Minggu, 28 Oktober 2012

FISIOLOGI PERSALINAN (MAKALAH)



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post matur) mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama) mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti pendarahan hebat) mencakup pelahiran plasenta yang normal.
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam ( Rustam Mochtar, 1998 ).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
B.       Tujuan
1.         Menjelaskan persalinan normal
2.         Menjelaskan proses melahirkan/persalinan
3.         Mengetahui perbandingan persalinan normal dalam 3 negara
4.         Untuk menambah pengetahuan
C.       Pemeriksaan Leopold
Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan Leopold. Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk mengetahui presentasi bayi dalam rahim. Berikut dijelaskan gerakan-gerakan yang dilakukan saat pemeriksaan Leopold :
1.      Leopold I
Mengetahui letak presentasi kepala dan bokong.
a.       menghadap ke kepala pasien gunakan ujung jari kedua tangan untuk mempalpasi fundus uteri.
b.      apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bulat dan mudah digerakkan dan “ballotable”.
c.       apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lembut, tidak beraturan, tidak rata, melingkar dan sulit digerakkan.
2.      Leopold II
Maneuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau sisi pelvis ibu.
a.       menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen, pertahankan uterus dengan tangan yang satu dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin.
b.      bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan. bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak jelas dan menonjol, dan mungkin bisa bergerak pasif atau aktif.
3.      Leopold III
Maneuver ini mengidentifikasikan bagian janin yang paling dekat dengan serviks. Bagian janin inilah yang pertama kali kontak dengan jari pada saat pemriksaan vagina, umumnya adalah kepala atau bokong. Langkah pemeriksaan :
Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diantara simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dan menghembuskannya. Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di sekitar bagian presentasi.
4.      Leopold IV
Maneuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janin yang dipalpasi di bagian sisi pelvis. Apabila posisi kepala fleksi ujung kepala adalah bagian depan kepala. Apabila posisi kepala ekstensi, ujung kepala adalah bagian oksiput. Langkah Pemriksaan :
Menghadap ke longlegs pasien. Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan menyentuh tulang terakhir. Inilah ujung kepala. Jika bagian ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan punggung dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.

BAB II
PEMBAHASAN

A.       Proses Persalinan
         Proses melahirkan/persalinan dalam proses melahirkan bayi biasanya membuat gelisah sampai panik bagi orang tua yang baru akan          menjalani proses tersebut. Berkonsultasi terus dengan dokter atau bidan adalah langkah tepat untuk mengetahui proses persalinan yang akan dijalani nantinya.
Dokter atau bidan umumnya akan menjelaskan secara dasar bahwa proses persalinan bayi secara normal ataupun proses melahirkan normal itu terdiri dari 4 tahap proses :
1.      Tahap pertama, proses persiapan persalinan dengan fase awal, aktif, transisi.
Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim sampai penuh.
2.      Tahap kedua, tahap kelahiran sampai bayi keluar dengan selamat.
3.      Tahap ketiga, pengeluaran plasenta.
4.      Tahap keempat, pasca lahir, yakni observasi terhadap ibu selama 1 jam usai plasenta
Beberapa kejadian yang akan dialami oleh ibu hamil saat akan melahirkan secara normal :
-         Kontraksi
-         Leher rahim makin terbuka lebar
-         Mendorong calon bayi sesuai petunjuk dokter/bidan
-         Pengeluaran plasenta
Agak berbeda jika proses melahirkan dengan cara bedah Caesar kadang juga disebut dengan c-section (cs). Bedah caesar merupakan proses persalinan (melahirkan bayi) dengan melalui pembedahan dengan melakukan irisan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya.
Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anastesi serta bidan.
Ada juga proses melahirkan dengan sedikit memaksa yaitu dengan istilah vakum dan forseps. Persalinan dengan menggunakan vakum atau alat penghisap. Alat ini menjadi semacam alat/energi tambahan, bagi ibu yang akan melahirkan ketika kekuatan dorong si ibu sudah mulai melemah. Persalinan dengan menggunakan forseps adalah proses persalinan dengan menggunakan alat bantu dari logam berbentuk sendok. Hal ini sangat jarang dilakukan karena lebih beresiko.
Metode baru adalah melahirkan dengan cara persalinan hipnotis/hipnosis dan proses persalinan di air. Persalinan dengan hipnosis tidak berubah metode dasar melahirkan hanya persalinan ini dibantu dengan cara/tehnik relaksasi agar si ibu tidak begitu merasakan sakit. Hampir mirip dengan persalinan di air yang akan membuat si ibu lebih relaks dan si bayi keluar tanpa mengalami traumatis dan menghadapi transisi dengan lembut, selembut air.
B.       Persalinan Normal
Defenisi persalinan normal adalah persalinan yang :
1.    Terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau post matur)
2.    Mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi)
3.    Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partu presipitatus atau partus lama)
4.    Mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis
5.    Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forseps)
6.    Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat)
7.    Mencakup pelahiran plasenta yang normal
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
a.       Power
Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengedan atau meneran.

b.      Passage
Merupakan bagian tulang panggul, serviks vagina dan dasar panggul (displascement)
c.       Passenger
Terutama janin (secara khusus bagian kepala janin) plus plasenta, selaput dan cairan ketuban atau amnio.
d.      kontraksi
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi diluar kesadaran di bawah pengendalian sistem saraf simpatik dan secara tidak langsung mungkin dipengaruhi oleh sistem endokrin. Kontraksi uterus yang kuat seperti pada bagian akhir kala I persalinan memberikan tekanan intra uteri sebesar 45 mmHg.
e.       Retraksi
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadinya kontraksi, serabut otot tidak mengadakan relaksasi penuh pada akhir kontraksi tetapi akan mempertahankan sebagian gerakan memendek dan menebal tersebut. Retraksi merupakan sifat istimewa yang dimiliki oleh otot rahim.
Sebagai akibat dari retraksi segmen atas dinding uterus secara berangsur-angsur menjadi lebih pendek tebal dan kavum uteri menjadi lebih kecil. Sementara itu otot-otot segmen atas yang mengadakan kontraksi dan retraksi menyebabkan serabut-serabut segmen bawah yang memiliki fungsi khusus serta serviks tertarik keluar sehingga terjadi penipisan.
f.        Tenaga sekunder – Mengejan
Tenaga kedua yang meliputi otot perut dan diafragma digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga ini dapat dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan otot-otot volunter.
Diafragma dibuat kaku oleh dada yang diisi udara glotis yang ditutup untuk menahan tekanan rongga dada. Kedua keadaan ini akan melipat gandakan tekanan pada janin dan mengurangi ruangan di dalam rongga abdomen sehingga janin terdorong ke bawah bagian paling rendah ke lintasan keluar di vagina.
Mengejan memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Meskipun mengejan melibatkan otot volunter gerakan ini menjadi involunter kalau tekanan kepala janin pada dasar panggul mejadi sangat kuat. Kadang-kadang pada saat mengejan dikendalikan dan digantikan bernapas terengah-engah (mulut dan glootis terbuka sementara otot abdomen dibiarkan lemas).
C.       Passager (lintasan)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul serviks dan vagina sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan janin harus mengatasi pula tekanan tahanan yang ditumbulkan oleh struktur dasar panggul.
1.      Rongga Pelvis
Pelvis minor merupakan bagian panggul yang berada di bawah pintu atas panggul merupakan rongga sempit yang harus dilewati janin.
a.          Pintu atas panggul (Pelviks Inlet)
Janin pertama-tama harus masuk kedalam pintu atas panggul pada ginekoid yang normal pintu atas panggul membentang dari bagian posterior puncak simfisis pubis ke promontorium sakrum dengan ukuran:
1)      Anteroposterior 11 cm
2)      Lateral 13,5 cm
b.         Inklinasio panggul
Panggul tidak teletak dalam posisi tegang lurus terhadap tulang belakang tetapi miring melandai ke depan dengan pintu atas panggul berada dalam sudut 60 terhadap bidang horizontal jika wanita tersebut berdiri tegak.
c.          Rongga Panggul
Rongga panggul atau kavum pelvic memiliki bentuk serkuler melengkung ke depan dengan diameter rata-rata 12 cm
d.         Pintu bawah panggung (Pelvic outlet)
Pintu bawah panggul dibatasi oleh 2 tuber iskiadikum, permukaan posterior bagian terendah simfisis fubis dan artikulasio sakrokoksigeal ukurannya :
a.       anterioposterio 13,5 cm
b.      lateral 11 cm
Untuk menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala janin harus mengalami beberapa rangkaian gerakan positif.
2.      Lintasan Lunak (Soft Passages)
Bagian jalan lahir yang lunak adalah segmen bawah uterus osserviks ekterna vagina dan vulva setelah terjadi dilatasi serviks yang berbentuk jalan lahir yang bersambung dengan kepala janin yang menimbulkan dilatasi vagina dan vulva.
3.      Efacement dan Dilatasi
Segmen bahwah uterus tertarik ke atas serta keluar dan os services harus teregang serta terbuka yang cukup luas untuk memungkinkan kepala janin terdorong melalui bagian tersebut. Kepala kita mula-mula meregangkan bagian leher kaus yang mirip tabung sampai bagian ini bersambung dengan bagian yang lain sedemikian rupa, lubang leher itu sendiri akan dipaksa membuka sehingga memungkinkan kepala kita untuk melewatinya.
Ketika menarik kaus berleher bundar tersebut kebanyakan secara naluri akan menekuk kepalanya merapatkan dagunya ke dada sehingga diameter kepala terkecil dapat lewat leher kaus dan kemudian meluruskan kepala sehingga dahi serta muka dapat keluar dari lubang kaus tersebut. Mula-mula kepala difleksikan sehingga pada saat inilah terjadi ekstensi pada vulva.
Otot-otot pada dasar panggung teregang sehingga terbentuk saluran badan perineum mendatar karena tekanan dari kepala janin yang bergerak maju.
Kandung kemih bersama uretra yang berada di depan akan tertekan serta tertarik ke atas, rektum serta anus yang berada di belakang terdorong ke bawah.
D.      Hal yang penting dalam persalinan
1.     Passenger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin yang paling penting karena ukurannya paling besar adalah kepala janin. Ukuran kepala lebih lebar dari pada bahu dan kurang lebih ¼ dari panjang bayi. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama :tengkorak janin
Kubah tengkorak terbentuk dari 5 buah tulang utama :
-         dua buah os parietal
-         dua buah os parietalis 1 buah os oksipitalis
2.     Sutura
Merupakan garis sambungan antara tulang-tulang tersebut sutura yang utama adalah :
-         Frontalis antara kedua os frontalis
-         Koronaria antara os frontalis dan parientalis
-         Sagitalis antara kedua os parietalis
-         Lamdoidea antara os parietalis dan oksiput
3.     Ubun-Ubun
Merupakan bagian kepala yang berdenyut tempat pertemuan 2 sutura atau lebih.
4.     Moulage
Tulang tengkorak janin berbentuk dari membran kemudian mengalami kalsifikasi. Karena tulang tersebut tidak bersambung secara kaku bagian tepi dapat saling bergeser di atas satu sama lain selama perjalanan kepala bayi.
E.       Mekanisme Persalinan
  1. Penurunan (decent)
Sekitar 96% dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi fleksi, kepala ke bawah dan tubuhnya agak berputar ke sisi kanan dan kiri. Sebagaimana kontraksi mulai terjadi kepala bergerak lebih ke dalam ke pelvik dan dalam posisi menyamping, dengan wajah ke kanan dan oksiput ke kiri, atau sebaliknya.
  1. Fleksi
Sebagimana kepala menurun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi ke dada, yang menyebabkan os occipitable di belakang kepala untuk petunjuk jalan.
  1. Rotasi interna
Karena kepala mencapai tingkat spina isciadica, yang disebut station O, struktur pelvik menyebabkan kepala untuk berbalik, atau berputar, sehingga kepala akan dapat melewati tempat yang sangat sempit dalam pelvik. Kemudian terus ke bawah, bergerak di bawah tulang pubis

  1. Ekstensi
Pada saat ini jalan lahir ini sudut suduh berubah. Kepala, yang mengalami dorongan ke bawah pada dada fleksi, meluncur ke luar di bawah tulang pubis dan melewati introitus, atau orivisium vagina, ke luar. Dagu terangkat ke atas atau kestensi dan kepala lahir.
  1. Restitusi
Kini kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dalam hubungan dengan bahu.
  1. Rotasi eksternal
Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur dengan kesulitan yang relatif sedikit karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil. Sebagaimana hal ini terjadi, kepala berbalik atau berputar, dalam hubungan yang normal dengan bahu.
Bila oksiput pada posterior, kepala bayi dan tubuhnya tidak searah dengan kurvatura pelvik ibu. Bayi akan lahir dengan wajah menghadap ke bahwah daripada ke atas, dan ibu mungkin mengalami sakit pada pinggang serta persalinan yang lebih lama.
  1. Ekspulasi Plasenta
Segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan internalnya sampai 400% sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama. Hal ini akan menyebabkan akar plasenta atau vili, untuk runtuh dari endometrium, memisahkan plasenta dari uterus. Bila ujungnya tetap menleka, terkumpul darah di belakang plasenta. Kemudian ketika plasenta runtuh, terjadi semprotan darah, dan permukaan amnion keluar seperti payung yang terbuka. Hal ini diesebut mekanisme Schultze’s nama orang yang pertama kali menjelaskan hal tersebut. Terjadi dalam 80% persalinan. Bila keseluruhan plasentas terpisah dalam waktu yang bersamaan, tidak terdapat pengumpalan darah, dan plasenta dengan mudah meluncur keluar dengan sisi kedua terlebih dahulu. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Ducan, sehingga disebut mekanisme Ducan. Inn terjadi dalam 20 % persalinan.
Setelah plasenta terpisah dan seblum uterus kembali berkontraksi, toto utersu cendrung untuk relaksasi. Hal ini memungkinkan darah untuk mengalir dari sinus-sinus besar dalam uterus. Darah menekan uterus dan menstimulus uterus untuk berkontraksi, mengubah uterus dari massa spogiosa lembut menjasi bentuk bola bulat yang halus yang naik ke atas pada dinding abdomen yang kita telah relaksasi. Uterus harus tetap berkontraksi dan mengecil. Bila terjadi relaksasi, kehilangan darah yang serius akan terjadi dalam beberapa menit. Masase eksternal uterus melalui abdomen menstimulus uterus untuk berkontraksi, menyebabkan sinus-sinus tertutup, dan mencegah perdarahan.
  1. Regresi Uterus
Uterus yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke dalam rongga abdomen. Untuk alasan ini beberapa lembaga yang menyarankan ibu untuk berbaring telungkup ketika istirahat sampai regresi uterus ke keadaan seblum kehamilan, sekitar 4 sampai 6 minggu. Setelah 10 hari uterus biasanya turun ke dalam panggul sejati dan tidak lagi teraba dalam abdomen. Refleks saraf yang diberikan oleh puting karena isapan bayi menstimulus kelenjar pituitari untuk mensekresi oksitosin, yang menyebabkan kontraksi uterus. Untuk alasan ini, regresi uterus dipercepat dengan menyusui.
F.        Kala Dalam Persalinan
1.    Kala I atau Kala Pembukaan
a.    Pengertian
        Kala pertama dalam persalinan dimulai bila didapat kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan lama yang memadai sehingga terjadi perlunakan dan pembukaan dari serviks. Kala pertama dalam persalinan berakhir bila serviks sudah membuka dengan lengkap yaitu bila serviks sudah membuka sedemikian rupa sehingga dapat dilalui oleh kepala janin. Jadi kala pertama dari persalinan merupakan tahapan dimana terjadi perlunakan dan pembukaan dari serviks (William, 1991)
b.   Proses membukanya serviks sebagai akibat his yang dibagi dalam dua fase :
1)      Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat                lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2)      Fase aktif dibagi 3 fase :
a)      Fase eksselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b)      Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c)      Fase deselerasi : pembukaan lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme Pembukaan Serviks :
(1)   Primigravida Multigravida
(2)   Lamanya 10-12 jam 4-8 jam
(3)   Proses pembukaan servik.
(4)   Serviks mendatar dan menipis.
(5)   Serikv mendatar, menipis dan membuka secara bersamaan.
(6)   Pembukaan servik perjam ±1 cm ±2
c.    Hal-hal yang terjadi pada kala I :
1)      His
a)      His atau kontraksi uterus yang terjadi secara teratur dan semakin meningkat frekuensinya.
b)      Interval his makin lama makin pendek
c)      Nyeri mulai dari bagian punggung kemudina menyebar ke abdomen bawah
d)      Mempengaruhi dilatasi dan pendataran serviks
e)      Berjalan biasanya menyebabkan meningkatnya intensitas kontraksi

2)      Bloody show
Diartikan sebagai keadaan terlibatnya mucus atau lendir yang disertai dengan sedikit darah yang berasal daru ruptura pembuluh-pembuluh kapiler yang halus di dalam servik. Lendir yang memenuhi canalis servicalis selama kehamilan disebut sebagai overculum.
3)      Pembukaan tonjolan ketuban
4)      Terbentuk di depan kepla janin
a)      Tonjolan ketuban terasa tegang saat his dan dapat mengalami ruptus.
b)      Ruptura selaput amnion dapat terjadi seitap saat tetapi biasanya terjadi pada akhir kala I
5)      Dilatasi serviks
Dilatasi os serviks eksterna terjadi secara bertahap
6)      Engagement atau Presenting Pant
a)      Pada primigravida peristiwa ini terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalinan.
b)      Pada multi engagement terjadi setelah proses persalinan dimulai
2.    Kala II atau Kala Pengeluaran
a.      Pengertian :
Merupakan stadium yang diawali dengan dilatasi sempurna serviks danvdiakhiri dengan kelahiran bayi.

b.     Lama kala kedua
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung 50 menit untuk nullipara, dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi. (Pritchard, MacDonald, Grant, 1991). Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya dan posisi bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II . pada literatur lain, lamanya kala II bisa berkahir sekitar 20 menit pada multipara dan 2 jam pada primipara. (Hamilton, 1995) atau bisa berlangsung rata-rata 1,5 jam pada primigravida dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Prawirohardjo, 2002)
c.      Hal-hal yang terjadi pada kala II :
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanyanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah dapat lebih berelaksasi, kepala tidak masuk lagi diluar his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi.
3.    Kala III atau kelahiran bayi sampai plasenta
Kala II diawali dengan keluarnya bayi dari uterus dan diakhiri dengan keluarnya plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri. Kadang-kadang ada sebagian uri yang melekat pada dinding rahim. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (dapat ditunggu sampai 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila langsung dikeluarkan secara manual dan diberikan uterus tonika. Hal ini juga dilakukan bila perdarahan sudah > 500 cc). Kala uri ini merupakan waktu yang paling kritis untuk mendegah perdarahan post partum.
Kala III terdiri dari 2 fase :
a.  Fase Pelepasan Uri
Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah di belakang uri adalah membantu uri ini. Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, malahan mungkin pelepasan sudah mulai sewaktu anak lahir. Di tempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan yaitu antara plasenta dan desidua basalis, dan karena hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.Perdarahan ini disebut “retroplasenta hematoma”.
Cara lepasnya plasenta ada 2 macam :
a)      Secara Schultze
Cara ini yang paling sering terjadi (80%) dimana lepasnya seperti kita menutup paying. Yang lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasenta hematoma yang menolak uri mula-mula bagian tengah kemudian seluruhnya menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum palsenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir.
b)      Secara Duncan
Pelepasan mulai darai pinggir plasenta sehingga bagian pinggir plasenta lahir terlebih dahulu. Darah ini akan mengalir keluar antara selaput ketuban dengan diding rahim. Jadi perdarahan sudah ada sejak bagian plasenta terlepas terus berlangsung sampai seluruh plasensta lepas.Pelepasan secara Ducan terutama terjadi pada plasenta letak rendah.
b.  Fase Pengeluaran Uri
Uri yang sudah terlepas akan terdorong oleh kontraksi rahim ke SBR (Segmen Bawah Rahim) hal ini dibantu oleh tekanan abdominal sehingga uri dapat dilahirkan 20% secara spontan selebihnya memerlukan pertolongan.
Managemen Aktif Kala III
Langkah-langkah inti deskripsi dan keterangan :
1)      Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai pelepasan plasenta.
2)      Membrikan oksitosin
Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.
3)      Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih dari 1 pasti hanya ada bayi tunggal
4)      Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika hanya ada seorang petugas dan hanya ada bayi tunggal
5)      Oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir.
6)      Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CCT/Controled Cord Traction) PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas.
7)      satu tangan diletakkan corpus uteri tepat diatas simfisis pubis selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso cranial ke arah belakang kepala ibu.
8)      Tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus menerur dalam tegangan yang sama tangan ke uterus selama kontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi tangan petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT.
Ulang langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Masa fundus segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus agar menimbulkan kotraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post partum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selam 10-15 detik jika perdarahan hebat terjadi mulailahi segera melakukan kompresi bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit ikut protokol untuk perdarahan post partum.
G.      Macam-Macam Persalinan Lainnya
1.      Persalinan spontan:
            Persalinan yng berlangsung dengan kekuatan  sendiri dan melalui jalan lahir.
2.      Persalinan buatan         :
            Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar (misalnya forcep )
3.      Persalinan anjuran        :
Persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocyn / prostaglandin.
H.      Teknik Persalinan Normal di Amerika
1.    Metode Melahirkan Dalam Air (waterbirth)
Metode Melahirkan Dalam Air - Melahirkan di dalam air membantu ibu hamil merasa lebih rileks sehingga dapat mengurangi Melahirkan tanpa rasa sakit. Dalam rendaman air, kulit akan memiliki elastisitas lebih besar, sehingga memperkecil risiko robek pada jalan lahir bayi. Melahirkan dalam air juga bermanfaat untuk Melahirkan Bayi. Medium air memudahkan transisi bayi dari rahim, berisi cairan ketuban, ke dunia luar. Pendukung teknik ini mengatakan bahwa persalinan dalam air tak berbahaya. Bayi akan bernapas dalam air, karena dia tidak akan mulai menggunakan paru-parunya sampai dia dibawa ke udara dalam 10 detik pertama setelah lahir.
a.       Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis.
b.      Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan.
c.       Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat
a.       Menurunkan risiko cedera kepala bayi.
b.      Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain.
c.       Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.
4.    Resiko dan prasyarat Melahirkan dalam Air
a.       Kemungkinan air kolam tertelan oleh bayi sangat besar. Kondisi ini menyebabkan proses membutuhkan bantuan dokter kebidanan dan kandungan, juga spesialis anak yang akan melakukan pengecekan langsung saat bayi lahir. Sehingga jika ada gangguan bisa langsung terdeteksi dan diatasi.
b.      Hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah akan dialami ibu jika proses melahirkan berlangsung lebih lama dari perperkiraan.
c.       Bayi berisiko mengalami temperature shock jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat melahirkan yaitu 37 derajat celcius.
d.      Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil , sehingga harus melahirkan dengan bedah caesar.
e.       Bila bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan persalinan di air.
f.        Bila si ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat bertahan diair.
g.       Kolam plastik yang digunakan harus benar benar steril agar tidak rentan terinfeksi kuman dan virus lainnya.
5.    Tahapan persalinan dalam Air
Proses persalinan di air memiliki tahapan yang sama seperti melahirkan normal. Hanya saja dengan ibu berendam dalam air hangat, membuat sirkulasi pembuluh darah jadi lebih baik. Akibatnya akan berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang jadi lebih efektif dan lebih baik. Sehingga waktu tempuh dalam proses persalinan ini lebih singkat daripada proses melahirkan normal biasa.
     Berikut tahapannya:
a.      Ibu masuk ke dalam air ketika akan melahirkan, ibu mengalami fase pembukaan laten dan aktif. Saat fase aktif pembukaan sudah mencapai 5cm, ibu baru bisa masuk ke kolam air. Pada fase ini biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja, sekitar 1-2 jam untuk menunggu kelahiran sang bayi.
b.     Sikap rileks, biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa nyaman dan hilang rasa sakitnya. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa lebih fokus melahirkan. Dapat juga posisi lain seperti menungging.
c.      Mengedan seiring kontraksi. Di dalam air, mengedan akan lebih ringan, tidak menggunakan tenaga kuat yang biasanya membuat terasa lebih sakit. Air akan memblok rangsang-rangsang rasa sakit. Jadi, rasa sakit yang ada tidak diteruskan, melainkan akan hilang dengan sendirinya. Ditambah lagi kemampuan daya apung dari air yang akan meringankan saat mengedan. Mengedan mengikuti irama datangnya kontraksi. Bayi yang keluar juga tak perlu bantuan manipulasi tangan atau lainnya, kecuali terlihat agak seret keluarnya. Kontraksi yang baik akan mempercepat pembukaan rahim dan mempercepat proses persalinan. Apalagi dengan ibu berendam dalam air, dinding vagina akan lebih rileks, lebih elastis, sehingga lebih mudah dan cepat membukanya. Hal ini pula yang menyebabkan tak perlunya jahitan setelah melahirkan, kecuali bila memang ada robekan.
d.     Pengangkatan bayi. Setelah keluar kaki bayi dan tubuh seluruhnya, barulah bayi diangkat. Darah yang keluar tidak berceceran ke mana-mana, melainkan mengendap di dasar kolam, demikian pula dengan ari-ari bayi.Kontraksi rahim yang baik menyebabkan perdarahan yang terjadi pun sedikit.
e.      Ketika bayi keluar dalam air, mungkin orang khawatir bayi akan tersedak, namun, sebetulnya bila diingat prinsipnya, bayi hidup sembilan bulan dalam air ketuban ibu. Jadi, begitu dia lahir keluar ke dalam kolam, sebetulnya dia lahir ke lingkungan dengan kondisi yang hampir mirip dalam kandungan, yaitu ke dalam air dengan suhu yang sama seperti halnya ketika dalam rahim. Ketika bayi keluar dalam air, saat itu bayi belum ada rangsang untuk bernapas. Setelah diangkat ke permukaan barulah terjadi perubahan, timbul rangsangan untuk bernapas dan biarkan ia menangis. Setelah stabil kondisi pernapasannya, barulah digunting tali pusarnya. Mengingat melahirkan di air membuat sirkulasi oksigen ke bayi lebih baik, maka ketika bayi lahir tampak kulit yang lebih kemerahan.
f.       Artinya, oksigenisasi ke bayi lebih baik dan membuat paru-parunya pun jadi lebih baik. Bayi juga tampak bersih tak banyak lemak di tubuhnya. Kemudian bayi dibersihkan dengan disedot sedikit dan dibersihkan tali pusarnya.
6.      Metode Melahirkan Dalam Air
Ada dua metode persalinan di air
a.      Persalinan di air murni. Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 (enam) sampai proses melahirkan terjadi.
b.     Persalinan di air emulsion. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur
7.      Kelemahan
Sebuah penelitian mengungkap kekhawatiran bahwa medium air akan membuat tali pusat menjadi kusut atau terkompresi, sehingga bayi kemungkinan akanterengah-engah dan menghisap air ke dalam paru-paru mereka. Studi tahun 2002 yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Pediatrics juga menyimpulkan bahwa persalinan dalam air meningkatkan risiko bayi tenggelam.Situs Live Science menambahkan bahwa kelahiran dalam air tidak direkomendasikan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists sebagai pilihan proses melahirkan yang layak. Persalinan dalam air dikhawatirkan memicu risiko pneumonia atau infeksi pada otak, dan serangan kekuarangan oksigen.
8.      Resiko
Wanita dengan kondisi medis tertentu atau kehamilan rumit harus menghindari melakukan proses melahirkan di dalam air. Termasuk wanita dengan herpes, tekanan darah tinggi, wanita yang telah mengalami pendarahan tak terduga selama perjalanan kehamilan, wanita yang mengandung bayi kembar, dan ketika bayi dalam posisi sungsang. Melahirkan di dalam air juga tidak direkomendasikan untuk wanita yang masuk ke persalinan prematur.
Description: http://www.askamum.co.uk/upload/8821/images/10000273.jpg
Description: http://s1.hubimg.com/u/163920_f520.jpg
I.         Teknik Persalinan Australia
Posisi Setengah Duduk
Posisi yang di Australia dikenal dengan nama Semi-Sitting ini, biasa dilakukan oleh para ibu yang menghendaki dokter kandungan atau bidannya melihat dengan jelas pergerakan perineum saat proses kelahiran sedang terjadi. Hal ini dimaksudkan agar perobekan vagina atau perineum dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan sama sekali. 
J.        Teknik Persalinan Afrika Tengah
Jongkok Dengan Memegang Dahan Pohon                
Di tengah masyarakat Afrika Tengah, tak hanya pemeriksaan kandungan yang layak, bahkan akses ke dunia medis seperti laboratorium dan dokter kandungan, sangat minim. Itu sebabnya banyak relawan yang menganjurkan mereka untuk melahirkan dengan normal dan tradisional.
Uniknya, sebuah pohon kecil akan ditanam di antar dua atau tiga pohon lainnya. Cara lainnya dengan menancapkan tiang ke dalam tanah. Wanita yang akan melahirkan akan memegang dahan pohon atau tiang tersebut dalam posisi berlutut atau berjongkok, lalu kemudian mengedan.
K.      Patologi
“Di tiap tiap Negara jika tidak bisa melahirkan secara normal yang di bantu oleh tenaga medis atau cara tradisional maka akan dilakukan operasi Caesar”


BAB III
P E N U T U P

A.       Kesimpulan
  1. persalinan adalah terjadi pada kehamilan (bukan prematur atau post matur)
  2. persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses pengeluara janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)
  3. proses persalinan normal melalui tahap-tahap yaitu:
a.       hodge I-IV
b.      kala I-IV
  1. setiap Negara memiliki metode melahirkan normal yang berbeda-beda seperti yang di jelaskan dalam makalah ini perbandingan antara 3 negara yaitu Amerika (metode water birth),ekhnik persalinan Australia (posisi setengah duduk ), sedangkan tekhnik persalinan Afrika tengah (jongkok dengan memegang sahan pohon).
B.       Saran
Bagi ibu hamil sebaiknya ibu hamil dalam proses kelahirannya dibantu dengan tenagamedis agar dalam persalinannya dapat berjalan normal bagi penyusun. Diharapkan penyusun lebih mendalami proses kelahiran dalam bidangnya.
 

DAFTAR PUSTAKA

·        Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JNPKKR 
·        Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. 










                                                                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar