Senin, 24 September 2012

1 DARI 5 REMAJA MELAKUKAN ABORSI


PaRahNya, REMaja yaNg MElakukaN SEkS PRaNIkah ITu kEBaNyakaN dI uSIa 15 TahuN.meNgerikaN!  

Ternyata sebanyak 21 persen remaja atau satu di antara lima remaja di Indonesia pernah melakukan aborsi. 
Data menyedihkan itu merupakan hasil 
pengumpulan data yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA).Data diperoleh dengan cara mengumpulkan 14.726 sampel anak SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Makassar, Medan, Lampung, Palembang, Kepulauan Riau dan kota-kota di Sumatera Barat dalam Forum Diskusi Anak Remaja pada 2011. Hasilnya mengagetkan, menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, mereka mengaku hampir 93,7 persen pernah melakukan hubungan seks. “Lalu 83 persen mengaku pernah menonton video porno, dan 21,2 persennya itu mengaku pernah melakukan aborsi,” data itu bukan penelitian melalui lembaga survei, tapi data itu merupakan temuan dari hasil pertemuan remaja dalam sebuah forum diskusi secara nasional melalui Pendidikan Sebaya, semacam konseling dan sebagainya. 
“Dari forum ini diketahui tentang adanya laporan-laporan perilaku seks yang menyimpang itu, soal kesehatan, soal masalah pendidikan, dari forum diskusi ini lebih valid datanya, ketimbang survei yang dilakukan lembaga lain yang hanya mengambil sampel tertentu saja,”. Sebelum dilakukan forum diskusi secara nasional, biasanya di tingkat daerah juga dilakukan forum diskusi daerah, yang biasanya diikuti hingga 400-an anak remaja tingkat SMP-SMA. Sejumlah duta-duta pelajar di sejumlah sekolah didaerah bersangkutan sudah membawa masalah yang mereka hadapi sendiri dan ini diajukan dalam forum. 
KPA akan kembali melakukan Forum Anak Remaja itu Agustus 2012 ini di Batam. Kemungkinan data aborsi tersebut akan naik, sebab peserta bertambah dari kota besar lainnya, bukan hanya 12 kota besar seperti sebelumnya. Data KPA tentang aborsi itu tentu saja sangat mengejutkan. Banyak kalangan meragukan data itu valid dan memperdebatkan metodenya. 
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi tidak percaya 21 persen remaja Indonesia melakukan aborsi. Namun Menkes tidak memiliki data soal aborsi remaja. “Kenyataannya nggak sebanyak itu, apalagi aborsi, itu satu di antara lima, itu nggaklah,” tegas menteri yang menuai kontroversi karena mengampanyekan kondom untuk pelaku hubungan seks berisiko termasuk remaja. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Ulfah Anshor meminta agar data yang dilansir Arist  disikapi secara hati-hati. Penulis buku ‘Fikih Aborsi’ ini menilai data Arist tidak bisa menunjukkan perilaku aborsi remaja secara nasional.  Maria pernah melakukan penelitian bersama Pusat Kajian Kesehatan Perempuan Universitas Indonesia (UI) soal aborsi pada 2003. Dari penelitian itu tercatat rata-rata terjadi 2 juta kasus aborsi per tahun. Lalu pada tahun berikutnya, 2004 penelitian yang sama menunjukkan kenaikan tingkat aborsi yakni 2,1-2,2 juta per tahun.
“Kehamilan yang dilakukan di luar nikah itu angkanya hanya 12,7 persen. Jadi perbandingannya tetap besar 87 persen dilakukan oleh perempuan yang berkeluarga atau punya suami,” kata Maria. Inne Silviane, Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pusat juga tidak percaya dengan 

data KPA. Ia melihat justru pelaku aborsi paling banyak adalah perempuan yang sudah menikah yang program KB-nya gagal. Data studi PKBI di 12 kota dari tahun 2000-2011 juga menunjukkan, 73-83 persen wanita yang ingin aborsi adalah wanita menikah karena kegagalan kontrasepsi.
“Menurut hasil studi kami, remaja bahkan tidak sampai 20 persen, tapi selalu dibelokkan dan disudutkan seolah-olah hanya remaja. Bukan mau membela tetapi kenyataannya memang kebanyakan adalah wanita menikah,” lanjut Inne.Meski soal angka 21 persen menyulut kontroversi, masalah aborsi remaja tentu tidak bisa disepelekan. Apalagi aborsi ini sangat membahayakan bagi kejiwaan dan kesehatan si pelaku. Nyawa seringkali menjadi taruhan dalam aborsi.  Bisa jadi benar, angkanya tidak sakelek sampai 21 persen, tapi harus diakui, remaja yang melakukan aborsi memang jumlahnya banyak, bahkan mencapai 
1 juta orang lebih. Data ini misalnya ditunjukkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 
Versi BKKBN, setiap tahun diperkirakan ada 2,5 juta nyawa tak berdosa melayang sia-sia akibat aborsi. Angka ini terhitung besar, sebab jumlahnya separuh dari jumlah kelahiran di Indonesia, yaitu 5 juta kelahiran per tahun.
“Dari 2,5 jutaan pelaku aborsi itu, 1-1,5 juta di antaranya adalah remaja,” kata  Sudibyo Alimoesa, Deputi 

Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN. Mengapa remaja melakukan aborsi? Tingkat aborsi pada remaja memang sulit dilepaskan dengan maraknya seks bebas sebelum menikah. Dengan seks bebas sebelum menikah menimbulkan kehamilan yang tidak dikehendaki. 
“Korelasi itu kan sangat tidak mudah ya, tapi kalau sampai terjadi kehamilan tidak dikehendaki, kemungkinan ya itu tadi, terjadi aborsi,” ujar Sudibyo.
Data BKKBN pada 2010, menunjukkan 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pranikah. 
Dengan kata lain, dari 100 remaja, 51 orang sudah tidak perawan. 
Dari data itu juga disebutkan, penyebaran wilayah remaja yang sudah melakukan seks pranikah terjadi di sejumlah kota besar. Misalnya di Surabaya tercatat 54 persen, di Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan.
Meski jumlah remaja yang melakukan aborsi masih diperdebatkan, pemerintah harus turun tangan menangani masalah ini. Di antaranya, memberikan hak mereka atas pendidikan seks, yang kedua, akses kontrasepsi yang terbuka, pelayanan kesehatan yang ramah remaja.
Konselor pelaku aborsi, Inna Hudaya menyayangkan, banyak pihak melihat aborsi hanya dari kacamata hukum dan moral. Padahal, aborsi tidak pernah berdiri sendiri. Ini adalah pilihan terbaik di antara pilihan buruk, sebab bagaimanapun aborsi itu harus siap secara finansial, secara mental. Sayangnya di Indonesia, aborsi menjadi ladang bisnis yang menggiurkan.

Sumber: Majalah Detik Edisi 30/ 25 Juni 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar