BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan
prematur atau post matur) mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi)
selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus
presipitatus atau partus lama) mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi
verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana
tanpa bantuan artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti
pendarahan hebat) mencakup pelahiran plasenta yang normal.
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah
proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam ( Rustam Mochtar, 1998 ).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
B. Tujuan
1.
Menjelaskan persalinan normal
2.
Menjelaskan proses melahirkan/persalinan
3.
Mengetahui perbandingan persalinan
normal dalam 3 negara
4.
Untuk menambah pengetahuan
C. Pemeriksaan Leopold
Salah
satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan Leopold.
Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk
mengetahui presentasi bayi
dalam rahim. Berikut dijelaskan gerakan-gerakan yang dilakukan saat pemeriksaan
Leopold :
1. Leopold I
Mengetahui letak presentasi kepala
dan bokong.
a. menghadap ke kepala pasien gunakan
ujung jari kedua tangan
untuk mempalpasi fundus uteri.
b. apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan
teraba adalah keras, bulat dan mudah digerakkan dan “ballotable”.
c. apabila bokong janin teraba di
bagian fundus, yang akan terasa adalah lembut, tidak beraturan, tidak rata,
melingkar dan sulit digerakkan.
2. Leopold II
Maneuver
ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau
sisi pelvis ibu.
a. menghadap ke kepala pasien, letakkan
kedua tangan pada kedua sisi abdomen, pertahankan uterus dengan tangan yang
satu dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin.
b. bagian punggung akan teraba jelas,
rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan. bagian-bagian kecil (tangan dan
kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak jelas dan menonjol, dan mungkin
bisa bergerak pasif atau aktif.
3. Leopold III
Maneuver
ini mengidentifikasikan bagian janin yang paling dekat dengan serviks. Bagian janin inilah yang pertama
kali kontak dengan jari pada saat pemriksaan vagina,
umumnya adalah kepala atau bokong. Langkah pemeriksaan :
Letakkan tiga ujung jari kedua tangan
pada kedua sisi abdomen pasien tepat diantara simphisis dan minta pasien untuk
menarik nafas dan menghembuskannya. Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan
jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di sekitar bagian presentasi.
4. Leopold IV
Maneuver
ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janin yang dipalpasi di
bagian sisi pelvis. Apabila posisi kepala fleksi ujung kepala adalah bagian
depan kepala. Apabila posisi kepala ekstensi, ujung kepala adalah bagian
oksiput. Langkah Pemriksaan :
Menghadap ke longlegs pasien. Secara
perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis hingga ujung
jari salah satu tangan menyentuh tulang terakhir. Inilah ujung kepala. Jika
bagian ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah
pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi ekstensi,
ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan punggung dan bagian
oksiput menjadi ujung kepala.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Persalinan
Proses
melahirkan/persalinan dalam proses melahirkan bayi biasanya membuat gelisah
sampai panik bagi orang tua yang baru akan menjalani proses tersebut. Berkonsultasi
terus dengan dokter atau bidan adalah langkah tepat untuk mengetahui proses
persalinan yang akan dijalani nantinya.
Dokter atau bidan umumnya akan menjelaskan secara
dasar bahwa proses persalinan bayi secara normal ataupun proses melahirkan normal
itu terdiri dari 4 tahap proses :
1. Tahap
pertama, proses persiapan persalinan dengan fase awal, aktif, transisi.
Dalam tahap
ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim sampai penuh.
2.
Tahap kedua, tahap kelahiran
sampai bayi keluar dengan selamat.
3. Tahap ketiga, pengeluaran plasenta.
4. Tahap keempat, pasca lahir, yakni observasi terhadap ibu selama 1 jam usai
plasenta
Beberapa kejadian yang akan
dialami oleh ibu hamil saat akan melahirkan secara normal :
-
Kontraksi
-
Leher rahim makin terbuka lebar
-
Mendorong calon bayi sesuai
petunjuk dokter/bidan
-
Pengeluaran plasenta
Agak berbeda jika proses
melahirkan dengan cara bedah Caesar kadang juga disebut dengan c-section (cs).
Bedah caesar merupakan proses persalinan (melahirkan bayi) dengan melalui
pembedahan dengan melakukan irisan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar
umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya.
Sebuah prosedur persalinan dengan
pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis
kandungan, spesialis anak, spesialis anastesi serta bidan.
Ada juga proses melahirkan dengan
sedikit memaksa yaitu dengan istilah vakum dan forseps. Persalinan dengan
menggunakan vakum atau alat penghisap. Alat ini menjadi semacam alat/energi
tambahan, bagi ibu yang akan melahirkan ketika kekuatan dorong si ibu sudah
mulai melemah. Persalinan dengan menggunakan forseps adalah proses persalinan
dengan menggunakan alat bantu dari logam berbentuk sendok. Hal ini sangat
jarang dilakukan karena lebih beresiko.
Metode baru adalah melahirkan
dengan cara persalinan hipnotis/hipnosis dan proses persalinan di air.
Persalinan dengan hipnosis tidak berubah metode dasar melahirkan hanya
persalinan ini dibantu dengan cara/tehnik relaksasi agar si ibu tidak begitu
merasakan sakit. Hampir mirip dengan persalinan di air yang akan membuat si ibu
lebih relaks dan si bayi keluar tanpa mengalami traumatis dan menghadapi
transisi dengan lembut, selembut air.
B.
Persalinan Normal
Defenisi persalinan normal adalah persalinan yang :
1.
Terjadi pada kehamilan aterm
(bukan premature atau post matur)
2.
Mempunyai onset yang spontan
(tidak diinduksi)
3.
Selesai setelah 4 jam dan sebelum
24 jam sejak saat awitannya (bukan partu presipitatus atau partus lama)
4.
Mempunyai janin (tunggal) dengan
presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis
5.
Terlaksana tanpa bantuan
artificial (seperti forseps)
6.
Tidak mencakup komplikasi
(seperti perdarahan hebat)
7.
Mencakup pelahiran plasenta yang
normal
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power
Kontraksi dan retraksi otot-otot
rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan
diafragma sewaktu ibu mengedan atau meneran.
b. Passage
Merupakan bagian tulang panggul,
serviks vagina dan dasar panggul (displascement)
c. Passenger
Terutama janin (secara khusus
bagian kepala janin) plus plasenta, selaput dan cairan ketuban atau amnio.
d. kontraksi
Kontraksi adalah gerakan memendek
dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini
terjadi diluar kesadaran di bawah pengendalian sistem saraf simpatik dan secara
tidak langsung mungkin dipengaruhi oleh sistem endokrin. Kontraksi uterus yang
kuat seperti pada bagian akhir kala I persalinan memberikan tekanan intra uteri
sebesar 45 mmHg.
e. Retraksi
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang
menetap setelah terjadinya kontraksi, serabut otot tidak mengadakan relaksasi
penuh pada akhir kontraksi tetapi akan mempertahankan sebagian gerakan memendek
dan menebal tersebut. Retraksi merupakan sifat istimewa yang dimiliki oleh otot
rahim.
Sebagai akibat dari retraksi segmen atas dinding
uterus secara berangsur-angsur menjadi lebih pendek tebal dan kavum uteri
menjadi lebih kecil. Sementara itu otot-otot segmen atas yang mengadakan
kontraksi dan retraksi menyebabkan serabut-serabut segmen bawah yang memiliki
fungsi khusus serta serviks tertarik keluar sehingga terjadi penipisan.
f.
Tenaga sekunder – Mengejan
Tenaga kedua yang meliputi otot
perut dan diafragma digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga ini dapat
dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang
dihasilkan otot-otot volunter.
Diafragma dibuat kaku oleh dada
yang diisi udara glotis yang ditutup untuk menahan tekanan rongga dada. Kedua
keadaan ini akan melipat gandakan tekanan pada janin dan mengurangi ruangan di
dalam rongga abdomen sehingga janin terdorong ke bawah bagian paling rendah ke
lintasan keluar di vagina.
Mengejan memberikan kekuatan yang
sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Meskipun
mengejan melibatkan otot volunter gerakan ini menjadi involunter kalau tekanan
kepala janin pada dasar panggul mejadi sangat kuat. Kadang-kadang pada saat
mengejan dikendalikan dan digantikan bernapas terengah-engah (mulut dan glootis
terbuka sementara otot abdomen dibiarkan lemas).
C.
Passager (lintasan)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul serviks dan vagina sebelum
dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan janin harus mengatasi pula tekanan tahanan
yang ditumbulkan oleh struktur dasar panggul.
1.
Rongga Pelvis
Pelvis minor merupakan bagian
panggul yang berada di bawah pintu atas panggul merupakan rongga sempit yang
harus dilewati janin.
a.
Pintu atas panggul (Pelviks
Inlet)
Janin
pertama-tama harus masuk kedalam pintu atas panggul pada ginekoid yang normal
pintu atas panggul membentang dari bagian posterior puncak simfisis pubis ke promontorium
sakrum dengan ukuran:
1)
Anteroposterior 11 cm
2)
Lateral 13,5 cm
b.
Inklinasio panggul
Panggul tidak teletak dalam posisi tegang lurus
terhadap tulang belakang tetapi miring melandai ke depan dengan pintu atas
panggul berada dalam sudut 60 terhadap bidang horizontal jika wanita tersebut
berdiri tegak.
c.
Rongga Panggul
Rongga panggul atau kavum pelvic
memiliki bentuk serkuler melengkung ke depan dengan diameter rata-rata 12 cm
d.
Pintu bawah panggung (Pelvic
outlet)
Pintu bawah panggul
dibatasi oleh 2 tuber iskiadikum, permukaan posterior bagian terendah simfisis
fubis dan artikulasio sakrokoksigeal ukurannya :
a.
anterioposterio 13,5 cm
b.
lateral 11 cm
Untuk menyesuaikan diri dengan
jalan lahir, kepala janin harus mengalami beberapa rangkaian gerakan positif.
2.
Lintasan Lunak (Soft Passages)
Bagian jalan lahir yang lunak
adalah segmen bawah uterus osserviks ekterna vagina dan vulva setelah terjadi
dilatasi serviks yang berbentuk jalan lahir yang bersambung dengan kepala janin
yang menimbulkan dilatasi vagina dan vulva.
3.
Efacement dan Dilatasi
Segmen bahwah uterus tertarik ke
atas serta keluar dan os services harus teregang serta terbuka yang cukup luas
untuk memungkinkan kepala janin terdorong melalui bagian tersebut. Kepala kita
mula-mula meregangkan bagian leher kaus yang mirip tabung sampai bagian ini
bersambung dengan bagian yang lain sedemikian rupa, lubang leher itu sendiri
akan dipaksa membuka sehingga memungkinkan kepala kita untuk melewatinya.
Ketika menarik kaus berleher
bundar tersebut kebanyakan secara naluri akan menekuk kepalanya merapatkan
dagunya ke dada sehingga diameter kepala terkecil dapat lewat leher kaus dan
kemudian meluruskan kepala sehingga dahi serta muka dapat keluar dari lubang
kaus tersebut. Mula-mula kepala difleksikan
sehingga pada saat inilah terjadi ekstensi pada vulva.
Otot-otot pada dasar panggung
teregang sehingga terbentuk saluran badan perineum
mendatar karena tekanan dari kepala janin yang bergerak maju.
Kandung kemih bersama uretra yang
berada di depan akan tertekan serta tertarik ke atas, rektum serta anus yang
berada di belakang terdorong ke bawah.
D.
Hal yang penting dalam persalinan
1.
Passenger
Passenger utama lewat jalan lahir
adalah janin yang paling penting karena ukurannya paling besar adalah kepala
janin. Ukuran kepala lebih lebar dari pada bahu dan kurang lebih ¼ dari panjang
bayi. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama :tengkorak janin
Kubah tengkorak
terbentuk dari 5 buah tulang utama :
-
dua buah os parietal
-
dua buah os parietalis 1 buah
os oksipitalis
2.
Sutura
Merupakan garis sambungan antara
tulang-tulang tersebut sutura yang utama adalah :
-
Frontalis antara kedua os
frontalis
-
Koronaria antara os frontalis dan
parientalis
-
Sagitalis antara kedua os
parietalis
-
Lamdoidea antara os parietalis dan oksiput
3.
Ubun-Ubun
Merupakan bagian kepala yang
berdenyut tempat pertemuan 2 sutura atau lebih.
4.
Moulage
Tulang tengkorak janin berbentuk
dari membran kemudian mengalami kalsifikasi. Karena tulang tersebut tidak
bersambung secara kaku bagian tepi dapat saling bergeser di atas satu sama lain
selama perjalanan kepala bayi.
E.
Mekanisme Persalinan
- Penurunan (decent)
Sekitar 96% dari semua persalinan
diawali dengan janin dalam posisi fleksi, kepala ke bawah dan tubuhnya agak
berputar ke sisi kanan dan kiri. Sebagaimana kontraksi mulai terjadi kepala
bergerak lebih ke dalam ke pelvik dan dalam posisi menyamping, dengan wajah ke
kanan dan oksiput ke kiri, atau sebaliknya.
- Fleksi
Sebagimana kepala menurun, dagu
lebih fleksi dan semakin fleksi lagi ke dada, yang menyebabkan os occipitable
di belakang kepala untuk petunjuk jalan.
- Rotasi interna
Karena kepala mencapai tingkat
spina isciadica, yang disebut station O, struktur pelvik menyebabkan kepala
untuk berbalik, atau berputar, sehingga kepala akan dapat melewati tempat yang
sangat sempit dalam pelvik. Kemudian terus ke bawah, bergerak di bawah tulang
pubis
- Ekstensi
Pada saat ini jalan lahir ini
sudut suduh berubah. Kepala, yang mengalami dorongan ke bawah pada dada fleksi,
meluncur ke luar di bawah tulang pubis dan melewati introitus, atau orivisium
vagina, ke luar. Dagu terangkat ke atas atau kestensi dan kepala lahir.
- Restitusi
Kini kepala bebas untuk berputar
ke posisi normalnya dalam hubungan dengan bahu.
- Rotasi eksternal
Bahu dan tubuh bayi biasanya
meluncur dengan kesulitan yang relatif sedikit karena kepala telah membuka
jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil. Sebagaimana hal ini terjadi, kepala
berbalik atau berputar, dalam hubungan yang normal dengan bahu.
Bila oksiput pada posterior,
kepala bayi dan tubuhnya tidak searah dengan kurvatura pelvik ibu. Bayi akan
lahir dengan wajah menghadap ke bahwah daripada ke atas, dan ibu mungkin
mengalami sakit pada pinggang serta persalinan yang lebih lama.
- Ekspulasi Plasenta
Segera setelah bayi lahir, uterus
berkontraksi, mengurangi permukaan internalnya sampai 400% sementara plasenta
tetap dalam ukuran yang sama. Hal ini akan menyebabkan akar
plasenta atau vili, untuk runtuh dari endometrium, memisahkan plasenta dari
uterus. Bila ujungnya tetap menleka, terkumpul darah di belakang plasenta.
Kemudian ketika plasenta runtuh, terjadi semprotan darah, dan permukaan amnion
keluar seperti payung yang terbuka. Hal ini diesebut mekanisme Schultze’s nama
orang yang pertama kali menjelaskan hal tersebut. Terjadi dalam 80% persalinan.
Bila keseluruhan plasentas terpisah dalam waktu yang bersamaan, tidak terdapat
pengumpalan darah, dan plasenta dengan mudah meluncur keluar dengan sisi kedua
terlebih dahulu. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Ducan, sehingga disebut
mekanisme Ducan. Inn terjadi dalam 20 % persalinan.
Setelah plasenta terpisah dan seblum uterus kembali berkontraksi, toto utersu
cendrung untuk relaksasi. Hal ini memungkinkan darah untuk mengalir dari
sinus-sinus besar dalam uterus. Darah menekan uterus dan menstimulus uterus
untuk berkontraksi, mengubah uterus dari massa spogiosa lembut menjasi bentuk
bola bulat yang halus yang naik ke atas pada dinding abdomen yang kita telah
relaksasi. Uterus harus tetap berkontraksi dan mengecil. Bila terjadi
relaksasi, kehilangan darah yang serius akan terjadi dalam beberapa menit.
Masase eksternal uterus melalui abdomen menstimulus uterus untuk berkontraksi,
menyebabkan sinus-sinus tertutup, dan mencegah perdarahan.
- Regresi Uterus
Uterus yang berat mungkin jatuh
pada salah satu sisi atau kembali ke dalam rongga abdomen. Untuk alasan ini
beberapa lembaga yang menyarankan ibu untuk berbaring telungkup ketika
istirahat sampai regresi uterus ke keadaan seblum kehamilan, sekitar 4 sampai 6
minggu. Setelah 10 hari uterus biasanya turun ke dalam panggul sejati dan tidak
lagi teraba dalam abdomen. Refleks saraf yang diberikan oleh puting karena
isapan bayi menstimulus kelenjar pituitari untuk mensekresi oksitosin, yang
menyebabkan kontraksi uterus. Untuk alasan ini, regresi uterus dipercepat
dengan menyusui.
F.
Kala Dalam Persalinan
1. Kala I atau Kala Pembukaan
a.
Pengertian
Kala
pertama dalam persalinan dimulai bila didapat kontraksi uterus dengan
frekuensi, intensitas, dan lama yang memadai sehingga terjadi perlunakan dan
pembukaan dari serviks. Kala pertama dalam persalinan berakhir bila serviks
sudah membuka dengan lengkap yaitu bila serviks sudah membuka sedemikian rupa
sehingga dapat dilalui oleh kepala janin. Jadi kala pertama dari persalinan
merupakan tahapan dimana terjadi perlunakan dan pembukaan dari serviks
(William, 1991)
b.
Proses membukanya serviks sebagai
akibat his yang dibagi dalam dua fase :
1)
Fase laten: berlangsung selama 8
jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
2)
Fase aktif dibagi 3 fase :
a)
Fase eksselerasi: dalam waktu 2
jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b)
Fase dilatasi maksimal : dalam
waktu 2 jam berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c)
Fase deselerasi : pembukaan lambat
kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme Pembukaan Serviks :
(1)
Primigravida Multigravida
(2)
Lamanya 10-12 jam 4-8 jam
(3)
Proses pembukaan servik.
(4)
Serviks mendatar dan menipis.
(5)
Serikv mendatar, menipis dan
membuka secara bersamaan.
(6)
Pembukaan servik perjam ±1 cm ±2
c.
Hal-hal yang terjadi pada kala I
:
1)
His
a)
His atau kontraksi uterus yang
terjadi secara teratur dan semakin meningkat frekuensinya.
b) Interval his makin lama makin pendek
c)
Nyeri mulai dari bagian punggung
kemudina menyebar ke abdomen bawah
d)
Mempengaruhi dilatasi dan
pendataran serviks
e)
Berjalan biasanya menyebabkan
meningkatnya intensitas kontraksi
2) Bloody show
Diartikan
sebagai keadaan terlibatnya mucus atau lendir yang disertai dengan sedikit
darah yang berasal daru ruptura pembuluh-pembuluh kapiler yang halus di dalam
servik. Lendir yang memenuhi canalis servicalis selama kehamilan disebut
sebagai overculum.
3) Pembukaan tonjolan ketuban
4)
Terbentuk di depan kepla janin
a)
Tonjolan ketuban terasa tegang
saat his dan dapat mengalami ruptus.
b)
Ruptura selaput amnion dapat
terjadi seitap saat tetapi biasanya terjadi pada akhir kala I
5)
Dilatasi serviks
Dilatasi os serviks eksterna terjadi secara bertahap
6) Engagement atau Presenting Pant
a)
Pada primigravida peristiwa
ini terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalinan.
b)
Pada multi engagement terjadi setelah proses persalinan dimulai
2.
Kala II atau Kala Pengeluaran
a.
Pengertian :
Merupakan stadium yang diawali
dengan dilatasi sempurna serviks danvdiakhiri dengan kelahiran bayi.
b.
Lama kala kedua
Lamanya kala II (sejak pembukaan
lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung 50 menit untuk nullipara, dan 20
menit pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi. (Pritchard,
MacDonald, Grant, 1991). Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya
dan posisi bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II . pada literatur
lain, lamanya kala II bisa berkahir sekitar 20 menit pada multipara dan 2 jam
pada primipara. (Hamilton, 1995) atau bisa
berlangsung rata-rata 1,5 jam pada primigravida dan pada multipara rata-rata
0,5 jam (Prawirohardjo, 2002)
c. Hal-hal yang terjadi pada kala II :
Pada kala II his menjadi lebih
kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanyanya
dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada
rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala
janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah dapat lebih
berelaksasi, kepala tidak masuk lagi diluar his dan kekuatan mengedan maksimal
kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan
dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan, dan anggota bayi.
3. Kala III atau kelahiran bayi sampai plasenta
Kala
II diawali dengan keluarnya bayi dari uterus dan diakhiri dengan keluarnya
plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke
dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis/fundus uteri. Kadang-kadang ada sebagian uri yang melekat pada dinding
rahim. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (dapat
ditunggu sampai 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila langsung dikeluarkan
secara manual dan diberikan uterus tonika. Hal ini juga dilakukan bila perdarahan
sudah > 500 cc). Kala uri ini merupakan waktu yang paling kritis untuk
mendegah perdarahan post partum.
Kala III terdiri dari 2 fase :
a. Fase Pelepasan Uri
Proses pelepasan ini biasanya
setahap demi setahap dan pengumpulan darah di belakang uri adalah membantu uri
ini. Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, malahan
mungkin pelepasan sudah mulai sewaktu anak lahir. Di tempat-tempat yang lepas
terjadi perdarahan yaitu antara plasenta dan desidua basalis, dan karena
hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh
hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.Perdarahan ini disebut
“retroplasenta hematoma”.
Cara
lepasnya plasenta ada 2 macam :
a) Secara Schultze
Cara ini yang paling sering terjadi (80%) dimana lepasnya seperti kita
menutup paying. Yang lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah lalu terjadi
retroplasenta hematoma yang menolak uri mula-mula bagian tengah kemudian
seluruhnya menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum palsenta
lahir dan banyak setelah plasenta lahir.
b) Secara Duncan
Pelepasan mulai darai pinggir
plasenta sehingga bagian pinggir plasenta lahir terlebih dahulu. Darah ini akan
mengalir keluar antara selaput ketuban dengan diding rahim. Jadi perdarahan
sudah ada sejak bagian plasenta terlepas terus berlangsung sampai seluruh
plasensta lepas.Pelepasan secara Ducan terutama terjadi pada plasenta letak
rendah.
b. Fase Pengeluaran Uri
Uri yang sudah terlepas akan
terdorong oleh kontraksi rahim ke SBR (Segmen Bawah Rahim) hal ini dibantu oleh
tekanan abdominal sehingga uri dapat dilahirkan 20% secara spontan selebihnya
memerlukan pertolongan.
Managemen Aktif Kala III
Langkah-langkah inti deskripsi
dan keterangan :
1)
Jepit dan gunting tali pusat
sedini mungkin dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai pelepasan
plasenta.
2)
Membrikan oksitosin
Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta.
3)
Oksitosin 10 U IM dapat diberikan
ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih dari 1 pasti hanya ada bayi
tunggal
4)
Oksitosin dapat diberikan dalam 2
menit setelah kelahiran bayi jika hanya ada seorang petugas dan hanya ada bayi
tunggal
5)
Oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir.
6)
Jika oksitosin tidak tersedia
rangsang puting payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghasilkan
oksitosin alamiah.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CCT/Controled Cord
Traction) PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas.
7)
satu tangan diletakkan corpus uteri tepat
diatas simfisis pubis selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan
gerakan dorso cranial ke arah belakang kepala ibu.
8)
Tangan yang satu memegang tali
pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus
menerur dalam tegangan yang sama tangan ke uterus selama kontraksi. Tangan pada
uterus merasakan kontraksi ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika merasakan
kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi tangan petugas dapat tetap
berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT.
Ulang langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Masa fundus segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase
fundus agar menimbulkan kotraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah
dan mencegah perdarahan post partum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selam
10-15 detik jika perdarahan hebat terjadi mulailahi segera melakukan kompresi
bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit ikut protokol
untuk perdarahan post partum.
G.
Macam-Macam Persalinan Lainnya
1.
Persalinan
spontan:
Persalinan yng berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir.
2.
Persalinan
buatan :
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar
(misalnya forcep )
3.
Persalinan
anjuran :
Persalinan yang tidak
dimulai sendiri, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocyn / prostaglandin.
H. Teknik Persalinan Normal di
Amerika
1. Metode
Melahirkan Dalam Air (waterbirth)
Metode Melahirkan Dalam Air - Melahirkan di dalam air
membantu ibu hamil merasa lebih rileks sehingga dapat mengurangi Melahirkan tanpa rasa sakit. Dalam rendaman air, kulit akan
memiliki elastisitas lebih besar, sehingga memperkecil risiko robek pada jalan lahir
bayi. Melahirkan dalam air juga bermanfaat untuk Melahirkan Bayi. Medium air memudahkan transisi bayi dari
rahim, berisi cairan ketuban, ke dunia luar. Pendukung teknik ini mengatakan
bahwa persalinan dalam air tak berbahaya. Bayi akan bernapas dalam air, karena
dia tidak akan mulai menggunakan paru-parunya sampai dia dibawa ke udara dalam
10 detik pertama setelah lahir.
a.
Ibu akan merasa lebih relaks
karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis.
b.
Metode ini juga akan
mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak
terlalu dirasakan.
c.
Di dalam air proses pembukaan
jalan lahir akan berjalan lebih cepat
a.
Menurunkan risiko cedera kepala
bayi.
b.
Meskipun belum dilakukan
penelitian mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode
ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir
dengan metode lain.
c.
Peredaran darah bayi akan lebih
baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.
4.
Resiko
dan prasyarat Melahirkan dalam Air
a.
Kemungkinan air kolam tertelan
oleh bayi sangat besar. Kondisi ini menyebabkan proses membutuhkan bantuan
dokter kebidanan dan kandungan, juga spesialis anak yang akan melakukan
pengecekan langsung saat bayi lahir. Sehingga jika ada gangguan bisa langsung
terdeteksi dan diatasi.
b.
Hipotermia atau suhu tubuh
terlalu rendah akan dialami ibu jika proses melahirkan berlangsung lebih lama
dari perperkiraan.
c.
Bayi berisiko mengalami
temperature shock jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat melahirkan
yaitu 37 derajat celcius.
d.
Tidak dapat dilakukan oleh ibu
yang memiliki panggul kecil , sehingga harus melahirkan dengan bedah caesar.
e.
Bila bayi beresiko sungsang
lebih baik hindari melakukan persalinan di air.
f.
Bila si ibu memiliki penyakit
herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut melalui mata, selaput lendir
dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat bertahan diair.
g.
Kolam plastik yang digunakan
harus benar benar steril agar tidak rentan terinfeksi kuman dan virus lainnya.
5.
Tahapan
persalinan dalam Air
Proses persalinan di air memiliki tahapan yang
sama seperti melahirkan normal. Hanya saja dengan ibu berendam dalam air
hangat, membuat sirkulasi pembuluh darah jadi lebih baik. Akibatnya akan
berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang jadi lebih efektif dan lebih baik.
Sehingga waktu tempuh dalam proses persalinan ini lebih singkat daripada proses
melahirkan normal biasa.
Berikut tahapannya:
a. Ibu
masuk ke dalam air ketika akan melahirkan, ibu mengalami fase pembukaan laten
dan aktif. Saat fase aktif pembukaan sudah mencapai 5cm, ibu baru bisa masuk ke
kolam air. Pada fase ini biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja, sekitar 1-2
jam untuk menunggu kelahiran sang bayi.
b. Sikap
rileks, biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa nyaman dan
hilang rasa sakitnya. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa lebih fokus
melahirkan. Dapat juga posisi lain seperti menungging.
c. Mengedan
seiring kontraksi. Di dalam air, mengedan akan lebih ringan, tidak menggunakan
tenaga kuat yang biasanya membuat terasa lebih sakit. Air akan memblok
rangsang-rangsang rasa sakit. Jadi, rasa sakit yang ada tidak diteruskan,
melainkan akan hilang dengan sendirinya. Ditambah lagi kemampuan daya apung
dari air yang akan meringankan saat mengedan. Mengedan mengikuti irama
datangnya kontraksi. Bayi yang keluar juga tak perlu bantuan manipulasi tangan
atau lainnya, kecuali terlihat agak seret keluarnya. Kontraksi yang baik akan
mempercepat pembukaan rahim dan mempercepat proses persalinan. Apalagi dengan
ibu berendam dalam air, dinding vagina akan lebih rileks, lebih elastis,
sehingga lebih mudah dan cepat membukanya. Hal ini pula yang menyebabkan tak
perlunya jahitan setelah melahirkan, kecuali bila memang ada robekan.
d. Pengangkatan
bayi. Setelah keluar kaki bayi dan tubuh seluruhnya, barulah bayi diangkat.
Darah yang keluar tidak berceceran ke mana-mana, melainkan mengendap di dasar
kolam, demikian pula dengan ari-ari bayi.Kontraksi rahim yang baik menyebabkan
perdarahan yang terjadi pun sedikit.
e. Ketika
bayi keluar dalam air, mungkin orang khawatir bayi akan tersedak, namun,
sebetulnya bila diingat prinsipnya, bayi hidup sembilan bulan dalam air ketuban
ibu. Jadi, begitu dia lahir keluar ke dalam kolam, sebetulnya dia lahir ke
lingkungan dengan kondisi yang hampir mirip dalam kandungan, yaitu ke dalam air
dengan suhu yang sama seperti halnya ketika dalam rahim. Ketika bayi keluar
dalam air, saat itu bayi belum ada rangsang untuk bernapas. Setelah diangkat ke
permukaan barulah terjadi perubahan, timbul rangsangan untuk bernapas dan
biarkan ia menangis. Setelah stabil kondisi pernapasannya, barulah digunting
tali pusarnya. Mengingat melahirkan di air membuat sirkulasi oksigen ke bayi
lebih baik, maka ketika bayi lahir tampak kulit yang lebih kemerahan.
f. Artinya,
oksigenisasi ke bayi lebih baik dan membuat paru-parunya pun jadi lebih baik.
Bayi juga tampak bersih tak banyak lemak di tubuhnya. Kemudian bayi dibersihkan
dengan disedot sedikit dan dibersihkan tali pusarnya.
6.
Metode Melahirkan Dalam Air
Ada dua metode persalinan di air
a. Persalinan
di air murni. Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6
(enam) sampai proses melahirkan terjadi.
b. Persalinan
di air emulsion. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir.
Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur
7. Kelemahan
Sebuah penelitian mengungkap kekhawatiran bahwa
medium air akan membuat tali pusat menjadi kusut atau terkompresi, sehingga
bayi kemungkinan akanterengah-engah dan menghisap air ke dalam paru-paru
mereka. Studi tahun 2002 yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Pediatrics
juga menyimpulkan bahwa persalinan dalam air meningkatkan risiko bayi
tenggelam.Situs Live Science menambahkan bahwa kelahiran dalam air tidak
direkomendasikan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists
sebagai pilihan proses melahirkan yang layak. Persalinan dalam air
dikhawatirkan memicu risiko pneumonia atau infeksi pada otak, dan serangan
kekuarangan oksigen.
8.
Resiko
Wanita dengan kondisi medis tertentu atau
kehamilan rumit harus menghindari melakukan proses melahirkan di dalam air.
Termasuk wanita dengan herpes, tekanan darah tinggi, wanita yang telah
mengalami pendarahan tak terduga selama perjalanan kehamilan, wanita yang
mengandung bayi kembar, dan ketika bayi dalam posisi sungsang. Melahirkan di
dalam air juga tidak direkomendasikan untuk wanita yang masuk ke persalinan
prematur.
I.
Teknik Persalinan Australia
Posisi Setengah Duduk
Posisi yang di Australia dikenal dengan nama
Semi-Sitting ini, biasa dilakukan oleh para ibu yang menghendaki dokter
kandungan atau bidannya melihat dengan jelas pergerakan perineum saat proses
kelahiran sedang terjadi. Hal ini dimaksudkan agar perobekan vagina atau
perineum dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan sama sekali.
J.
Teknik
Persalinan Afrika Tengah
Jongkok Dengan Memegang Dahan Pohon
Di tengah masyarakat Afrika Tengah, tak hanya
pemeriksaan kandungan yang layak, bahkan akses ke dunia medis seperti
laboratorium dan dokter kandungan, sangat minim. Itu sebabnya banyak relawan
yang menganjurkan mereka untuk melahirkan dengan normal dan tradisional.
Uniknya, sebuah pohon kecil akan ditanam di
antar dua atau tiga pohon lainnya. Cara lainnya dengan menancapkan tiang ke
dalam tanah. Wanita yang akan melahirkan akan memegang dahan pohon atau tiang
tersebut dalam posisi berlutut atau berjongkok, lalu kemudian mengedan.
K.
Patologi
“Di tiap tiap Negara jika tidak bisa melahirkan
secara normal yang di bantu oleh tenaga medis atau cara tradisional maka akan
dilakukan operasi Caesar”
BAB III
P
E N U T U P
A.
Kesimpulan
- persalinan adalah terjadi pada kehamilan (bukan prematur atau post matur)
- persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses pengeluara janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)
- proses persalinan normal melalui tahap-tahap yaitu:
a. hodge
I-IV
b. kala
I-IV
- setiap Negara memiliki metode melahirkan normal yang berbeda-beda seperti yang di jelaskan dalam makalah ini perbandingan antara 3 negara yaitu Amerika (metode water birth),ekhnik persalinan Australia (posisi setengah duduk ), sedangkan tekhnik persalinan Afrika tengah (jongkok dengan memegang sahan pohon).
B.
Saran
Bagi ibu hamil sebaiknya ibu hamil dalam proses
kelahirannya dibantu dengan tenagamedis agar dalam persalinannya dapat berjalan
normal bagi penyusun. Diharapkan penyusun lebih mendalami proses kelahiran
dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Asuhan
Persalinan Normal, Jakarta : JNPKKR
·
Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar