/instansi dengan pihak luar.
b.      Adanya kegiatan saling membantu karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.
c.       Adanya kerjasama yang erat dengan masing-masing pihak dan merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak yang lain.[9]
2.      Fungsi Manajemen Humas
Fungsi atau aktifitas atau suatu kegiatan dari organisasi adalah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menentukan struktur kerjanya atas dasar kebutuhan-kebutuhan dalam mencapai tujuan. Pada dasarnya fungsi manajemen humas, tidak jauh berbeda dengan fungsi-fungsi manajemen secara umum. Fungsi-fungsi ini sangat mengait dengan tujuan manajemen humas, dimana tujuan itu sendiri adalah suatu hasil akhir, titik akhir atau segala sesuatu yang akan dicapai. Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah yang harus ditempuh melalui manajemen humas, yaitu melalui fungsi manajemen humas yang secara garis besar meliputi: perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating) dan evaluasi (Evaluating).[10] Beberapa fungsi man ajemen humas ini akan sangat membantu sekali dalam upaya pencapaian tujuan. Adapun fungsi manajemen humas tersebut meliputi:
1.      Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.[11] Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan manajemen atau administrasi. Tanpa adanya perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.[12] Oleh karena itu, perencanaan dalam sebuah pendidikan menempati posisi yang strategis dalam keseluruhan proses pendidikan. Perencanaan pendidikan itu memberikan kejelasan arah dalam usaha proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga perencanaan dalam sebuah pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Dengan demikian seorang perencana pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan wawasan yang luas agar dapat menyusun sebuah rancagan yang dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan proses pendidikan selanjutnya.[13]
Perencanaan program humas harus memperhatikan dana yang tersedia, ciri masyarakat, daerah jangkauan sarana atau media, dan teknik yang akan digunakan dalam mengadakan hubungan dengan masyarakat. Kalau perencanaan tidak memperhatikan hal-hal di atas, dikhawatirkan kegiatan tersebut tidak akan mencapai sasaran yang diinginkan.[14]
2.      Pengorganisasian (Organizing)
Organzing dimaksudkan mengelompokkan kegiatan yang diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.[15]
Menurut Syaiful Sagala, pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama pendidikan. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing organisasi. Kegiatan pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian.[16] Adapun prinsip-prinsip pengorganisasian meliputi:
1)      Memiliki tujuan yang jelas.
2)      Adanya kesatuan arah sehingga dapat terwujud kesatuan tindakan dan pikiran.
3)      Adanya keseimbangan antara wewenang dengan tanggungjawab.
4)      Adanya pembagian tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, keahlian dan bakat masing-masing, sehingga dapat menimbulkan kerjasama yang harmonis dan kooperatif.
5)      Bersifat relatif permanen, dan terstruktur sesederhana mungkin, sesuai kebutuhan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian.
6)      Adanya jaminan keamanan pada anggota.
7)      Adanya tanggung jawab serta tata kerja yang jelas dalam struktur organisasi.[17]
Disamping itu, perlu adanya struktur organisasi yang merupakan cerminan semua pekerjaan yang dapat terbagi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan dapat dikerjakan sesuai dengan keahlian masing-masing. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al An’am / 6 : 132, berikut ini:

Terjemahnya:
Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.[18]

Pengorganisasian pada dasarnya semua komponen sekolah adalah pelaksana hubungan sekolah dengan masyarakat. Oleh karena itu, tugas-tugas mereka perlu dipahami dan ditata, sehingga penyelenggaraan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat berjalan efektif dan efisien.[19]
3.      Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (Actuating) dapat didefinisikan sebagai keseluruahan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
Sedangkan menurut Terry sebagaimana yang dikutip Syaiful sagala, menefinisikan penggerakan (actuating) berarti merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas mengerakan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting menggerakan personelnya melaksanakan program kerja sekolah. Menggerakkan adalah tugas pemimpin, dan kepemimpinan. Kemudian menurut Keith Davis sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Sagala menggerakkan adalah kemampuan pemimpin membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat. Jadi, pemimpin menggerakan dengan penuh semangat, dan pengikut juga bekerja dengan penuh semangat.[20]
Adapun dalam pelaksanaan/penggerakan hubungan sekolah dengan masyarakat perlu diperhatikan koordinasi antara berbagai bagian dan kegiatan, dan di dalam penggunaan waktu perlu adanya sinkronisasi.[21]
4.      Evaluasi (Evaluating)
Humas dapat dievaluasi atas dua criteria: pertama efektivitasnya, yaitu sampai seberapa jauh tujuan telah tercapai, misalnya apakah memang masyarakat sudah merasa terlibat dalam masalah yang dihadapi sekolah, apakah ada perhatian terhadap kemajuan anaknya di sekolah, apakah mereka sudah menunjukkan perhatian terhadap keberhasilan sekolah, apakah mereka telah mau memberikan masukan untuk perbaikan sekolah, dan sebagainya. Kedua efisiensinya, yaitu sampai seberapa jauh sumber yang ada atau yang potensial yang telah digunakan secara baik untuk kepentingan kegiatan hubungan masyarakat.
Evaluasi ini dapat dilakukan pada waktu proses kegiatan sedang berlangsung atau pada akhir suatu program itu untuk melihat sampai seberapa jauh keberhasilannya.[22]
Sedangkan menurut The British Institut of Public Relations, mendefinisikan fungsi Public relations sebagai berikut, “The deliberate, planned and sustained effort establish maintain mutual understanding between an organization ant its publics”[23] Artinya: upaya yang terencana dan berkelanjutan membangun dan memelihara saling pengertian antar publik dalam sebuah organisasi.
3.      Tujuan Humas pada Lembaga Pendidikan Islam
Menurut Frida Kusumastuti bahwa tujuan humas adalah terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (aspek kognisi), menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi), memelihara dan menciptakan kerjasama (aspek psikomotoris).[24]
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaran hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk:
a.       Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
b.      Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
c.       Memperlancar proses belajar mengajar.
d.      Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan hubungannya dengan sekolah adalah untuk:
1)      Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang mental-spiritual.
2)      Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
3)      Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4)      Memperoleh kembali anggota-anggota msyarakat yang makin meningkat kemampuannya.[25]
Dengan adanya hubungan masyarakat diharapkan terjadi saling pengertian, akibatnya memunculkan sikap kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pihak sekolah untuk menanggulangi masalah-masalah pendidikan yang dihadapi oleh kedua belah pihak.
Sehingga lebih kongkrit lagi, tujuan diselengarakannya hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: (1) mencegah kesalahpahaman (to prevent misunderstanding); (2) mendapatkan hubungan dan bantuan moral maupun finansial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah (to secure financial support); (3) menjalin kerjasama dalam pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru (to secure copparation in policy making).[26]
4.      Strategi Humas pada Lembaga Pendidikan Islam
Strategi dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti ilmu siasat perang, akal (tipu muslihat) untuk mencapai tujuan.[27] Strategi biasa diartikan sebagai rencana menyeluruh dalam mencapai target meskipun tidak ada jaminan akan keberhasilannya. Strategi banyak dikaitkan dengan istilah taktik, teknik, dan metode, ketiga istilah ini sebenarnya hanya masih dalam lingkungan strategi, hanya mempunyai garapan yang lebih praktis, sempit dan rinci. Misalnya komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu oral dan visual, maka komunikasi oral menjadi permasalahan teknik dan taktik. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan, dan untuk mencapai suatu tujuan tersebut strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.[28]
Sedangkan menurut Anita E. Woolfalk mendefinisikan strategi yaitu, strategies are ideas for accomplishing a goals or general plans for approaching problems.[29] Artinya strategi adalah ide untuk mendapatkan sebuah tujuan atau perencanaan secara umum dalam pendekatan sebuah masalah.
Adapun bentuk strategi hubungan masyarakat sendiri diantaranya berupa laporan orang tua murid, bulletin bulanan, surat kabar, pameran sekolah, kunjungan kerumah wali murid, penjelasan oleh staf sekolah, radio serta laporan tahunan.[30] Adapun strategi dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, meliputi:
a.       Strategi sekolah dalam menjalin hubungan antar warga sendiri (internal public).
1)      Kegiatan ekstra kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan untuk mendapatkan opini masyarakat (public opini) dengan melihat beberapa program sekolah yang mendukung kegiatan siswa, baik program yang menunjang pelajaran sekolah, juga program yang berkonsentrasi untuk ketrampilan siswa. Misalnya pramuka, PMR dan sebagainya.
2)      Karya wisata
Karya wisata atau field trip dalam pengertian pendidikan adalah kunjungan siswa keluar sekolah untuk mempelajari obyek tertenu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikulum di sekolah. Atau dengan kata lain karya wisata adalah suatu kunjungan kesuatu tempat di luar kelas yang dilaksanakan sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dan terutama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Karya wisata merupakan kegiatan pendidikan yang realistis dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman langsung. Sedangkan manfaat yang dapat dipetik adalah mendorong belajar dengan pengamatan sendiri terhadap benda, memberikan pemahaman (insight) terhadap lingkungan terdekat, mengadakan integrasi pelajaran di kelas dengan realitas di masyarakat, memotivasi untuk melakukan penyelidikan dan penemuan baru, mengajarkan kebersamaan, memupuk dan menanamkan cinta pada alam sekitarnya.[31]
3)      Berkemah
Berkemah adalah termasuk kegiatan sekolah. Program ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam mengikuti perkembangan masyarakat yang berubah secara cepat. Berkemah akan mengembangkan pemahaman atas benda-benda, peristiwa-peristiwa, lingkungan sosial dan lingkungan alam yang realistis dan konkrit. Dalam perkemahan ini siswa dilatih kemandirian, kreatif, kedisiplinan, kekuatan fisik, keberanian dan lain-lain.[32]
4)      Kerja atau praktik lapangan
Kerja atau Praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari strategi ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta didik, sehingga dapat memicu kemampuan peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya.
5)      Musyawarah dengan para guru dan karyawan
Face to face communication adalah komunikasi untuk membina hubungan yang harmonis, memelihara pengertian bersama dan meningkatkan kepercayaan. Ini bisa dilakukan dengan obrolan biasa melainkan bisa seluruh guru dan karyawan untuk membahas satu permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan.[33]
6)      Proyek pelayanan terhadap masyarakat
Service project berarti memberikan pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan sekolah. Masyarakat dapat merasakan manfaat, keuntungan tertentu, masyarakat bukan hanya memperbaiki dan membantu program sekolah tetapi diperbaiki dan dibantu oleh sekolah. Sebagai contoh adanya pelayanan kesehatan (puskesmas sekolah untuk umum), mengadakan kerja bakti lingkungan sekitar, dan lain-lain.[34]
b.      Strategi sekolah dalam menjalin hubungan masyarakat luar (external public).
1)      Hubungan masyarakat sekolah dengan orang tua
a)      Laporan kepada orang tua siswa
Laporan tentang kemajuan anak yang merupakan hubungan antara sekolah dengan orang tua murid (masyarakat) secara tertulis, laporan tersebut diberikan kepada orang tua dalam setiap akhir semester. Laporan itu hendaknya menjelaskan tentang hasil pekerjaan anak dengan jelas kepada orang tuanya.
Tidak hanya sekedar angka-angka, tetapi laporan itu harus berfungsi sebagai diagnosa, memperlihatkan kekuatan-kekuatan anak, memberi saran-saran tentang prosedur memperbaiki kelemahan-kelemahan anak dan mungkin termasuk kesan umum tentang anak tersebut.
b)      Majalah sekolah
Majalah sekolah ini diusahakan oleh orang tua dan guru-guru di sekolah yang diterbitkan setiap bulan sekali, seharusnya tidak hanya mengenai petunjuk-petunjuk pemeliharaan anak dan pendidikan, tetapi juga didalamnya tercantum penjelasan-penjelasan tentang segala kegiatan dan keadaan sekolah, kebijakan-kebijakan baru bahkan informasi yang berupa iklan komersil demi penambahan biaya operasional majalah tersebut.
c)      Pameran sekolah
Pameran sekolah dapat dilakukan pada akhir tahun ajaran, sekolah dapat memprogramkanya secara kontinyu untuk memamerkan hasil-hasil karya peserta didik termasuk pementasan karya tulis, seni, ketrampilan dan sebagainya. Pameran ini dapat digunakan sebagai arena untuk menciptakan hubungan sekolah dengan masyarakat sekitar, sekaligus mencari dana untuk kepentingan perkembangan dan kelancaran pendidikan di sekolah.[35]
d)      Kunjungan sekolah (School visitation)
Kunjungan ke sekolah oleh orang tua murid yang dilakukan pada waktu pelajaran diberikan. Kepada orang itu diberikan kesempatan kepada anaknya untuk melihat anak mereka pada waktu belajar di kelas, juga melihat laboratorium dan beberapa perlengkapan yang ada di sekolah. Sehingga mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang segala kehidupan dan aktifitas anak mereka di sekolah tersebut.
2)      Hubungan masyarakat sekolah dengan pihak luar
a)      Case Conference
Case Conference adalah rapat tentang suatu kasus, biasanya digunakan dalam bimbingan dan penyuluhan orang tua, BP dan guru.
b)      Badan pembantu sekolah
Badan pembantu ini berfungsi untuk membantu dan memelihara sekolah supaya sekolah itu hidup subur dan lebih sanggup memenuhi tugasnya sebagai tempat membentuk manusia yang bersusila, yang cakap. Misalnya POMG (Perkumpulan Orang Tua Murid dan Guru).[36]
c)      Laporan tahunan
Laporan tahunan ini disusun oleh kepala sekolah, dan laporan ini diberikan kepada aparat yang lebih atas. Laporan ini berisi masalah-masalah kegiatan yang dilakukan sekolah termasuk kurikulum, personalia, anggaran biaya dan sebaginya. Ini sebagai pembinaan hubungan yang harmonis serta sebagai usaha menanamkan kepercayaan mayarakat luar terhadap lembaga pendidikan.[37]


[1] Husaini Usman,  Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 3
[2] Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 2.
[3] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 1.
[4] Ibid. h. 7 
[5] Kementerian Agama RI, al Qur’an al Karim dan Terjemahnya, (Bandung: Syaamil Al Qur’an, 2011), h. 576
[6] Imam Bukhori, Shohih Bukhori, Juz I, (Beirut: Daar Al Kutub, 1992), h. 26.
[7] Al Imam Zainudin Ahmad bin Abd. Al Latif Az Zabidi, ”Mukhtasar Shahih Al Bukhari”, Penerjemah: Achamad Zaidun, Ringkasan Hadis Sahih Al Bukhari, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h. 33
[8] Frida Kusumastuti, Dasar Dasar Humas, (Jakarta: Ghalia, 2002), h. 15.
[9] Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Cet. Ke-13, Jakarta: Gunung  Agung, 1996). h. 73.
[10] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000), h. 46
[11] Husaini Usman, op. cit. h. 48.
[12] Ngalim Purwanto, op. cit. h. 15.
[13] Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 46.
[14] Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 195.
[15] http://darwito.diinoweb.com/, diakses, 25 November 2013
[16] Syaiful Sagala, op. cit. h. 49.
[17] Ngalim Purwanto, op.cit. h. 17.
[18] Kementerian Agama RI, op.cit., h. 145
[19] Soetjipto dan Raflis Kosasi, op. cit. h.195.
[20] Syaiful Sagala, op. cit. h. 52.
[21] Soetjipto dan Raflis Kosasi, op. cit. h.195       
[22] Ibid. h. 196.
[23] Ibid. h. 23-24.
[24] Frida Kusumastuti, op.cit. h. 20-22.
[25] Ngalim Purwanto, op. cit. h.189-190.
[26] M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Cet.2; Jakarta: Rineka Cipta,2001), h. 75.
[27] Trisno Yuono, Kamus lengkap Bahasa Indonesia,( Surabaya: Arloka, 1994), h.395.
[28] Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 73.
[29] Anita E. Woolfalk, Educational Psycology, (United State of America: A Simon and Schuster Company,1995), h. 271.
[30] E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Op. Cit. h. 51.
[31] Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: RaSAIL, 2005), h. 114-115.
[32] Ibid. h. 118.
[33] Bambang Siswanto, Humas, (Cet.1; Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.19.
[34] Fatah Syukur, op. cit. h. 117.
[35] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Cet. Ke-4; Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004). h. 176.
[36] Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan I, (Padang: Angkasa Raya, 1992), h 99-101.
[37] Bambang, op.cit, h.20

2 komentar:

  1. Boleh saya beli buku dasar dasar dasar humas penulisnya Frida Kusumastuti?

    BalasHapus