1. Manajemen Humas
Manajemen berasal dari bahasa
latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere
yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere
yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa inggris
dalam bentuk kata kerja to manage,
dengan kata benda managemen dan manager untuk orang yang
melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, managemen diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
pengelolaan.[1]
Namun untuk menjelaskan arti
manajemen, tidak dapat terlepas dari pengertian ilmu administrasi pendidikan,
yaitu penggunaan atau aplikasi ilmu administrasi ke dalam pendidikan. Oleh
karena itu ada baiknya terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan
“administrasi”.
Menurut Sondang P. Siagian
dalam bukunya Filsafat Administrasi mendifinsikan administrasi yaitu merupakan
keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.[2] Sedangkan administrasi
dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu,
melayani, mengarahkan atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu
tujuan.[3]
Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Arifin Abdurrahman dalam Ngalim Purwanto bahwa manajemen merupakan salah
satu aspek dari administrasi. Namun ia juga menjelaskan bahwa di dalam kegiatan
administrasi pada umumnya kegiatan manajemen menentukan. Sehingga, dikatakan
juga bahwa manajemen adalah inti dari administrasi. Ini berarti bahwa setiap
kegiatan manajemen adalah kegiatan administrasi meskipun tidak semua kegiatan
administrasi adalah manajemen.[4]
Dalam pandangan agama Islam
mengutarakan bahwa, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib
dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik, sesuatu tidak boleh
dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama pada ajaran Islam
yang sesuai dengan unsur-unsur manajemen.
Berikut ini dapat dilihat
mengenai manajemen dan kewajiban untuk bertanggung jawab. Firman Allah Swt
dalam QS. al-Mudatsir/74: 38 yang berbunyi:
@ä.
¤§øÿtR
$yJÎ/
ôMt6|¡x.
îpoYÏdu ÇÌÑÈ
Terjemahnya:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang
Telah diperbuatnya.[5]
Sedangkan Rosulullah memberikan arahan terhadap suatu kegiatan yang
memiliki bagian unsur manajemen adalah menempatkan orang pada posisinya yang
tepat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw., yang berbunyi:
Artinya:
“Dari
Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Apabila suatu urusan
diserahkan pada seseorang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran.” (H.R. Bukhori).[7]
Hal ini misalnya dapat dilihat bagaimana Abu
Hurairah ditempatkan oleh
Rasulullah saw sebagai penulis hadits atau dapat dilihat bagaimana Rasulullah menempatkan orang-orang yang kuat setiap pekerjaan dan tugas sehingga
posisinya benar-benar sesuai dengan keahliannya.
Sedangkan definisi humas (hubungan masyarakat) adalah suatu seni sekaligus
disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksi
setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan
saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan
program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan
kepentingan publik.[8]
Menurut Hadari Nawawi, mengartikan humas sebagai rangkaian kegiatan
organisasi/instansi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat
atau pihak-pihak tertentu di luar organisasi tersebut, agar mendapatkan
dukungan terhadap efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kerja secara sadar dan
sukarela. Hubungan yang harmonis sebagai hasil kerja humas tampak sebagai
berikut:
a.
Adanya saling pengertian antara organisasi/instansi dengan pihak luar.
b.
Adanya kegiatan saling membantu karena mengetahui
manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.
c.
Adanya kerjasama yang erat dengan masing-masing pihak dan
merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak yang lain.[9]
2. Fungsi Manajemen Humas
Fungsi atau aktifitas atau suatu kegiatan dari organisasi adalah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menentukan struktur kerjanya atas dasar
kebutuhan-kebutuhan dalam mencapai tujuan. Pada dasarnya fungsi manajemen
humas, tidak jauh berbeda dengan fungsi-fungsi manajemen secara umum.
Fungsi-fungsi ini sangat mengait dengan tujuan manajemen humas, dimana tujuan
itu sendiri adalah suatu hasil akhir, titik akhir atau segala sesuatu yang akan
dicapai. Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah yang harus ditempuh
melalui manajemen humas, yaitu melalui fungsi manajemen humas yang secara garis
besar meliputi: perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
penggerakan (Actuating) dan evaluasi (Evaluating).[10] Beberapa fungsi
man ajemen humas ini akan sangat membantu sekali dalam upaya pencapaian tujuan.
Adapun fungsi manajemen humas tersebut meliputi:
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk
dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan.[11]
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan manajemen
atau administrasi. Tanpa adanya perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu
kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.[12]
Oleh karena itu, perencanaan dalam sebuah pendidikan menempati posisi yang
strategis dalam keseluruhan proses pendidikan. Perencanaan pendidikan itu
memberikan kejelasan arah dalam usaha proses penyelenggaraan pendidikan,
sehingga perencanaan dalam sebuah pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan
lebih efektif dan efisien. Dengan demikian seorang perencana pendidikan
dituntut untuk memiliki kemampuan dan wawasan yang luas agar dapat menyusun
sebuah rancagan yang dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan proses
pendidikan selanjutnya.[13]
Perencanaan program humas harus memperhatikan dana yang tersedia, ciri
masyarakat, daerah jangkauan sarana atau media, dan teknik yang akan digunakan
dalam mengadakan hubungan dengan masyarakat. Kalau perencanaan tidak
memperhatikan hal-hal di atas, dikhawatirkan kegiatan tersebut tidak akan
mencapai sasaran yang diinginkan.[14]
2.
Pengorganisasian (Organizing)
Organzing dimaksudkan mengelompokkan
kegiatan yang diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan
fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi serta menetapkan
kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Organisasi
atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas
manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi,
wewenang, serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas
yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu.[15]
Menurut Syaiful Sagala, pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan
membagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama pendidikan. Karena
tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang
saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing
organisasi. Kegiatan pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa yang akan
melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian.[16] Adapun prinsip-prinsip
pengorganisasian meliputi:
1) Memiliki tujuan yang jelas.
2) Adanya kesatuan arah sehingga dapat terwujud kesatuan
tindakan dan pikiran.
3) Adanya keseimbangan antara wewenang dengan
tanggungjawab.
4) Adanya pembagian tugas atau pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan, keahlian dan bakat masing-masing, sehingga dapat menimbulkan
kerjasama yang harmonis dan kooperatif.
5) Bersifat relatif permanen, dan terstruktur sesederhana
mungkin, sesuai kebutuhan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian.
6) Adanya jaminan keamanan pada anggota.
7) Adanya tanggung jawab serta tata kerja yang jelas
dalam struktur organisasi.[17]
Disamping itu, perlu adanya struktur organisasi yang merupakan cerminan
semua pekerjaan yang dapat terbagi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan
dapat dikerjakan sesuai dengan keahlian masing-masing. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S. Al An’am / 6 : 132, berikut ini:
Terjemahnya:
Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa
yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.[18]
Pengorganisasian pada dasarnya semua komponen sekolah adalah pelaksana
hubungan sekolah dengan masyarakat. Oleh karena itu, tugas-tugas mereka perlu
dipahami dan ditata, sehingga penyelenggaraan hubungan sekolah dengan
masyarakat dapat berjalan efektif dan efisien.[19]
3.
Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (Actuating) dapat didefinisikan sebagai keseluruahan
proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga
mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan
efisien dan ekonomis.
Sedangkan menurut Terry sebagaimana yang dikutip Syaiful sagala,
menefinisikan penggerakan (actuating) berarti merangsang anggota-anggota
kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas
mengerakan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah
mempunyai peran yang sangat penting menggerakan personelnya melaksanakan
program kerja sekolah. Menggerakkan adalah tugas pemimpin, dan kepemimpinan.
Kemudian menurut Keith Davis sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Sagala menggerakkan
adalah kemampuan pemimpin membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dengan penuh semangat. Jadi, pemimpin menggerakan dengan penuh
semangat, dan pengikut juga bekerja dengan penuh semangat.[20]
Adapun dalam pelaksanaan/penggerakan hubungan sekolah dengan masyarakat
perlu diperhatikan koordinasi antara berbagai bagian dan kegiatan, dan di dalam
penggunaan waktu perlu adanya sinkronisasi.[21]
4.
Evaluasi (Evaluating)
Humas dapat dievaluasi atas dua criteria: pertama efektivitasnya, yaitu
sampai seberapa jauh tujuan telah tercapai, misalnya apakah memang
masyarakat sudah merasa terlibat dalam masalah yang dihadapi sekolah,
apakah ada perhatian terhadap kemajuan anaknya di sekolah, apakah mereka
sudah menunjukkan perhatian terhadap keberhasilan sekolah, apakah mereka
telah mau memberikan masukan untuk perbaikan sekolah, dan sebagainya.
Kedua efisiensinya, yaitu sampai seberapa jauh sumber yang ada atau
yang potensial yang telah digunakan secara baik untuk kepentingan
kegiatan hubungan masyarakat.
Evaluasi ini dapat dilakukan pada waktu proses kegiatan sedang berlangsung
atau pada akhir suatu program itu untuk melihat sampai seberapa jauh
keberhasilannya.[22]
Sedangkan menurut The British Institut
of Public Relations, mendefinisikan fungsi Public relations sebagai
berikut, “The deliberate, planned and sustained effort establish
maintain mutual understanding between an organization ant its publics”[23] Artinya: upaya
yang terencana dan berkelanjutan
membangun dan memelihara saling pengertian antar publik dalam sebuah
organisasi.
3. Tujuan Humas pada Lembaga Pendidikan Islam
Menurut Frida Kusumastuti bahwa tujuan humas adalah terpelihara dan
terbentuknya saling pengertian (aspek kognisi), menjaga dan membentuk saling
percaya (aspek afeksi), memelihara dan menciptakan kerjasama (aspek psikomotoris).[24]
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaran hubungan
sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk:
a. Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
b. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang
bersangkutan.
c. Memperlancar proses belajar mengajar.
d. Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang
diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan
hubungannya dengan sekolah adalah untuk:
1) Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama dalam bidang mental-spiritual.
2) Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
3) Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan
masyarakat.
4) Memperoleh kembali anggota-anggota msyarakat yang
makin meningkat kemampuannya.[25]
Dengan adanya hubungan masyarakat diharapkan terjadi saling pengertian,
akibatnya memunculkan sikap kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pihak
sekolah untuk menanggulangi masalah-masalah pendidikan yang dihadapi oleh kedua
belah pihak.
Sehingga lebih kongkrit lagi, tujuan diselengarakannya hubungan sekolah
dengan masyarakat adalah: (1) mencegah kesalahpahaman (to prevent
misunderstanding); (2) mendapatkan hubungan dan bantuan moral maupun
finansial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah (to secure financial
support); (3) menjalin kerjasama dalam pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaan
baru (to secure copparation in policy making).[26]
4.
Strategi
Humas pada Lembaga Pendidikan Islam
Strategi dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti ilmu siasat perang,
akal (tipu muslihat) untuk mencapai tujuan.[27] Strategi biasa diartikan
sebagai rencana menyeluruh dalam mencapai target meskipun tidak ada jaminan
akan keberhasilannya. Strategi banyak dikaitkan dengan istilah taktik, teknik,
dan metode, ketiga istilah ini sebenarnya hanya masih dalam lingkungan
strategi, hanya mempunyai garapan yang lebih praktis, sempit dan rinci.
Misalnya komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu oral dan visual, maka komunikasi
oral menjadi permasalahan teknik dan taktik. Strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan, dan untuk mencapai suatu tujuan tersebut strategi tidak hanya
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.[28]
Sedangkan menurut Anita E. Woolfalk
mendefinisikan strategi yaitu, strategies are ideas for accomplishing a
goals or general plans for approaching problems.[29]
Artinya strategi adalah ide untuk mendapatkan
sebuah tujuan atau perencanaan secara umum dalam pendekatan sebuah masalah.
Adapun bentuk strategi hubungan masyarakat sendiri diantaranya berupa
laporan orang tua murid, bulletin bulanan, surat kabar, pameran sekolah,
kunjungan kerumah wali murid, penjelasan oleh staf sekolah, radio serta laporan
tahunan.[30]
Adapun strategi dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, meliputi:
a. Strategi sekolah dalam menjalin hubungan antar warga
sendiri (internal public).
1) Kegiatan ekstra kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler ini
bertujuan untuk mendapatkan opini masyarakat (public opini) dengan
melihat beberapa program sekolah yang mendukung kegiatan siswa, baik program
yang menunjang pelajaran sekolah, juga program yang berkonsentrasi untuk
ketrampilan siswa. Misalnya pramuka, PMR dan sebagainya.
2) Karya wisata
Karya wisata atau field trip dalam pengertian pendidikan adalah
kunjungan siswa keluar sekolah untuk mempelajari obyek tertenu sebagai bagian
integral dari kegiatan kurikulum di sekolah. Atau dengan kata lain karya wisata
adalah suatu kunjungan kesuatu tempat di luar kelas yang dilaksanakan sebagai
bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dan terutama dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Karya wisata merupakan kegiatan pendidikan yang realistis
dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman langsung. Sedangkan manfaat yang
dapat dipetik adalah mendorong belajar dengan pengamatan sendiri terhadap
benda, memberikan pemahaman (insight) terhadap lingkungan terdekat,
mengadakan integrasi pelajaran di kelas dengan realitas di masyarakat, memotivasi
untuk melakukan penyelidikan dan penemuan baru, mengajarkan kebersamaan,
memupuk dan menanamkan cinta pada alam sekitarnya.[31]
3) Berkemah
Berkemah adalah termasuk kegiatan sekolah. Program ini dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam mengikuti perkembangan
masyarakat yang berubah secara cepat. Berkemah akan mengembangkan pemahaman
atas benda-benda, peristiwa-peristiwa, lingkungan sosial dan lingkungan alam
yang realistis dan konkrit. Dalam perkemahan ini siswa dilatih kemandirian,
kreatif, kedisiplinan, kekuatan fisik, keberanian dan lain-lain.[32]
4) Kerja atau praktik lapangan
Kerja atau Praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat
kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari strategi ini adalah pengalaman
nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta didik, sehingga dapat
memicu kemampuan peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya.
5) Musyawarah dengan para guru dan karyawan
Face to face communication adalah komunikasi
untuk membina hubungan yang harmonis, memelihara pengertian bersama dan
meningkatkan kepercayaan. Ini bisa dilakukan dengan obrolan biasa melainkan
bisa seluruh guru dan karyawan untuk membahas satu permasalahan yang
berhubungan dengan pendidikan.[33]
6) Proyek pelayanan terhadap masyarakat
Service project berarti memberikan pelayanan atau pengabdian kepada
masyarakat melalui berbagai kegiatan sekolah. Masyarakat dapat merasakan
manfaat, keuntungan tertentu, masyarakat bukan hanya memperbaiki dan membantu
program sekolah tetapi diperbaiki dan dibantu oleh sekolah. Sebagai contoh
adanya pelayanan kesehatan (puskesmas sekolah untuk umum), mengadakan kerja
bakti lingkungan sekitar, dan lain-lain.[34]
b.
Strategi sekolah
dalam menjalin hubungan masyarakat luar (external public).
1) Hubungan masyarakat sekolah dengan orang tua
a) Laporan kepada orang tua siswa
Laporan tentang kemajuan anak yang merupakan hubungan antara sekolah dengan
orang tua murid (masyarakat) secara tertulis, laporan tersebut diberikan kepada
orang tua dalam setiap akhir semester. Laporan itu hendaknya menjelaskan
tentang hasil pekerjaan anak dengan jelas kepada orang tuanya.
Tidak hanya sekedar angka-angka, tetapi laporan itu harus berfungsi sebagai
diagnosa, memperlihatkan kekuatan-kekuatan anak, memberi saran-saran tentang
prosedur memperbaiki kelemahan-kelemahan anak dan mungkin termasuk kesan umum
tentang anak tersebut.
b) Majalah sekolah
Majalah sekolah ini diusahakan oleh orang tua dan guru-guru di sekolah yang
diterbitkan setiap bulan sekali, seharusnya tidak hanya mengenai
petunjuk-petunjuk pemeliharaan anak dan pendidikan, tetapi juga didalamnya
tercantum penjelasan-penjelasan tentang segala kegiatan dan keadaan sekolah,
kebijakan-kebijakan baru bahkan informasi yang berupa iklan komersil demi
penambahan biaya operasional majalah tersebut.
c) Pameran sekolah
Pameran sekolah dapat dilakukan pada akhir tahun ajaran, sekolah dapat
memprogramkanya secara kontinyu untuk memamerkan hasil-hasil karya peserta
didik termasuk pementasan karya tulis, seni, ketrampilan dan sebagainya.
Pameran ini dapat digunakan sebagai arena untuk menciptakan hubungan sekolah
dengan masyarakat sekitar, sekaligus mencari dana untuk kepentingan
perkembangan dan kelancaran pendidikan di sekolah.[35]
d) Kunjungan sekolah (School visitation)
Kunjungan ke sekolah oleh orang tua murid yang dilakukan pada waktu
pelajaran diberikan. Kepada orang itu diberikan kesempatan kepada anaknya untuk
melihat anak mereka pada waktu belajar di kelas, juga melihat laboratorium dan
beberapa perlengkapan yang ada di sekolah. Sehingga mereka memperoleh gambaran
yang jelas tentang segala kehidupan dan aktifitas anak mereka di sekolah
tersebut.
2) Hubungan masyarakat sekolah dengan pihak luar
a)
Case Conference
Case Conference adalah rapat tentang suatu kasus, biasanya
digunakan dalam bimbingan dan penyuluhan orang tua,
BP dan guru.
b) Badan pembantu sekolah
Badan pembantu ini berfungsi untuk membantu dan memelihara sekolah supaya
sekolah itu hidup subur dan lebih sanggup memenuhi tugasnya sebagai tempat
membentuk manusia yang bersusila, yang cakap. Misalnya POMG (Perkumpulan Orang
Tua Murid dan Guru).[36]
c) Laporan tahunan
Laporan tahunan ini disusun oleh kepala sekolah, dan laporan ini diberikan
kepada aparat yang lebih atas. Laporan ini berisi masalah-masalah kegiatan yang
dilakukan sekolah termasuk kurikulum, personalia, anggaran biaya dan sebaginya.
Ini sebagai pembinaan hubungan yang harmonis serta sebagai usaha menanamkan
kepercayaan mayarakat luar terhadap lembaga pendidikan.[37]
[1] Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 3
[2] Sondang P. Siagian, Filsafat
Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 2.
[3] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 1.
[4] Ibid.
h. 7
[5] Kementerian Agama RI, al Qur’an al Karim dan Terjemahnya, (Bandung:
Syaamil Al Qur’an, 2011), h. 576
[7] Al Imam Zainudin Ahmad bin Abd. Al Latif
Az Zabidi, ”Mukhtasar Shahih Al Bukhari”, Penerjemah: Achamad Zaidun, Ringkasan
Hadis Sahih Al Bukhari, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h. 33
[8] Frida Kusumastuti, Dasar Dasar Humas,
(Jakarta: Ghalia, 2002), h. 15.
[9] Hadari Nawawi, Administrasi
Pendidikan, (Cet. Ke-13, Jakarta: Gunung
Agung, 1996). h. 73.
[12]
Ngalim
Purwanto, op. cit. h. 15.
[13] Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin
Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), h. 46.
[15]
http://darwito.diinoweb.com/, diakses, 25
November 2013
[16]
Syaiful
Sagala, op. cit. h. 49.
[17]
Ngalim
Purwanto, op.cit. h. 17.
[18] Kementerian Agama RI, op.cit., h. 145
[20]
Syaiful
Sagala, op. cit. h. 52.
[25]
Ngalim
Purwanto, op. cit. h.189-190.
[27]
Trisno
Yuono, Kamus lengkap Bahasa Indonesia,( Surabaya: Arloka, 1994), h.395.
[28] Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan
Komunikasi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 73.
[29] Anita E. Woolfalk, Educational Psycology, (United State of America: A Simon and
Schuster Company,1995), h. 271.
[34]
Fatah
Syukur, op. cit. h. 117.
[35] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Cet.
Ke-4; Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004). h. 176.
Boleh saya beli buku dasar dasar dasar humas penulisnya Frida Kusumastuti?
BalasHapusmakasih udah share yah kak
BalasHapusjaringan axis