Rabu, 10 Oktober 2012

Tujuan Pendidikan Islam



A.     Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Karena pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap dan tingkatan, tujuannya pun bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukan suatu benda yang membentuk   tetap dan statis, tetapi ia   merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek  kehidupannya.[1]
Kalau dilihat kembali   pengertian  pendidikan Islam, akan  terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud  setelah   orang mengalami  pendidikan Islam secara keseluruhan yaitu kepribadian  seseorang  yang membuatnya   menjadi “insan kamil” dengan pola takwa insan kamil  artinya  manusia  utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang   secara wajar  dan normal karena  takwanya  kepada Allah swt  ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam  itu diharapkan  menghasilkan   manusia yang   berguna  bagi dirinya  dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam  berhubungan dengan Allah  dan   manusia sesamanya, dapat  mengambil   manfaat yang semakin   meningkat  dari alam semesta ini untuk kepentingan   hidup di dunia  kini dan di akhirat  nanti.  Tujuan ini  kelihatannya  terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan  kerja keras yang dilakukan  secara berencana dengan kerangka kerja yang konsepsional  mendasar,  pencapaian  tujuan itu bukanlah   sesuatu  yang mustahil.
Ada  beberapa   tujuan pendidikan   antara  lain:
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai  dengan semua kegiatan  pendidikan, baik dengan pengajaran  atau dengan cara lain. Tujuan  itu meliputi  seluruh aspek kemanusiaan yaitu sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan,  dan pandangan. Tujuan  umum ini berbeda pada setiap tingkat umur,  kecerdasan, situasi  dan kondisi  dengan kerangka yang sama. Bentuk   insan  kamil dengan pola taqwa  harus  dapat tergambar  pada pribadi  seseorang   yang sudah dididik, walaupun  dalam ukuran  kecil dan mutu yang rendah sesuai dengan tingkat  tersebut.
Cara  atau alat yang  paling  efektif dan efisien  untuk mencapai  tujuan pendidikan   ialah pengajaran. Karena itu,  pengajaran  sering   diidentikkan  dengan  pendidikan, meskipun   istilah ini sebenarnya   tidak sama. Pengajaran   ialah proses  membuat  jadi  terpelajar (tahu,  mengerti,  menguasai,  ahli ; belum tentu  menghayati dan meyakini), sedang  pendidikan ialah  membuat orang  jadi terdidik  (mempribadi,  menjadi adat kebiasaan). Maka  pengajaran agama  seharusnya mencapai   tujuan pendidikan agama.
Tujuan umum pendidikan  Islam  harus dikaitkan dengan tujuan   pendidikan nasional   negara tempat  pendidikan Islam  itu dilaksanakan  dan harus  dikaitkan  pula  dengan tujuan institusional  lembaga yang menyelenggarakan   pendidikan itu. Tujuan umum    itu tidak   dapat dicapai   kecuali setelah   melalui  proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan  dan keyakinan  kebenarannya. Tahapan  dalam mencapai   tujuan itu  pada pendidikan  formal (sekolah, madrasah), dirumuskan  dalam bentuk  tujuan  korikuler  yang selanjutnya  dikembangkan  dalam tujuan instruksional .[2]
2.      Tujuan Akhir
Pendidikan  Islam itu   berlangsung  seumur hidup, maka tujuan  akhirnya,  terdapat pada waktu hidup di dunia  ini telah  berakhir pula. Tujuan umum  yang berbentuk   insan  kamil dengan pola taqwa  dapat mengalami  perubahan   naik turun,  bertambah dan berkurang  dalam perjalanan   hidup seseorang.  Perasaan,  lingkungan   dan pengalaman  dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam  berlaku  selama hidup  untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara,  dan mempertahankan  tujuan pendidikan  yang telah dicapai. Orang  yang sudah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu  mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan, dan  penyempurnaan, sekurang-kurangnya   pemeliharaan   supaya tidak   luntur dan berkurang, meskipun pendidikan  oleh diri sendiri dan bukan dalam  pendidikan formal.[3] Tujuan akhir   pendidikan  Islam itu   dapat  dipahami  dalam firman Allah.  Q.S    Ali-Imran (3) : 102
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B
Terjemahnya :
Wahai  orang-orang yang beriman,  bertakwalah  kamu kepada Allah  dengan sebenar-benarnya  taqwa ; dan janganlah  kamu mati kecuali  dalam keadaan muslim (menurut  ajaran Islam)[4]
Mati dalam keadaan  berserah  diri  kepada Allah  sebagai muslim  yang merupakan  ujung dari   taqwa  sebagai akhir  dari proses hidup jelas berisi  kegiatan pendidikan.  Inilah akhir  dari proses pendidikan  itu yang dapat dianggap  sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati  dan akan menghadap Tuhan-Nya  merupakan tujuan   akhir dari  proses pendidikan  Islam
3.      Tujuan Sementara
Tujuan sementara  ialah tujuan yang  akan dicapai   setelah anak didik diberi  sejumlah  pengalaman  tertentu   yang direncanakan  dalam suatu   kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional  dalam bentuk tujuan instruksional  yang dikembangkan   menjadi tujuan instruksional  umum dan khusus (TIU dan TIK) dapat dianggap tujuan sementara  dengan sifat agak berbeda.
Pada   tujuan sementara  bentuk insan kamil  dengan pola taqwa sudah kelihatan  meskipun dalam ukuran sederhana,  sekurang-kurangnya  beberapa ciri pokok sudah  kelihatan pada pribadi  anak didik.
Tujuan  pendidikan Islam seolah-olah  merupakan suatu  lingkaran  kecil. Semakin tinggi  tingkatan  pendidikannya, lingkaran   tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan  lainnya.[5]
4.      Tujuan operasional
Tujuan operasional  ialah tujuan praktis  yang  akan dicapai   dengan sejumlah  kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan   pendidikan dengan  bahan yang sudah  dipersiapkan   dan diperkirakan  akan mencapai tujuan  tertentu disebut tujuan  operasional.
Dalam pendidikan  formal, tujuan operasional  ini disebut tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan  menjadi tujuan   instruksional  umum dan tujuan instruksional   khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran   yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan  dan keterampilan. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan  dan  keterampilan yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat  berbuat, terampil  melakukan,  lancar mengucapkan. Mengerti,  memahami,  meyakini  dan menghayati  adalah soal  kecil itu.  Dalam pendidikan terutama berkaitan  dengan kegiatan  lahiriyah, seperti bacaan   dan kaifiat salat, akhlak   dan tingkah laku. Pada masa permulaan   yang penting  ialah anak didik  mampu terampil   berbuat,  baik perbuatan itu perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan  lainnya. Kemampuan keterampilan  yang dituntut  pada  anak didik, merupakan   sebagian kemampuan  dan keterampilan  insan  kamil  dalam ukuran  anak, yang menuju  kepada bentuk  insan kamil  yang semakin sempurna  (meningkat) anak harus   sudah terampil melakukan ibadat, (sekurang-kurangnya  ibadat wajib) meskipun ia belum memahami  dan menghayati ibadat itu.[6]


[1] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar