Rabu, 31 Oktober 2012

Alergi Pada Anak


BAB I
PENDAHULUAN

Alergi dan Penyebabnya Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dll. Zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet. Menentukan penyebab alergi dapat dilakukan dengan cara berikut :
1.      Menghindari zat yang dicurigai sebagai allergen, kemudian setelah gejala hilang mencoba kembali zat tersebut. Misalnya saja, bila yang dicurigai sebagai allergen adalah makanan, maka sebaiknya berhenti memakan makanan tersebut. Setelah gejalanya hilang, coba kembali memakannya dan melihat apakah terjadi reaksi yang sama.
2.      Melakukan tes alergi dan melihat riwayat keluarga serta riwayat frekuensi serangan terjadi. Bila salah satu dari orang tua menderita alergi, maka kemungkinan risiko penyakit tersebut diturunkan pada anak sekitar 25%­-30%. Sementara itu, bila kedua orang tua adalah penderita, maka risiko meningkat menjadi 60%­-70%. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang antara lain tes alergi pada kulit, foto rontgen, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan lebih lanjut bila dibutuhkan. Tes pada kulit merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana untuk mendiagnosa alergi. Dengan memberikan zat-zat tertentu pada kulit seseorang, dapat diketahui zat yang merupakan allergen pada orang tersebut. Zat dalam jumlah kecil disuntikkan. Bila terjadi pembengkakan pada bagian yang diberi suntikan, maka zat tersebut adalah merupakan allergen. Mengatasi Alergi Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi.
3.      Menjaga kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan udara.
4.      Menjaga kebersihan pakaian dan mengganti sprei sedikitnya seminggu sekali.
5.      Konsultasi dengan dokter dan melakukan tes alergi untuk mengetahui allergen-allergen yang harus dihindari. Gejala yang mungkin terjadi akibat alergi adalah: rasa gatal pada tenggorokan; gatal pada mulut; gatal pada mata; gatal pada kulit atau bagian tubuh lainnya; sakit kepala; hidung tersumbat atau hidung meler; sesak napas; bengek; kesulitan menelan; mendadak pilek dan bersin-bersin, dll. Pengobatan alergi tergantung pada jenis dan berat gejalanya. Tujuan pengobatannya bukanlah menyembuhkan melainkan mengurangi gejala dan menghindari serangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Gejala yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian. Pemberian Antihistamin dapat membantu meringankan berbagai gejala. High-Desert Aller Bee-Gone Penanganan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-obatan melainkan dengan cara menghindari allergen. Secara teoritis, alergi memang tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi frekuensi dan berat serangannya. Namun sering sekali dalam keseharian, allergen sulit dihindari. Untuk itu, diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah alergi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Defenisi
Secara umum alergi adalah suatu reaksi kekebalan yang menyimpang/ berubah dan normal yang dapat menimbulkan gejala yang merugikan tubuh. Penyakit alergi ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan. Angka kejadian alergi pada anak di Indonesia belum banyak diteliti. Dalam tubuh kita dikenal 5 Jenis antibodi atau imunoglobulin yaitu imunoglobulin G,A,M,E dan D. Imunoglobulin E adalah antibodi yang banyak. berperan pada reaksi alergi. Dalam tubuh penderita alergi, imunoglobulin E terdapat dalam kadar yang tinggi terutama imunoglobalin E yang spesifik terhadap zat-zat tertentu yang menimbulkan reaksi alergi (zat alergen). Misalnya debu rumah nite ( tungau debu rumah ), bulu binatang, serbuk bunga atau makanan tertentu seperti telur, susu, ikan laut dan lain-lain. Gejala alergi ini dapat mengenai sistim saluran napas ( asma, rinitis ), saluran cerna ( diare, muntah ), kulit ( biduran, eksim ), mata ( konjungtivitas alergika ) serta susunan saraf (sakit kapala dll.).
B.     Beberapa jenis penyakit alergi pada anak
1.      Asma bronkial
Asma bronkial atau disebut juga bengek adalah suatu penyakit kronis yang ditandai adanya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsang dari luar (debu, serbuk bunga udara dingin, makanan dll.) yang menyebabkan penyempitan saluran napas yang meluas dan dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan. keadaan ini dapat menyebabkan gejala sesak napas, napas berbunyi dan batuk yang sering disertai lendir. Keadaan yang berat dapat menimbulkan kegagalan pernapasan sampai kematian. Sebagian besar asma pada anak adalah karena alergi.
Penyakit asma pada anak mempunyai dampak yang luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan oksigen yang menahun pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan badan maupun intelektualnya. Penyakit asma ini merupakan salah satu penyebab seringnya anak tidak masuk sekolah. Selain dampak terhadap ekonomi akibat besarnya biaya pengobatan, asma pada anak juga dapat mengganggu irama kehidupan keluarga akibat seringnya anak mendapat serangan asma.
Gejala klinis asma bervariasi dari yang ringan sampai berat. Gejala khas asma adalah adanya sesak napas yang berulang disertai napas berbunyi. Batuk kering merupakan gejala awal yang biasanya terjadi pada malam dan menjelang pagi hari Selanjutnya batuk disertai dahak yang kental. Gejala ini sering disertai pilek-pilek (rinitis alergika). Gejala ini biasanya terjadi setelah 4 – 8 jam kontak dengan bahan alergen seperti debu rumah dan tungaunya (mite), serbuk bunga, bulu binatang dll. Gejala asma juga dapat dicetuskan oleh latihan fisik (“excercise induced asthma”) dan bila banyak tertawa.
Penanganan asma yang terpenting adalah pencegahan terjadinya serangan asma.
2.      Rinitis alergika
Rinitis alergika adalah suatu gejala alergi yang terjadi pada hidung. Angka ini bergantung kepada iklim dan letak geografis masing-masing negara. Kejadian rinitis alergi pada anak usia yang sangat muda rendah akan tetapi secara progresif meningkat pada anak usia yang Iebih tua. Sekitar 57% penderita rinitis alergika mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya. Rinitis alergika yang timbul pada masa anak biasanya menetap sampai usia dewasa dan akan berkurang pada usia lanjut. Sekitar 15 – 25 % penderita akan sembuh spontan setelah S – 7 tahun.
Gejala rinitis alergika berupa bersin-bersin disertai gatal-gatal pada hidung dengan ingus yang encer sebanyak kurang lebih 20 ml setiap jam. Gejala ini sering disertai gejala hidung tersumbat yang menyebabkan anak rewel dan sulit tidur. Rasa gatal kadang-kadang terasa pada langit-langit dan telinga. Gejala-gejala gatal, merah dan berair pada mata sering menyertai gejala rinitis alergika. Kadang-kadang gejala rinitis alergika ini disertai gejala sinusitis yaitu peradangan sinus (rongga udara) di sekitar hidung.
Prinsip pengobatan rinitas alergika juga sama dengan prinsip pengobatan penyakit alergi pada umumnya yaitu menghindari faktor penyebab (debu rumah, serbuk bunga, makanan tertentu dll.).
3.      Urtikaria
Urtikaria (bidur, kaligata) merupakan suatu kelainan alergi pada kulit yang berbentuk bentol berwarna merah disertai rasa gatal dengan ukuran diameter yang bervariasi dan 2 milimeter sampai beberapa sentimeter. Urtikaria ini dapat tersebar pada berbagai tempat di kulit. Urtikaria akut ini juga dapat terjadi pada orang sehat akibat infeksi virus parasit atau tanpa sebab yang jelas.
Pada penderita alergi, urtikaria akut dapat terjadi akibat reaksi alergi terhadap obat-obat tertentu, bahan-bahan alergen seperti makanan, debu, tungau debu rumah, atau gigitan serangga. Selain oleh karena alergi, urtikaria juga dapat disebabkan oleh suhu yang dingin, panas, tekanan, goresan dan lain-lain.
Gejala urtikaria ini dapat terjadi segera atau beberapa hari setelah kontak dengan bahan penyebab. Sebagian besar yaitu sekitar 75% urtikaria yang kronik sulit diketahui sebabnya. Kadang-kadang gejala urtikaria dapat menjadi berat dengan gejala penyerta yaitu syok anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.
Pengobatan pada urtikaria umumnya sama dengan penyakit alergi lainnya yaitu menghindari faktor penyebab.
4.      Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah suatu gejala eksim terutama timbul pada masa kanak-kanak. Gejala ini biasanya timbul pada usia sekitar 2 bulan sampai 1 tahun den sekitar 85% pada usia kurang dari 5 tahun. Pada keadaan akut, gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi cairan, basah dan sangat gatal. Kadang-kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan nanah.
Gejala dermatitis atopik pada bayi berupa kemerahan pada kulit bentol-bentol kemerahan, berisi cairan, keropeng disertai kulit pecah-pecah atau lecet. Gejala ini sering mengenai pipi, siku dan tepi pinggir kulit anggota gerak bawah dan selanjutnya dapat menyebar ke daerah selangkangan. Pada usia selanjutnya , kelainan ini terdapat pada lipat siku, lipat lutut, tengkuk dan pergelangan tangan. Kulit menjadi lebih kering dan tebal, mengelupas dan pada penyembuhan meninggalkan warna yang lebih pucat atau kehitaman. Pada anak yang lebih tua , kelainan ini dapat mengenai kulit kelopak mata, telapak tangan dan kaki. Kadang-kadang dapat disertai katarak (kekeruhan lensa mata) serta radang mata. Infeksi sekunder dapat terjadi oleh kuman yang menimbulkan nanah.
Untuk mengobati penyakit ini yang paling penting adalah mengatasi rasa gatal dengan pemberian obat golongan antihistamin, menghindari udara yang terlalu panas dan kering serta mengurangi pengeluaran keringat. Garukan sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan kelainan yang lebih hebat dan infeksi sekunder. Untuk mencegah kekeringan dapat diberikan lanolin. Pada kelainan yang hebat dapat digunakan kasa steril untuk menutup kulit yang terkena. Antibiotika diberikan bila terjadi infeksi sekunder.


5.      Konjungtivitas alergika
Konjungtivitas alergika adalah suatu bentuk kelainan alergi pada mata yang mengenai kedua mata dan terjadi berulang. Gejala penyakit ini berupa gatal kemerahan , banyak keluar air mata dan penglihatan silau. Kadang-kadang penderita merasa ada sesuatu yang mengganjal pada mata. Kelainan ini sering mengenai anak usia 5 sampai 10 tahun, terutama pada anak laki-laki.
Mengenai pengobatan alergi pada mata, untuk menghilangkan gejala biasanya diberikan obat tetes mata golongan steroid dosis rendah
6.      Alergi makanan
Alergi makanan merupakan salah satu masalah alergi yang penting pada anak. Sekitar 20% anak usia 1 tahun pertama pernah mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan termasuk yang disebabkan reaksi alergi. Sebetulnya semua makanan dapat menimbulkan alergi, akan tetapi antara satu makanan dengan makanan yang lain mempunyai derajat alergenitas berbeda. Yang satu mungkin lebih menimbulkan alergi dibandingkan dengan yang lainnya. Susu sapi yang merupakan protein asing utama bagi bayi pada bulan-bulan awal kehidupan, dapat menimbulkan reaksi alergi yang pertama dengan gejala-gejala pada saluran cerna, seperti diare dan muntah. Protein susu sapi dapat menimbulkan alergi yang menetap sampai akhir masa kanak-kanak baik dalam bentuk susu murni atau bentuk lain seperti es krim, keju, kue-kue dan lain-lain. Anak yang mempunyai alergi terhadap susu sapi tidak selalu alergi terhadap daging sapi maupun bulu sapi.
Telur ayam juga sering merupakan alergen yang penting pada anak terutama anak yang menderita dermatitis atopik. Anak yang mempunyai alergi terhadap telur ini juga belum tentu mempunyai alergi terhadap daging ayam maupun bulu ayam, akan tetapi dapat timbul reaksi alergi bila diberikan vaksin yang ditanam pada kuning telur seperti vaksin campak.
Ikan merupakan alergen yang kuat terutama ikan laut. Bentuk reaksi alergi yang sering ialah berupa urtikaria atau asma. Pada anak yang sangat sensitif dengan hanya mencium bau ikan yang sedang dimasak dapat juga menimbulkan sesak napas atau bersin-bersin. Jenis makanan laut yang lain (“seafood”) yang sering menimbulkan alergi adalah udang kecil, udang besar (lobster) dan kepiting. Gejala yang sering timbul malah urtikaria. Alergi terhadap makanan ini tidak selalu berarti alergi terhadap ikan laut.
Kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang mede dan sejenisnya dapat menyebabkan reaksi akan tetapi biasanya bersifat ringan. Gejalanya biasanya berupa gatal-gatal di tenggorokan.
Sayur dan buah-buahan Juga dapat menimbulkan reaksi alergi yang berupa gatal-gatal pada mulut. sifat alerginya bisanya hilang bila dimasak selama 2 menit atau diletakkan dalam “freezer” selama 2 minggu. Alergen terhadap sayur dan buah-buahan ini sering terdapat pada penderita rinitis alergika yang mempunyai alergi terhadap serbuk bunga tanaman. Anak yang mempunyai alergi terhadap sayur dan buah-buahan biasanya juga alergi terhadap kacang-kacangan, apel, peach, cherry, pear dan wortet. Jeruk sering Juga menyebabkan kemerahan pada kulit bayi dan anak.
Kacang kedelai dan sejenisnya mempunyai sifat alergen yang rendah. Kacang kedelai sering digunakan sebagai pengganti susu sapi pada anak yang mempunyai alergi terhadap susu sapi. Sifat alergenitasnya akan berkurang dengan pemanasan.
Gandum biasanya dapat menimbulkan reaksi alergi dalam bentuk tepung bila dihirup. Bila dimakan tidak selalu menimbulkan reaksi alergi karena gandum akan dicernakan oleh enzim pencernaan di lambung.
C.     Tindakan pencegahan terjadinya alergi
Ada 3 hal utama dalam tindakan pencegahan terjadinya alergi yaitu
1.      Penghindaran
Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab/ pencetus terjadinya alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit ( test alergi ) disamping hasil pengamatan yang cermat sehari-hari oleh orang tua penderita. Dari hasil pemeriksaan test alergi dapat diketahui zat-zat yang menimbulkan alergi . Beberapa zat terutama makanan kadang-kadang tidak ada hubungan yang jelas antara hasil test dengan gejala alergi. Hal ini disebabkan anak yang mempunyai alergi terhadap makanan belum tentu karena alergi terhadap makanan itu sendiri, akan tetapi alergi terhadap zat-zat hasil pemecahan/ metabolisme makanan dalam tubuh. Selain test alergi pada kulit, Juga dapat dilakukan pemeriksaan kadar imunoglobulirn E yang spesifik dalam darah terhadap zat-zat tertentu yang dicurigai menimbulkan alergi.
2.      Cara hidup yang baik
Cara hidup yang baik perlu diperhatikan pada pendenita alergi yaitu cukup istirahat, olahraga teratur, disiplin dalam diet yang ditetapkan serta hidup dalam lingkungan dengan zat alergen yang minimal.
3.      Pemakaian obat-obatan.
Obat-obatan pencegahan dibetikan pada penderita alergi yang kronis/berat atau yang sering kambuh. Pemberian imunoterapi/ desensitisasi ( pengebalan terhadap alergen ) hanya berhasil bila penderita hanya mempunyai alergi terhadap satu zat saja.
Ibu hamil yang mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya sebaiknya melakukan diet pencegahan terhadap makanan yang sering erjadinya alergi untuk mencegah erjadinya reaksi alergi pada bayi yang dilahirkan. Diet ini dilakukan pada akhir tniwulan kehamilan. Sumber IDAI.or.id


BAB III
PENUTUP

Dari uraian dalam makalah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kasus alergi dapatmenyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita. Patofisiologi penyakit alergi melibatkan pengerahan berbagai sel efektor dari sirkulasi, rangsangan sumsum tulang/sistemik. Reaksi alergi yang sistemik menunjukkan respons di berbagai organ seperti saluran napas atas dan bawah, kulit dan saluran cerna. Oleh karena itu terapi harus diarahkan terhadap manifestasi lokal dan sistemik. Sehingga, perawat harus mengetahui dan paham mengenai bagaimana mekanisme dan jenis penyakit alergi yang muncul pada anak sebagai acuan saat melakukan tindakan. Penentuan diagnosa keperawatan yang akurat akan mempercepat proses keperawatan. Sehingga akan mempercepat proses penyembuhan atau meninimalkan komplikasi lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonimus. 2007.Alergi Dan Penyebabnya .www.balita anda.indoglobal. com / pdf . php ?id=376.
2.      Judarwanto, Widodo. 2009. Pemeriksaan alergi-allergy test. http://www. childrenallergyclinic. wordpress.com
3.      Judarwanto, Widodo.Alergi Makanan pada Anak Mengganggu Semua OrganTubuh Anak .http://www.puterakembara.com.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar